Bukan berarti semua rasa sakit akan hilang atau pergi selamanya, tetapi kita bisa belajar merasakannya saat rasa ini muncul dan kemudian melanjutkan hidup dengan merasa lebih berdaya, jujur, dan seimbang.
Oleh
AGUSTINE DWIPUTRI
·6 menit baca
Kita merasa sedih ketika kehilangan dompet atau menerima kabar buruk tentang orang yang kita cintai, anak-anak juga sedih saat tak boleh pergi ke sekolah atau bermain keluar rumah. Membahas kesedihan tampaknya relevan untuk saat ini agar kita lebih menyadari kondisi masing-masing.
Menurut Kristen Fuller (2019), kesedihan adalah suatu emosi normal yang dipicu oleh kejadian atau pengalaman buruk tertentu. Kita menjadi sedih tentang sesuatu yang spesifik. Keadaan emosi ini menghilang setelah beberapa waktu atau setelah sesuatu yang baik menggantikan peristiwa menyakitkan yang memicunya. Jadi, kesedihan bersifat sementara, kita mungkin merasa sedih sesaat, satu jam atau bahkan beberapa hari. Setiap individu pernah dan akan mengalami kesedihan, mungkin lebih dari satu kali dalam hidupnya.
Lebih lanjut, Hilary Jacobs Hendel (2020) menjelaskan, kesedihan adalah respons adaptif alami terhadap kehilangan. Kehilangan, seperti kematian seseorang yang dekat, putus cinta, anak pindah rumah, benda berharga rusak atau hilang, bahkan kekalahan dalam pemilihan. Ini berasal dari kapasitas kita yang terhubung dengan cinta, koneksi, dan keterikatan emosional pada orang, tempat dan benda.
Beda dengan depresi
Acapkali ucapan ”Saya depresi nih” dilontarkan dengan ringan dalam percakapan sehari-hari. Seseorang mungkin keluar kantor dan mengatakan depresi karena hasil kerjanya ditolak atasan. Ibu mengatakan sedang depresi saat makan malam karena harga makanan naik semua. Memang, kita sangat mungkin mengalami depresi, tetapi sering kali kita mengacaukan antara keduanya.
Guy Winch (2015) membedakan sebagai berikut:
Kesedihan adalah suatu emosi manusia yang normal. Kita semua pernah dan akan mengalaminya lagi. Kesedihan biasanya dipicu oleh peristiwa, pengalaman, atau situasi yang sulit, menyakitkan, menantang, atau mengecewakan.
Dengan kata lain, kita cenderung merasa sedih akan sesuatu. Ini juga berarti bahwa ketika sesuatu berubah, ketika luka emosional kita memudar, ketika kita telah menyesuaikan diri, melupakan kehilangan atau kekecewaan, maka kesedihan kita akan hilang.
Depresi adalah keadaan emosi yang tidak normal, gangguan mental yang memengaruhi pemikiran, emosi, persepsi, dan perilaku kita secara mendalam dan kronis. Saat depresi, kita merasa sedih tentang segala hal. Depresi tidak selalu membutuhkan kejadian atau situasi yang sulit, kehilangan, atau perubahan keadaan sebagai pemicu.
Faktanya, depresi sering terjadi tanpa adanya pemicu semacam itu. Depresi memengaruhi semua aspek kehidupan kita, membuat segalanya menjadi kurang menyenangkan, kurang menarik, kurang penting, dan kurang berharga.
Depresi menguras energi, motivasi, dan kemampuan kita untuk mengalami kegembiraan, antisipasi, kepuasan, koneksi, dan makna. Semua ambang cenderung lebih rendah. Kita lebih cepat murung, marah atau frustrasi, putus asa, dan membutuhkan waktu lebih lama untuk bangkit kembali dari segala hal.
Kesedihan hanya salah satu gejala depresi. Ketidakmampuan untuk membedakannya dapat membuat kita mengabaikan kondisi psikologis yang parah (depresi) dan bereaksi berlebihan pada keadaan emosi normal (kesedihan). Jika kita terlalu sering menggunakan istilah depresi saat menggambarkan emosi kita yang sedih, kita menyederhanakan gangguan kesehatan mental utama. Depresi adalah gangguan kesehatan mental serius yang mempunyai implikasi luas pada kehidupan pribadi, profesional, dan masyarakat secara keseluruhan.
