Polisi Humanis

KOMPAS/RIZA FATHONI

Petugas Kepolisian membagikan masker kepada pengguna jalan saat berlangsung operasi tertib masker di Jalan Raya Bekasi, Cakung, Jakarta Timur, Minggu (31/1/2021). Operasi tertib masker masih terus digalakkan seiring masih kendurnya kedisiplinan warga dalam menaati protokol kesehatan pada masa pandemi ini. Perilaku disiplin warga yang masih relatif rendah masih berlangsung di tengah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Sebagian orang masih mengabaikan kewajiban, seperti penggunaan masker saat berkegiatan di luar rumah.

Selamat kepada Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo atas pelantikannya sebagai Kapolri. Ia menggantikan Jenderal (Pol) Idham Azis. Listyo membawa konsep ”Polisi Presisi”, yaitu polisi yang prediktif, responsif, dan bertransformasi yang berkeadilan.

Konsep itu diharapkan menjadi panduan sikap dan perilaku anggota Polri sehingga menjadi makin humanis. Apresiasi nilai dan persetujuan dari sembilan fraksi yang ada menunjukkan bahwa besar harapan yang diletakkan di pundak Kapolri baru.

Rakyat jelas akan mendukung kebijakan yang membuat masyarakat lebih tertib dan teratur. Semoga citra Polri sebagai sahabat masyarakat dapat segera diwujudkan. Mari kita bantu Polri dengan tertib dalam berlalu lintas, menjaga keamanan lingkungan, tidak berbuat jahat, tidak menyalahgunakan narkoba, dan perbuatan lain yang bertentangan dengan undang-undang.

Kemajuan bangsa dan negara menuju masyarakat adil dan makmur tidak lepas dari stabilitas nasional yang baik, yang dikawal oleh polisi humanis. Semoga!

FX Triyas Hadi Prihantoro

Guru SMP PL Domsav, Semarang

Ketahanan Pangan

Pemerintah beberapa waktu lalu memulai program food estate di Kalimantan yang bertujuan mengatasi kerawanan ketahanan pangan.

Sudah puluhan tahun negeri kita mengimpor beragam pangan dalam jumlah banyak. Tidak terhitung lagi devisa yang habis untuk impor pangan. Kita sangat prihatin dengan kondisi ini karena impor terus mengalir, seperti beras, jagung, terigu, gula, bawang putih, daging sapi, dan kedelai.

Kita pernah dalam waktu singkat berhasil swasembada beras, tetapi setelah itu kembali impor. Bahkan, negeri tetangga kita, Thailand dan Vietnam, mampu menjadi eksportir utama beras dunia, padahal dahulu mereka belajar dari Indonesia.

Jika negeri kita tidak mampu menjamin kedaulatan pangan, apalagi dalam situasi pandemi ini, kita dalam posisi rentan. Krisis pangan bisa terjadi kapan saja karena semua negara akan berlomba mempertahankan dan meningkatkan cadangan pangan masing-masing.

Semoga pemerintah fokus membenahi ketahanan dan kedaulatan pangan.

Taufan Tenardhi

Jalan Soka Raya, Kemang Pratama 2, Bekasi 17116