Menimbang Ekonomi Kesehatan
Dana untuk penanggulangan Covid-19 ini harus betul-betul memenuhi prinsip ”cost-effectiveness”. Penggunaan sistem yang didukung oleh otomatisasi akan dapat menghemat, mempercepat proses, serta menghindari penyelewengan.
Sebagai seseorang yang sudah berkecimpung lama di bidang bisnis serta telah mengalami berbagai kesulitan, saya akui bahwa pandemi Covid-19 merupakan gelombang besar yang sangat memengaruhi bisnis saya di bidang perhotelan. Saya juga belum tahu sampai berapa lama kelesuan pasar ini akan berakhir.
Sekarang saya menyadari pentingnya faktor kesehatan dalam pembangunan ekonomi, khususnya untuk pertumbuhan ekonomi. Pada era Presiden BJ Habibie pernah dicanangkan pembangunan berwawasan kesehatan. Waktu itu saya masih beranggapan paradigma tersebut sebagai ikut-ikutan dari pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Sekarang barulah saya menyadari bagaimana besarnya pengaruh kesehatan terhadap kegiatan ekonomi. Akibat Covid-19, pergerakan manusia terhalang, kerumunan orang dilarang, transportasi lesu, begitu juga dengan hotel, restoran, dan tujuan wisata semua menjadi sepi.
Pemerintah telah berupaya keras menanggulangi pandemi Covid-19 ini dengan menyediakan dana ratusan triliun rupiah. Jumlah yang tidak sedikit, tetapi memang perlu demi menyelamatkan ekonomi bangsa. Saya merasa pada awal pandemi ini kita semua masih dalam suasana darurat. Pengadaan obat, alat kedokteran, alat pelindung diri, reagen laboratorium diadakan dengan cepat, tidak melalui prosedur yang biasa.
Waktu merupakan faktor penting untuk mencegah penularan Covid-19 serta mengobati saudara kita yang terinfeksi. Sekarang sudah hampir setahun kita menghadapi Covid-19 di Indonesia. Menurut saya, sudah waktunya kita untuk membelanjakan dana yang tersedia agar dapat menghasilkan kegiatan yang tepat dan berhasil guna.
Sebagai orang awam di bidang kesehatan, saya sering mendengar pendapat para pakar epidemiologi yang memberi masukan pada pemerintah supaya penambahan kasus baru Covid-19 ini dapat ditekan. Kita harus menekan sekuat mungkin agar fasilitas kesehatan kita tidak kewalahan menghadapi banyaknya orang yang harus ditolong di rumah sakit. Bahkan, pada situasi sekarang sudah juga dibuat fasilitas penampungan untuk isolasi mandiri, baik di gedung maupun di hotel. Menurut pakar, sekitar 20 persen orang yang terinfeksi Covid-19 dapat sakit berat dan mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit.
Pada saat jumlah yang terinfeksi mencapai 1 juta orang, petugas kesehatan sudah menjerit. Tidak hanya tempat tidur rumah sakit dan ventilator yang kurang, tetapi juga petugas kesehatan. Sebagian mereka terinfeksi dan harus isolasi mandiri atau dirawat, tenaga kesehatan semakin berkurang, tetapi jumlah kasus terus bertambah.
Bagaimana kalau kasus mencapai 2 juta orang? Untuk itu, perlu kajian bagaimana cara menurunkan kasus baru dengan cepat. Perlu pendekatan kesehatan, hukum, sosial, dan budaya. Peran pemerintah daerah amatlah penting meski komando ada pada pemerintah pusat.
Saya juga mengingatkan agar dalam membelanjakan dana pemerintah diadakan kajian cost-effectiveness. Kemampuan pemerintah masih terbatas, jangan sampai dana yang disediakan digunakan secara boros dan tidak tepat sasaran.
Mohon pendapat Dokter. Terima kasih.
M di J
Wah, saya seorang dokter klinik, wawasan saya tentang ekonomi kesehatan amat terbatas. Namun, saya tahu di berbagai fakultas, di antaranya Fakultas Kesehatan Masyarakat, ekonomi kesehatan merupakan bidang yang sedang berkembang. Bidang ini semakin dirasakan penting karena biaya kesehatan, baik untuk pencegahan apalagi terapi, semakin membengkak. Sebelum Covid-19 saja biaya kesehatan di Amerika Serikat sudah melebihi 10 persen anggaran belanja negara. Kita baru sekitar 5 persen.
