Musk membelanjakan 1,5 miliar dollar AS, lebih dari Rp 22 triliun, untuk membeli ”bitcoin”. Pasar kemudian heboh dan menduga-duga alasan di balik langkah Musk.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Beberapa hari lalu, pasar finansial global terkejut ketika Elon Musk mengumumkan, perusahaan mobil listrik Tesla miliknya membeli mata uang kripto bitcoin.
Musk membelanjakan 1,5 miliar dollar AS, lebih dari Rp 22 triliun, untuk membeli bitcoin. Pasar kemudian heboh dan menduga-duga alasan di balik langkah Musk. Sejumlah perusahaan diketahui membeli bitcoin, seperti pembayaran digital Paypal, tekfin Mogo, dan perusahaan investasi Galaxy Holdings. Berbeda dengan Tesla, langkah mereka terkesan senyap dan tak terlalu mendapat perhatian publik.
Pada sisi itulah kita bertanya maksud Musk. Ia sepertinya ingin menciptakan ”keriuhan” di pasar. Ia tak langsung mengumumkan rencana itu, tetapi membuat unggahan tagar Bitcoin dan logonya di profil akun media sosialnya. Publik penasaran dengan langkahnya dan makin riuh setelah Senin (8/2/2021) Musk mengumumkan, Tesla berinvestasi di mata uang kripto itu. ”Keriuhan” ini mengangkat harga bitcoin. Tesla menyebut pembelian itu sebagai investasi aset cadangan alternatif.
Mereka memiliki total arus kas dan setara kas senilai 19,4 miliar dollar AS atau lebih dari Rp 284,5 triliun. Dalam dunia finansial, langkah itu disebut diversifikasi kas dan kerap dilakukan. Mereka mendiversifikasi kas dalam beberapa instrumen keuangan yang mudah dicairkan dan punya imbal hasil.
Mengapa memilih mata uang kripto? Musk memiliki beberapa perhitungan. Salah satu yang terungkap adalah mereka memberikan kesempatan kepada pembeli Tesla untuk menggunakan bitcoin. Namun, sepertinya tak hanya itu. Musk mempunyai jiwa pendobrak. Penggunaan bitcoin itu selaras dengan berbagai langkah disruptif yang dilakukan selama ini.
Bitcoin tak diatur bank sentral karena sistemnya terdesentralisasi. Hal ini sejalan dengan sistem di bisnis Musk yang sebagian sudah dijalankan, semisal penghilangan rantai dealer mobil serta penggunaan roket peluncur satelit yang makin mudah dan murah. Citra pendobrak dan pendisrupsi Musk pun semakin kuat. Meski demikian, pada saat yang sama, Musk tetap berhitung. Ia tidak akan mengambil risiko besar sehingga uang tunai yang didiversifikasi juga tak mengguncang arus kasnya. Perusahaan lain yang membeli bitcoin juga melakukan hal yang sama. Mereka berhitung dengan masa depan mata uang ini. Oleh karena itu, mereka berhati-hati.
Musk dan pebisnis lain sepertinya tengah melakukan cek ombak. Berbagai kemungkinan bisa terjadi. Ia mungkin menunggu dampak dari aksi korporasinya untuk melangkah lebih lanjut. Banyak yang menduga pada saatnya nanti mata uang kripto bakal menjadi alat pembayaran meski langkahnya tak gampang. Banyak bank sentral, seperti Bank Indonesia, tidak mengakui bitcoin dan sejenisnya sebagai alat pembayaran.
Mereka masih digolongkan sebagai komoditas yang diperjualbelikan di bursa. Harga yang bergejolak juga menjadikan publik ragu memegangnya. Cek ombak ala Musk dan pelaku pasar finansial lainnya perlu dicermati karena suatu saat bisa memastikan nasib mata uang itu.