Bersyukur akhirnya tim WHO boleh datang dan kini menjalankan investigasi di Wuhan. Mereka mengunjungi titik-titik kunci, mengumpulkan pelbagai spesimen hewan dan manusia, termasuk data dari lembaga riset di China.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Setelah bolak-balik tarik-menarik, akhirnya Pemerintah China mengizinkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencari asal-usul Covid-19 di Wuhan.
Covid-19 memang pertama kali muncul di Wuhan. Kota berumur 3.500 tahun ini adalah ibu kota Provinsi Hubei. Wuhan berpenduduk 11 juta jiwa, dilalui Sungai Yangtze dan Han, serta punya banyak danau dan taman. Berkembang menjadi kawasan perindustrian, kota ini memiliki pelabuhan dan bandar udara internasional. Banyak pekerja migran. Bisa jadi semua menjadi faktor Covid-19 mudah menyebar.
Sebenarnya, penelitian epidemiologi—mempelajari sumber, faktor, dan pola penyebaran penyakit—setahun setelah pandemi berlangsung, sudah sangat terlambat. Namun, apa boleh buat, ketertutupan Pemerintah China menjadi kendala utama. Bahkan, awal Januari 2021, ketika semua persyaratan sudah dipenuhi, China lagi-lagi menarik izinnya.
China yang ingin menjadi ”penguasa” baru dunia memang tidak mau dipersalahkan sebagai sumber kesengsaraan penduduk global. Data WHO menunjukkan, hingga hari Kamis (4/2/2021), jumlah yang terinfeksi Covid-19 mencapai 103.362.039 orang. Dari jumlah itu, 2.244.713 orang meninggal.
China bolak-balik menegaskan, meski kasus pertama muncul di Wuhan, bukan berarti virus berasal dari Wuhan. China bahkan sudah membuat versi resmi epidemiologi tentang SARS-CoV-2, virus korona baru yang memicu Covid-19. Versi ini tentu saja mengundang banyak ketidakpuasan sebab tidak menyebut asal-usul virus korona baru dan bagaimana caranya menular kepada manusia.
Bersyukur akhirnya tim WHO boleh datang dan kini sedang menjalankan investigasi di Wuhan. Mereka mengunjungi beberapa titik kunci, mengumpulkan pelbagai spesimen hewan dan manusia, termasuk data dari lembaga riset di China. Kita berharap China menerima tim WHO sebagai kunjungan ilmiah, semata-mata untuk memahami asal-usul, pola penyebaran, serta faktor-faktor pemicu dan penularannya, untuk mencegah pandemi berulang.
Berkat epidemiologi, dunia berhasil mencegah SARS dan MERS menjadi pandemi. Sayang, dalam kasus Covid-19, ada semacam penyangkalan dan ketidakpercayaan sehingga terlambat bertindak. Jadilah kini menuai dampaknya. Namun, dengan ilmu yang sama, kita paham pola penyebaran Covid-19 sehingga setidaknya bisa sedikit menahan lajunya.
Kita tahu bahwa pencegahan yang paling efektif adalah dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, sambil menunggu vaksin terdistribusi merata. Meskipun demikian, pengetahuan ini tampaknya perlu dukungan ilmu komunikasi dan pemahaman budaya agar masyarakat paham dan taat dalam pelaksanaannya.
Semoga dengan adanya investigasi, kita juga bisa segera mendapatkan jawaban atas teka-teki Covid-19 secara menyeluruh. Dengan demikian, selanjutnya bisa diperoleh metode jitu untuk menghentikan dan mencegahnya berulang.