Penggunaan Kata ”Sempat”
Kata ”sempat” kerap muncul dalam tulisan. Malah, dalam tulisan yang tidak memerlukannya, kata itu juga muncul. Sebetulnya perlukah kita menggunakan kata ”sempat”?
Saat asyik menikmati makan siang, seorang editor menuliskan pesan kepada saya via Whatsapp. Dia ”memprotes” mengapa saya menghilangkan kata sempat pada judul berita yang ia buat.
Sayang sekali saya lupa judul beritanya. Berhubung saya juga rutin menghapus pesan yang masuk di Whatsapp, judul berita yang saya maksud pun tidak dapat saya cari.
Mengapa saya menghapus kata sempat pada judul itu sehingga editor memprotes? Sebab, kata sempat pada judul berita itu tidak diperlukan. Penggunaan kata berlebihan atau lewah jamak dilakukan oleh pengguna bahasa, baik lisan maupun tulisan.
Bahkan, saya pernah iseng menghitung kata sempat dalam satu berita. Hasilnya, ada tujuh kata sempat dalam berita itu, dan semua kata sempat dalam berita itu bisa dihilangkan.
Baca juga: Memvaksin atau Memvaksinasi?
Saya beri contoh pemakaian kata sempat pada berita yang sudah dicetak berikut.
Setelah sempat beberapa kali mengusung busana dengan tema keprihatinan khusus, Golden Globe Awards 2020 membebaskan tamu-tamunya bereksperimen seluas-luasnya dalam bergaya.
Kata sempat dalam kalimat itu bisa dihapus karena tidak akan mengurangi arti. Hal ini juga sejalan dengan penulisan jurnalistik yang mengedepankan penggunaan kalimat efektif.
Hal yang sama dinyatakan dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Sebuah kalimat mesti berisikan gagasan pembicara atau penulis secara singkat, jelas, dan tepat. Dalam hal ini, kalimat semestinya singkat, yang berarti hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.
Contoh lain terbaca dalam kalimat berikut: Jumlah pasien Covid-19 yang mengantre untuk mendapatkan ruang ICU juga mencapai 41 orang sehingga IGD pun sempat ditutup sementara. Kata sempat pada kalimat itu pun bisa dihilangkan.
Kemudian, bandingkan dengan kalimat berikut, Lebih dari 6.000 usaha mikro, kecil, dan menengah berbasis pariwisata sempat tutup total. Kata sempat pada kalimat tersebut memiliki arti ’pernah’. Jika kata sempat dihilangkan, maknanya bisa berbeda, dan bisa berarti pariwisata sampai sekarang masih tutup.
”Sempat” dalam KBBI
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sempat (verba) berarti ’ada waktu (untuk)’ atau ’ada peluang atau keluasan (untuk)’: kalau -- , saya akan datang ke sana malam ini; ia tidak -- membawa bekal makanan.
Kata sempat juga bermakna ’pernah’, tetapi berkelas kata adverbia. KBBI mencontohkan penggunaannya demikian: di daerah itu banyak pencuri yang -- menghebohkan masyarakat.
Kalimat berikut benar dalam pemakaian kata sempat. Selain itu, siswa dari keluarga yang berekonomi lemah, orangtuanya juga kerap tidak sempat membuatkan bekal karena harus pergi bekerja sejak pagi. Kata sempat pada kalimat itu berarti ’ada waktu’. Orangtuanya tidak ada waktu untuk membuatkan bekal.
Baca juga: Saltik alias Salah Tik
Sebenarnya, tidak sulit menentukan kapan kata sempat bisa dihilangkan dan kapan mesti digunakan. Saya menyimpulkan, kata sempat bisa dihilangkan apabila ada kata keterangan waktu.
Apalagi, seperti diuraikan sebelumnya menurut KBBI, kata sempat yang bermakna ’pernah’ termasuk kelas kata adverbia. Misalnya pada kalimat, Suasana di destinasi wisata Pantai Batu Hoda, Kabupaten Samosir, pada libur akhir tahun ini mulai menggeliat kembali setelah sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19.
Kata sempat yang bermakna ’pernah’ pada kalimat tersebut bisa dihilangkan karena kata setelah sudah cukup memberi keterangan bahwa pariwisata pernah terpuruk akibat Covid-19 dan kini mulai menggeliat.
Baca juga: Di Balik Istilah Polisi Tidur
Contoh lain pada kalimat, Hingga akhir tahun ini sudah banyak cicilan debitor yang sebelumnya sempat direstrukturisasi telah kembali normal.
Pada kalimat itu terdapat kata keterangan sebelumnya yang sudah cukup menerangkan bahwa cicilan debitor pernah direstrukturisasi.
Demikian pula kalimat berikut: Dompet elektronik menjadi alat pembayaran yang kian populer di masa pandemi meski di awal masa pandemi Covid-19 gerakannya sempat tertahan akibat perekonomian yang melambat.
Frasa di awal masa pandemi yang merupakan keterangan waktu sudah cukup menerangkan bahwa dompet elektronik pernah tertahan akibat pandemi.
Contoh lain, Kemenangan itu mengangkat derajat Palmeiras, klub buruh yang dahulu sempat direndahkan, bahkan dicap sebagai pengkhianat di Sao Paulo. Kata dahulu sudah cukup memberi keterangan bahwa Palmeiras pernah direndahkan.
Mutlak ada
Dalam beberapa kasus, kata sempat mutlak ada, antara lain dalam kalimat berikut: Spurs, yang sempat berada di puncak klasemen selama empat pekan, kini berusaha bangkit agar bisa kembali menjadi pesaing utama Liverpool dalam perebutan gelar juara Liga Inggris.
Bayangkan jika kata sempat dalam kalimat di atas tidak ada. Juga pada contoh kalimat yang sudah saya tulis di awal tulisan (Lebih dari 6.000 usaha mikro, kecil, dan menengah berbasis pariwisata sempat tutup total). Jika kata sempat dihilangkan, maknanya bisa berbeda, dan dapat berarti pariwisata sampai sekarang masih tutup.
Akhir kata, kosakata sebuah bahasa akan terus hidup selama si penutur menggunakannya. Namun, penggunaan kosakata mesti dibarengi dengan kecermatan dalam menggunakannya. Dengan cara itu, bahasa sebuah bangsa akan tetap terpelihara.
Yuliana Karim, Penyelaras Bahasa Kompas