Kata ”pada” dan ”kepada” adalah dua kata yang berbeda, baik secara arti maupun fungsi. Jika salah menggunakannya, kalimat bisa menjadi rancu. Misalnya, pada kalimat "Aku cinta padamu".
Oleh
Didik Durianto
·3 menit baca
”Cinta tidak terlihat dengan mata, tetapi dengan pikiran. Dan karenanya Cupid bersayap dicat buta.”
Analogi Cupid, dewa cinta dan gairah erotis dalam mitologi klasik Romawi, yang lumer oleh asmara dari kutipan romantis itu kerap diandalkan pejuang cinta untuk mengungkapkan perasaan.
Pada Hari Kasih Sayang, setiap Februari, kalimat mutiara dari pujangga William Shakespeare tersebut menjadi favorit pernyataan sayang sang empunya cinta kepada tambatan hati saat memberikan kado unik Valentine, sembari berkata, ”Aku cinta padamu.”
Kata pada, secara semantis, berperan sebagai penanda hubungan tempat dan penanda hubungan waktu.
Sekilas tidak ada persoalan dalam kalimat aku cinta padamu. Akan tetapi, dalam perspektif bahasa, ada kerancuan pada kata padamu. Kenapa rancu? Kira-kira begini teorinya.
Kata pada berkelas kata tugas. Dalam frasa ataupun kalimat, kata itu berperan sebagai preposisi atau kata depan. Dari segi bentuk, pada merupakan preposisi tunggal sebab hanya terdiri atas satu kata. Kata ini berkawan dengan di, ke, dari.
Kata pada, secara semantis, berperan sebagai, pertama, penanda hubungan tempat.
Berbeda dengan kata depan di, ke, dari yang bertugas secara otentik untuk menyatakan tempat yang sebenarnya, preposisi pada memiliki penanda hubungan tempat secara semu atau bukan nama tempat yang sesungguhnya.
Berikut contoh penerapannya:
Kado cokelat dan buku harian ini bukti bahwa perasaan sayang masih ada pada dirinya.
Ia rela pergi ke Jakarta untuk bekerja pada perusahaan penerbitan.
Kedua, berfungsi sebagai penanda hubungan waktu. Kata depan serumpun dengan pada yang berfungsi untuk menyatakan waktu antara lain hingga, sampai, sejak, dan menjelang.
Mereka pergi pada hari Minggu untuk merayakan perkawinan perak.
Sejak maghrib, keduanya bercengkerama di pinggir pantai.
Di samping preposisi tunggal (seperti di, ke, dari, pada), ada pula preposisi gabungan, baik gabungan secara berdampingan maupun berkorelasi.
Contoh preposisi yang berdampingan, antara lain, kepada, daripada, oleh karena, dan selain dari. Contoh preposisi yang berkorelasi antara lain antara … dengan …, dari … ke …, dan sejak … hingga ….
Fokus telaah
Penulis akan fokus menelaah kata depan kepada sebagai ”pintu masuk” untuk menguliti pernyataan bernada retorik pada judul tulisan ini.
Kata depan kepada merupakan dampingan antara kata ke dan pada. Kata kepada menandai makna ’arah’ atau ’penerima’.
Berikut disajikan penerapan kata depan kepada ke dalam kalimat:
Oleh Rosdi, cokelat itu diberikan kepada tetangga.
Erna meminta bantuan kepada psikolog untuk mengatasi persoalan rumah tangganya.
Dalam kegiatan berbahasa ragam formal, preposisi kepada memiliki variasi dengan akan dan terhadap sehingga bisa saling dipertukarkan karena memiliki kemiripan makna.
Contoh:
Semua suami tentu sayang kepada/terhadap istrinya.
Kus teringat kepada/akan sang mantan yang tinggal di Jakarta Selatan.
Akan tetapi, pertukaran tidak bisa dilakukan ketika menemukan kalimat berikut.
Pemimpin perusahaan memberikan bonus kepada (bukan terhadap) karyawan yang telah memberikan kinerja terbaik.
Kata kepada pada kalimat tersebut memiliki makna ’tujuan’, ’penerima’. Adapun kata terhadap tidak memiliki makna keduanya.
Pemimpin perusahaan berhak memberikan penilaian terhadap (bukan kepada) kinerja karyawan.
Pilihan jatuh pada aku cinta kepadamu karena gramatikal: sebuah ungkapan perasaan dari seseorang yang ditujukan kepada seseorang dengan alasan tertentu.
Kata terhadap pada contoh itu bisa diganti dengan perihal atau mengenai sehingga menjadi Pemimpin perusahaan berhak memberikan penilaian mengenai kinerja karyawan.
Dari uraian ringkas di atas, penulis kurang sependapat dengan kalimat aku cinta padamu, semata bukan karena manasuka. Akan tetapi, pilihan jatuh pada aku cinta kepadamu karena gramatikal: sebuah ungkapan perasaan dari seseorang yang ditujukan kepada seseorang dengan alasan tertentu.
Jadi, pernahkah Anda mengungkapkan perasaan cinta secara gramatikal kepada pasangan? Atau cukuplah dengan bukti, bukan sekadar kata dan janji.