Manfaat kesedihan
Menurut Lisa Firestone (2015), kecenderungan kita untuk menghindari kesedihan hampir bersifat naluriah. Sejak usia sangat muda, kita berusaha menghindari perasaan sedih. Setelah dewasa, meski tidak disengaja, kita cenderung menyampaikan pesan bahwa kesedihan itu buruk dan harus dihindari. Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa kesedihan bisa menjadi emosi adaptif dengan manfaat nyata. Jadi, kita tak perlu begitu takut untuk bersedih.
Kesedihan adalah emosi hidup yang dapat berfungsi untuk mengingatkan tentang apa yang penting bagi kita, apa yang memberi makna pada hidup kita. Secara umum, ketika kita mengenali emosi kita dan membiarkan diri merasakannya dalam kapasitas yang sehat dan aman, kita merasa lebih membumi, lebih menjadi diri sendiri, bahkan lebih tangguh. Sebaliknya, menekan emosi justru bisa membuat kita makin merasa tertekan. Jadi, apa yang sebenarnya kita hindari ketika kita menghilangkan kesedihan kita?
Ketika menghindari suatu emosi, kita sering kehilangan kontak dengan diri kita yang sebenarnya dan keterikatan kita padanya. Ketika merasakan emosi kita, hidup kita cenderung memiliki nilai lebih bagi kita. Kita lebih peduli, ingin lebih mencintai, lebih berkembang, dan lebih bertujuan. Semakin penuh kita menjalani hidup, semakin bahagia kita, tetapi semakin banyak kesedihan yang kita rasakan. Ini menambah dimensi makna pada pengalaman kita.
Menghadapi kesedihan
Lisa Firestone (2015) mengatakan bahwa jika kita membiarkan diri merasakan kesedihan yang sesungguhnya tentang hal-hal yang nyata, emosi dapat bergerak melalui diri seperti gelombang, sampai mencapai puncaknya, kemudian membasuh kita dan akhirnya menghilang. Bukan berarti semua rasa sakit akan hilang atau pergi selamanya, tetapi kita bisa belajar merasakannya saat rasa ini muncul dan kemudian melanjutkan hidup dengan merasa lebih berdaya, jujur, dan seimbang.
Hilary Hendel (2020) berpendapat, menangis adalah salah satu cara melepaskan kesedihan. Melepaskan emosi dasar ini sangat penting untuk kesehatan emosional secara segera dan berjangka panjang. Bagi Anda yang berjuang untuk mengeluarkan air mata atau sulit memproses kesedihan, latihan ringan berikut ini mungkin bisa membantu.
Ambil posisi tubuh yang nyaman di tempat tidur atau kursi. Pernapasan perut yang dalam adalah keterampilan yang membantu kita bergerak melalui gelombang penuh emosi dasar kita. Lakukan beberapa kali. Selanjutnya, pikirkan kembali kehilangan yang Anda alami.
Perhatikan perubahan apa yang terjadi pada tubuh. Telusuri tubuh Anda dari ujung rambut hingga ujung kaki saat Anda bernapas dengan nyaman dan mudah, dan lihat apakah Anda dapat menemukan sensasi kesedihan di tubuh. Anda mungkin melihat ada rasa berat di dada atau tekanan di belakang mata, atau mungkin terasa sensasi lain yang terkait dengan kesedihan. Tidak ada yang paling tepat, apa pun yang Anda rasakan adalah normal dan alami untuk Anda.
Tetap berada dalam sensasi sedih dan bernapaslah dengan lembut. Anda mungkin mulai merasakan gelombang kesedihan bergerak atau berkembang. Bernapaslah melalui perut yang dalam, perhatikan sensasi bergerak melalui Anda.
Jika dirasa terlalu berlebihan, coba hilangkan pikiran atau gambaran apa pun di benak Anda dan hanya fokus pada sensasi tubuh yang sedih dengan sikap ingin tahu dan kasih sayang terhadap diri sendiri. Ikuti gelombang kesedihan, tetaplah bersamanya, biarkan diri Anda menangis sampai itu selesai dan gelombang itu berakhir. Tetap bernapas sampai Anda merasa lebih tenang.
Terkadang kesedihan tidak dapat diproses karena ada emosi lain yang perlu dibersihkan lebih dulu. Misalnya, kehilangan ayah yang tidak kita ajak bicara selama bertahun-tahun karena telah terlalu menyakiti hati. Ini dapat menimbulkan rasa bersalah, marah, malu, dan banyak lagi. Jika kita punya perasaan campur aduk/ kompleks terhadap obyek kehilangan kita, kesedihan mungkin sulit diproses. Cobalah berkonsultasi.