Mantan Presiden AS Donald Trump kembali meledek Demokrat sebagai pemburu penyihir alias menjalankan tugas yang tak jelas. Trump tetap mendaulat diri paling menghargai hukum dan berpikir tampil lagi di dunia politik.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Kepentingan kelompok mengaburkan demokrasi di Amerika Serikat. Hal itu menyelamatkan mantan Presiden AS Donald Trump dari dua kali upaya pemakzulan.
Dalam pemungutan suara, Sabtu (13/2/2021), di Washington DC, 57 senator AS menyatakan Trump bersalah. Kali ini tuduhan pemakzulan adalah Trump menyulut serangan yang menewaskan Brian Sicknick, seorang polisi di Capitol Hill, dan beberapa warga lain pada 6 Januari 2021. Dengan demikian, Trump lolos dari hukuman sebab diperlukan dua pertiga atau 67 dari 100 kursi di Senat AS agar hukuman bisa terpenuhi.
Kali ini memang terjadi peningkatan jumlah senator yang menyatakan Trump bersalah. Pada 5 Februari 2020, hanya 48 senator AS yang menyatakan Trump bersalah dengan tuduhan meminta peran pemerintah asing (Ukraina) untuk memengaruhi pemilu di AS.
Ketua House of Representatives (DPR AS) Nancy Pelosi (Demokrat-California) langsung menyebutkan senator AS sebagai pengecut. Sasaran Pelosi adalah para senator Republikan, yang dia katakan lebih mementingkan kesinambungan kepentingan politik pribadi ketimbang melindungi konstitusi dan demokrasi di AS.
Presiden Joe Biden berkata, demokrasi di AS sedang rapuh. Senator AS tidak cukup berani menghukum Trump yang membiarkan pendukungnya menyerang Capitol Hill saat berlangsungnya pengesahan hasil pemilu 3 November 2020.
Dunia juga menonton demokrasi di AS yang mirip tontonan komedi politik. Kongres AS bahkan terkesan tidak mempunyai wibawa dan tidak dirasakan perlu untuk dihormati. Amati, misalnya, pernyataan pengacara Trump, Bruce Castor, Sabtu (13/2/2021). Pengacara ini meminta Republikan melawan pemakzulan Trump dan itu terpenuhi. Castor membalikkan isu bahwa pemakzulan Trump bertujuan memblokir kesempatan Trump untuk maju kembali dalam pemilu.
Ketua Minoritas di Senat AS mewakili kubu Republikan, Mitch McConnel, dengan jelas mengatakan Trump bertanggung jawab atas serangan di Capitol Hill. Namun, dia juga turut mencabut tuduhan terhadap Trump dalam pemungutan suara di tingkat Senat AS. McConnel mengatakan, pemakzulan kali ini tidak berguna karena Trump tidak menjabat lagi.
Entah masih menjabat atau tidak menjabat, serangan pendukung Trump ke tugu demokrasi di AS sebenarnya adalah hal yang sahih dikenai hukuman. Entah Trump sudah tidak menjabat lagi, setidaknya kesempatan politik Trump akan terblokir demi bangsa, dari sudut pandang Demokrat.
Trump, setelah keputusan Senat AS itu, kembali meledek Demokrat sebagai pemburu penyihir alias menjalankan tugas yang tidak jelas. Trump tetap mendaulat diri sebagai orang yang paling menghargai hukum dan berpikir untuk tampil kembali ke dalam dunia politik praktis AS.
Demokrat dan beberapa Republikan terus mencari cara memojokkan Trump, dengan menyelidiki aspek kriminal dalam serangan 6 Januari. Quo vadis demokrasi AS?