Sejarah dunia membuktikan, di daerah yang mengandung kekayaan melimpah, berkah berupa emas, berlian, minyak, malah berubah menjadi kutukan. Banyak kepentingan memperebutkannya dan tak segan menggunakan milisi bersenjata.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Tiga tahun lalu, Kabupaten Intan Jaya yang terletak di pegunungan tengah Papua diselimuti suasana penuh kedamaian. Namun, kini, kondisi telah berbalik 180 derajat.
Situasi keamanan di Intan Jaya, Papua, hingga kemarin, Minggu (14/2/2021), berstatus siaga satu. Kondisinya belum pulih setelah terjadi serentetan perusakan, intimidasi, juga penembakan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB).
Catatan Kompas, awal Januari 2021, anggota KKB membakar pesawat perintis PK-MAX di Lapangan Terbang Kampung Pagamba, Distrik Mbiandoga. Tak lama, 10 Januari 2021, Prajurit Dua Agus Kurniawan tewas ditembak di daerah Titigi, Distrik Sugapa. Kemudian, 22 Januari 2021, Prajurit Satu Roy Vebrianto dan Prajurit Satu Dedi Hamdani ditembak di daerah Titigi dan Hitadipa. Terakhir, 12 Februari 2021, Prajurit Kepala Hendra Sipayung diserang di Kampung Mamba, Distrik Sugapa. Sepanjang 2020, penembakan terhadap aparat dan warga sipil, bahkan tokoh agama, juga terjadi.
Yang paling terkena dampak dari situasi ini tentunya 50.000 warga di sana. Sejak tahun lalu, pelayanan pemerintah daerah hingga pendidikan terganggu. Untuk memastikan keselamatan jiwa, ratusan warga bahkan mengungsi ke sejumlah gereja. Pimpinan DPR telah meminta pemerintah pusat, Kepala Polri, Panglima TNI, bersama pemerintah daerah segera mengatasi situasi tersebut agar warga tidak ketakutan.
Polres Intan Jaya dibantu 100 personel Brimob Polda Riau telah melakukan patroli secara rutin untuk memastikan keamanan. Tahun 2020, pemerintah pusat juga sempat membentuk tim gabungan pencari fakta guna menyelidiki penembakan tokoh agama Intan Jaya. Menjadi pertanyaan adalah apakah ini cukup? Faktanya, KKB masih berkeliaran dan terus beraksi. Sementara organisasi yang menamakan diri Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) di laman media internasional menyatakan bertanggung jawab atas serangkaian aksi kekerasan yang terjadi. Tuntutannya menghentikan otonomi khusus jilid II dan rencana penambangan Blok Wabu yang diprediksi memiliki sumber daya emas mencapai 8,1 miliar ton.
Dengan kekayaan alam yang melimpah itu, serentetan kekerasan yang mengusik Intan Jaya tentu bukan gangguan keamanan biasa. Di benak warga juga muncul pertanyaan, mengapa KKB yang jumlahnya kurang dari 100 orang tidak bisa segera dikendalikan, bahkan dilumpuhkan. Apabila keraguan ini dibiarkan, dapat menggerus ketidakpercayaan kepada pemerintah. Warga Intan Jaya pun kian tercerai-berai.
Dengan kekayaan alam yang melimpah itu, serentetan kekerasan tentu bukan gangguan keamanan biasa.
Sejarah dunia membuktikan, di daerah yang mengandung kekayaan melimpah, berkah berupa emas, berlian, dan minyak, malah berubah menjadi kutukan. Banyak kepentingan memperebutkannya dan tak segan menggunakan milisi bersenjata. Badan intelijen perlu mengoptimalkan informasi intelijen guna mendukung penegakan hukum dan keamanan yang tepat. Negara pun dapat segera memastikan warga Intan Jaya mendapatkan kedamaian kembali, sekaligus kemakmuran, bukan makin kian terusir dan hidup dalam ketakutan.