Metode Mengelola Anggaran Rumah Tangga
Apa pun metode pengelolaan keuangan rumah tangga yang dipilih, syarat utama adalah adanya pembagian rekening yang jelas agar penggunaan tidak bercampur aduk.
It’s not how much you make, but how much you spend that matters.
Apakah Anda mengenal kutipan kalimat tersebut? Dalam pengelolaan keuangan, banyak saya dapati masyarakat berkonsentrasi penuh pada cara menumbuhkan kekayaan alias berinvestasi. Padahal, tanpa didahului oleh tata kelola anggaran bulanan yang baik, investasi pun bisa menjadi tidak optimal.
Berapa pun penghasilan yang diterima oleh rumah tangga, sebaiknya dapat dikelola untuk berbagai kebutuhan hidup. Lantas, bagaimana dengan nasib pekerja dengan upah minimum provinsi (UMP)? Artinya, keluarga itu perlu membuka keran-keran penghasilan tambahan melalui pasangan yang juga turut bekerja, memulai usaha dari rumah, ataupun berdagang.
Lalu, mengapa masih sering gagal dalam menerapkan anggaran bulanan? Kesalahan terbesar saat menyusun anggaran adalah tidak sesuai dengan status kehidupan serta tidak realistis.
Anggaran rumah tangga sebenarnya adalah rencana pengeluaran untuk suatu periode yang harus juga mempertimbangkan faktor sumber penghasilannya. Apabila sumber pemasukan datangnya konsisten setiap bulan, anggaran juga disusun bulanan. Namun, apabila sumber pemasukan datangnya mingguan, misalnya, anggaran juga harus dipecah per minggu supaya bisa lebih mudah.
Faktor berikutnya adalah tidak menyesuaikan dengan kondisi nominal pemasukan uang. Sebesar 10% dari gaji Rp 3 juta pasti akan berbeda hasilnya dengan gaji Rp 50 juta per bulan. Itu sebabnya, di tulisan kali ini, saya akan membagikan tiga metode dasar dalam mengelola anggaran yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi setiap rumah tangga. Secara umum, semua metode ini menggunakan alokasi persentase atas penghasilan karena selain lebih mudah diukur, juga sesuai dengan aturan beberapa agama.
Pertama, anggaran untuk rumah tangga yang berpenghasilan setara UMP ataupun di bawahnya. Berdasarkan literasi yang ada, UMP sebenarnya ditujukan untuk hidup layak bagi 1 atau maksimal 2 orang. Apabila sebuah rumah tangga, misalnya, memiliki lima tanggungan, tetapi mengandalkan UMP semata, itu memang jadi tantangan. Oleh karena itu, diharapkan anggota keluarga lain juga dapat bekerja atau berwirausaha.
Secara umum, pembagian alokasi untuk penghasilan setara UMP adalah 75 persen untuk berbagai komitmen dan kebutuhan hidup utama. Adapun 25 persen sebaiknya dikumpulkan sebagai dana cadangan pengeluaran tak terduga dan juga menabung. Pahamilah, saat penghasilan terbatas, cicilan gawai tambahan bukan sebuah kebutuhan hidup utama.
Kedua, metode pos pengeluaran untuk rumah tangga yang memiliki penghasilan lebih besar daripada UMP. Keluarga muda, lajang, ataupun mereka yang memiliki tanggungan hingga tiga orang dapat menerapkan metode pembagian pengeluaran untuk tiga pos, yaitu biaya hidup utama (living), pos dana darurat, menabung dan investasi untuk tujuan keuangan (saving), serta pos tambahan kenikmatan hidup (playing).
Cicilan pinjaman rumah, misalnya, merupakan bagian dari biaya hidup utama. Alokasi pembagiannya dapat menggunakan konsep 50:30:20 dari pemasukan. Misalnya, gaji bulanan Rp 10 juta, usahakan hanya maksimal menggunakan Rp 5 juta untuk pengeluaran biaya hidup.
Ketiga, metode paling seimbang yang kami perkenalkan dengan konsep ZAPFIN. Secara umum, saat pemasukan sudah jauh di atas UMP, kehidupan yang seimbang dapat dijalankan.
Metode ZAPFIN mengingatkan pengelolaan untuk hidup hari ini, hidup nanti, dan hidup pada masa depan. Zakat untuk pengeluaran wajib sesuai nilai agama ataupun sedekah dan bantuan sosial. Assurance adalah alokasi yang ditujukan untuk dana darurat dan iuran premi asuransi penting, seperti kesehatan.
Present consumption adalah alokasi untuk biaya hidup normal yang layak, tetapi bukan kemewahan. Apabila ada cicilan pinjaman, harus dapat disesuaikan dengan pos alokasi untuk biaya hidup.
Future spending adalah alokasi untuk pengeluaran kebutuhan ataupun keinginan yang masih akan terjadi beberapa tahun lagi. Misalnya, menabung untuk liburan sekolah tahun depan dan mengumpulkan dana untuk membeli kendaraan.
Berikutnya, investment adalah alokasi investasi bagi kehidupan pada masa depan. Cirinya, kebutuhan dan keinginan itu ditujukan untuk jangka waktu di atas lima tahun atau bahkan lebih. Dana pensiun masa depan dan dana kuliah anak yang masih anak balita akan masuk ke dalam alokasi ini.
Untuk alokasi pembagiannya dapat menggunakan pedoman 5:10:60:25. Apakah aturan ini baku, tentu saja tidak. Bilamana kebutuhan hidup tidak perlu mencapai 60 persen dari pemasukan, sebaiknya dialihkan untuk investasi.
Apa pun metode pengelolaan yang dipilih, syarat utama adalah adanya pembagian rekening yang jelas agar penggunaan tidak bercampur aduk.
Untuk menabung dan berinvestasi, misalnya, juga disarankan untuk menggunakan bantuan fasilitas transfer otomatis dari rekening pemasukan ke rekening dana investor. Dengan demikian, saya sarankan setiap rumah tangga memulai dengan pembagian tiga rekening keuangan.
Jadi, mana yang sesuai untuk Anda?
Live a Beautiful Life!