Salah satu negara tidak kaya yang berhasil mencapai tingkat kesehatan yang menyamai Amerika Serikat dengan biaya amat hemat adalah Kuba. Caranya. upaya penyuluhan dan pencegahan diutamakan. Biaya untuk penyuluhan kesehatan dan pencegahan penyakit disediakan cukup. Hasilnya jumlah penduduk yang sakit berkurang. Kita memang masih terjebak pada upaya terapi. Sebagian besar anggaran kesehatan kita terpakai untuk terapi, termasuk pada penanggulangan Covid-19 ini.
Namun, kesadaran untuk berhemat dan memerhatikan cost-effectiveness sudah dimulai. Kita melihat pedoman pencegahan dan terapi Covid-19 terus diperbaiki. Pada permulaan Covid-19, berbagai obat dicobakan untuk menyembuhkan Covid-19.
Sekarang sudah banyak obat yang ternyata kurang bermanfaat tidak dipakai lagi pada pedoman obat yang baru. Dalam bidang diagnostik, juga reagen yang digunakan, dipilih yang akurasinya tinggi dan harganya lebih terjangkau. Untuk skrining Covid-19 di stasiun kereta api tidak lagi digunakan tes cepat darah atau swab, tetapi Ge Nose.
Imunisasi
Salah satu upaya untuk menekan kasus baru adalah dengan melakukan imunisasi yang sudah dimulai pada Januari 2021 yang lalu. Pengadaan vaksin juga mempertimbangkan manfaat, keamanan, serta cost effectiveness. Pemerintah menyiapkan berbagai vaksin, tetapi pemerintah juga menyiapkan diri untuk memproduksi vaksin buatan Indonesia. Hanya karena vaksin buatan sendiri ini akan memerlukan waktu lama, sementara kita menggunakan vaksin impor.
Kita beruntung dapat bekerja sama dengan luar negeri yang mau berbagi pengalaman dan teknologi dalam memproduksi vaksin ini sehingga mulai bulan Februari ini Biofarma sudah memproduksi vaksin Coronavac. Kita berharap sebagian besar kebutuhan vaksin di Indonesia dapat disediakan oleh Biofarma. Dengan demikian, banyak devisa yang dapat dihemat serta tenaga kerja kita di Indonesia dapat didayagunakan.
Penilaian cost-effectiveness tidak hanya dilakukan terkait dengan Covid-19. Sudah sejak lama, yaitu mulai tahun 2005, pemerintah memproduksi sendiri obat antiretroviral (ARV) untuk orang dengan HIV/AIDS (Odha). Jika obat paten impor ARV dapat mencapai harga 1.000 dollar AS sebulan, obat generik buatan dalam negeri hanya 30 sampai 40 dollarAS untuk pemakaian sebulan. Kita menghemat banyak dan tak tergantung dari impor. Jumlah orang yang menggunakan obat ARV ini sekarang hampir 200.000 orang.
Pengembangan sistem
Agar dana yang disediakan tepat sasaran dan dibelanjakan dengan hemat, harus dikembangkan sistem yang menjamin agar pengeluaran untuk penanggulangan Covid-19 ini betul-betul memenuhi prinsip cost-effectiveness. Penggunaan sistem yang didukung oleh otomatisasi akan dapat menghemat, mempercepat proses, serta menghindari penyelewengan.
Sementara itu, teman-teman pakar ekonomi kesehatan sudah dapat mulai meneliti bagaimana pelaksanaan pembiayaan penaggulangan Covid-19 ini, baik dalam aspek penyuluhan, pencegahan, maupun terapi. Kita berharap kegiatannya makin meningkat, tetapi biaya dapat ditekan.
Pemerintah telah mendorong riset di bidang kesehatan dan kita telah menyaksikan hasilnya berupa reagen untuk tes PCR dan tes cepat, Ge Nose, alat ventilator sederhana buatan dalam negeri. Semoga penelitian ini juga dapat dilengkapi dengan penelitian operasional, terutama yang menyangkut cost-effectiveness di bidang kesehatan. Kesehatan memang perlu mendapat perhatian untuk menjalankan pembangunan yang baik.
Akan tetapi, di lain sisi, kita memahami melalui pengalaman penanggulangan Covid-19 ini, pemecahan masalah kesehatan tidak dapat hanya dilakukan melalui pendekatan kesehatan saja. Berbagai disiplin ilmu lain, seperti ilmu sosial, budaya, dan komunikasi, diperlukan untuk mencapai hasil yang kita inginkan. Terima kasih atas usulan Anda. Semoga dalam waktu yang tak lama lagi kita berhasil keluar dari pandemi Covid-19 yang melelahkan ini.