Ekonomi Indonesia terkontraksi negatif 2,07 persen tahun 2020. Untuk tumbuh tahun ini sesuai target, masih tersedia cukup ruang dan peluang.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Ekonomi Indonesia terkontraksi negatif 2,07 persen tahun 2020. Untuk tumbuh tahun ini sesuai target, masih tersedia cukup ruang dan peluang.
Meski tumbuh negatif, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pekan lalu, terjadi perbaikan ekonomi dengan mengecilnya kontraksi dari negatif 5,32 persen pada kuartal II-2020 bertahap menjadi negatif 2,19 persen pada kuartal keempat.
Indonesia memiliki cukup ruang untuk tumbuh sesuai target 4-5,2 persen mengingat belum semua sumber pertumbuhan tergarap optimum. RI memiliki modal awal yang baik, yaitu stabilitas moneter dan inflasi 2020 yang rendah, 1,68 persen.
Sumber pertumbuhan ekonomi adalah investasi langsung dalam negeri dan asing yang akan menghasilkan produksi bernilai tambah, membuka lapangan kerja berkualitas, mendorong konsumsi yang mengurangi impor, meningkatkan ekspor yang menghasilkan devisa, dan tidak menimbulkan eksternalitas negatif.
Pertumbuhan realisasi penanaman modal tahun 2020 adalah 3,1 persen di tengah pandemi. Namun, investasi ini masih bisa ditingkatkan karena pada tahun 2017 realisasi penanaman modal 16,4 persen. Undang-Undang Cipta Kerja sudah melonggarkan berbagai persyaratan investasi langsung sehingga kita harapkan dapat mendongkrak realisasi investasi dengan prinsip keberlanjutan dan kepentingan nasional.
Ekspor kita tumbuh negatif 7,7 persen, tetapi impor negatif 14,71 persen. Penyumbang ekspor masih komoditas, yaitu minyak sawit mentah dan hasil tambang timah, bijih besi, dan tembaga. Kita tidak dapat bergantung pada ekspor komoditas mengingat harga komoditas memiliki siklus, seperti terjadi pada tahun 2014. Tidak ada pilihan lain kecuali terus meningkatkan industri pengolahan komoditas bernilai tambah.
Kita memiliki banyak ruang untuk tumbuh melalui inovasi dan penggunaan teknologi digital dalam kesehatan, pertanian, keuangan, perdagangan, hingga manufaktur yang dikembangkan di dalam negeri. Situasi ini berbeda dari negara-negara maju yang ekonominya tidak tumbuh pesat meski lahir inovasi serta teknologi informasi dan komunikasi.
Riset dan inovasi harus terus dilakukan pada bidang di mana Indonesia memiliki keunggulan komparatif, misalnya sektor pangan dan pertanian tropis, agar tidak diambil negara lain yang terus mengembangkan risetnya.
Pandemi yang tidak terkendali akan menghambat mobilitas dan aktivitas ekonomi lokal, serta lalu lintas orang dan perdagangan antarbangsa.
Memasuki tahun 2021, kita berharap pemerintah membuat target lebih tajam. Insentif untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) akan berdampak berganda apabila ditujukan untuk sektor padat karya, menyasar perempuan usaha ultra-mikro, mikro, dan kecil, dan UKM yang produknya diekspor. Selain membuka lapangan kerja, devisa yang mereka peroleh akan diinvestasikan di dalam negeri.
Dengan semua peluang dan optimisme itu, satu hal tetap harus dilakukan konsisten dan dapat diukur hasilnya, yaitu pengendalian pandemi. Pandemi yang tidak terkendali akan menghambat mobilitas dan aktivitas ekonomi lokal, serta lalu lintas orang dan perdagangan antarbangsa.