Vaksin merah putih yang akan dikembangkan dapat memacu keinginan kita untuk semakin percaya diri membangun industri vaksin yang kuat.
Oleh
Samsuridjal Djauzi
·5 menit baca
Saya mantan staf pengajar di sebuah universitas. Latar belakang bidang saya ekonomi, namun belakangan ini saya banyak membaca tentang pengembangan vaksin Covid-19. Menurut saya perkembangannya luar biasa. Jika rata-rata pengembangan vaksin memerlukan waktu 10 sampai 20 tahun, vaksin covid-19 ini dapat dikembangkan sampai digunakan hanya dalam satu tahun.
Kita ingat laporan pertama Covid-19 ini di Cina pada Desember 2019. Kemudian virus dapat diidentifikasi serta dikembangkan calon vaksinnya. Setelah melalui rentetan penelitian pada binatang dan manusia, telah ditetapkan vaksin yang dapat dipakai. Uji klinik baik tahap 1, 2, dan tahap 3 ini tentu memerlukan persiapan serta pelaksanaan yang memerlukan waktu. Namun, bulan Desember 2 macam vaksin sudah mendapat izin penggunaan darurat (EUA) kemudian vaksin tersebut diproduksi massal dan digunakan.
Jika saya urut mulai penetapan vaksin sampai produksi massal dan penggunaan massal di masyarakat, waktunya benar-benar efisien. Sulit membayangkan bagaimana perencanaan serta kerja sama sehingga dapat digunakan untuk masyarakat secepat itu.
Pemerintah Indonesia telah bekerja sama dengan Cina untuk mengembangkan vaksin Sinovac. Mulanya vaksin ini dimpor, tetapi kemudian dilanjutkan dengan produksi sendiri di Biofarma. Kita bersyukur Biofarma sudah punya kemampuan tinggi dalam pembuatan vaksin. Produksi vaksin Biofarma tidak hanya digunakan untuk kebutuhan dalam negeri, tetapi juga diekspor ke lebih 100 negara di dunia.
Biofarma hanya diizinkan untuk mengekspor jika mutunya diakui oleh WHO. Saya mendengar, sebagian besar vaksin BCG dan polio oral yang digunakan di dunia adalah produksi Biofarma. Selain itu, kebijakan pemerintah untuk pengadaan vaksin dalam program imunisasi nasional juga mendukung kemajuan industri vaksin di Indonesia. Semua vaksin yang akan digunakan untuk pogram imunisasi nasional harus buatan Biofarma atau sekurangnya Biofarma harus terlibat dalam pembuatannya. Ini menjadikan Biofarma diperhitungkan sebagai salah satu produsen vaksin.
Pemerintah telah membuat rencana jangka panjang agar vaksin COVID-19 dapat dibuat di dalam negeri. Bukan hanya diproduksi di Biofarma, tetapi vaksin yang akan dikembangkan berasal dari virus yang beredar di Indonesia. Penelitinya adalah peneliti Indonesia. Baik uji binatang maupun uji klinisnya juga dilakukan di Indonesia. Amat membanggakan, karena semuanya dilakukan secara mandiri. Nama vaksinya juga cukup heroik, vaksin merah putih.
Saya memahami bahwa penelitian untuk menemukan vaksin merah putih ini melibatkan berbagai universitas di Indonesia, Lembaga Eijkman, serta Kementerian Riset dan Teknologi. Kita bersyukur selama pandemi COVID-19 kita didorong untuk saling bekerja sama dan hasilnya cukup banyak. Kita dapat membuat reagen tes covid, ventilator, dan belakangan ini juga ada alat deteksi COVID-19 berdasarkan analisa udara pernapasan (G-Nose).
Saya merasa sudah saatnya kita lebih memperhatikan kebutuhan sumber daya manusia untuk industri vaksin ini. Kemampuan Biofarma harus terus ditingkatkan dengan dukungan tenaga-tenaga terdidik serta berdedikasi. Apakah kita sudah banyak mempunyai pakar dalam industri vaksin?
Saya percaya Fakultas Farmasi tentu sudah menyiapkan tenaga tersebut, namun saya kira kita membutuhkan pendidikan pascasarjana untuk industri vaksin. Bagaimana pendapat Dokter? Terima kasih.
M di B
Saya menghargai perhatian Anda pada industri vaksin di negeri kita. Ya, kita harus terus berusaha memajukan industri vaksin kita karena jumlah penduduk kita yang mencapai 270 juta orang, terbesar keempat di dunia sehingga merupakan pasar yang besar. Belum lagi kesempatan untuk mengekspor ke luar negeri. Setahu saya sudah ada tenaga baik master maupun doktor yang memilih vaksin sebagai penelitiannya. Mereka dididik baik di dalam maupun di luar negeri.
Dr Ivo lulusan FKUI mendapat gelar doktor atas penelitiannya tentang pengembangan vaksin influenza yang tidak memerlukan telur untuk perkembangbiakan virus influenza. Saya juga kenal seorang doktor lulusan Australia yang menekuni tentang produksi vaksin. Beberapa orang Indonesia ada yang lulus master di luar negeri sehingga mendapat gelar Master Vaccinology. Lulusan S3 di bidang vaksin ini di dalam negeri juga sudah ada beberapa orang, hanya mereka berkarier di berbagai instansi.
Di Biofarma banyak tenaga master dan doktor yang bertugas mengembangkan dan memproduksi vaksin. Memang jika Biofarma semakin besar atau ada tambahan pabrik vaksin lain, kebutuhan sumber daya manusianya tentu akan meningkat.
Dulu saya pernah mendengar bahwa Universitas Padjadjaran berminat mengembangkan program pendidikan magister vaksin, namun ternyata sampai sekarang belum terwujud. Universitas Padjadjaran dekat dengan Biofarma, sama-sama di Bandung jadi wajarlah jika universitas ini membuka program pendidikan pascasarjana vaksinologi.
Kerja sama universitas Padjadjaran dan Biofarma akan menguntungkan kedua belah pihak dan bermanfaat bagi masyarakat. Sebenarnya vaksinologi tak hanya mendalami pengembangan vaksin, tetapi juga banyak aspek lain seperti pengawasan mutu, logistik, serta pemasaran vaksin. Kita dapat menyaksikan bagaimana rumitnya distribusi vaksin Pfizer di Amerika Serikat yang memerlukan lemari pendingin -70 derajat Celsius. Sistem logistiknya harus sedemikan baik agar tak banyak vaksin yang tersimpan dan rusak.
Cina dan India merupakan negara yang mempunyai kapasitas tinggi dalam memproduksi vaksin. Mereka membutuhkan untuk rakyatnya, namun juga mengekspornya ke negara lain. Salah satu perusahaan vaksin di India akan memproduksi miliaran vaksin AstraZeneca dalam tahun ini. Vaksin ini sudah mulai digunakan di dalam negeri dan banyak negara yang berminat menggunakannya karena efektivitasnya baik, keamanan juga baik, dan sistem distribusinya lebih sederhana. Harganya juga relatif murah.
Apakah kita mampu bersaing dengan Cina dan India? Semua tergantung kita. Rencananya di samping Biofarma, akan berdiri perusahan vaksin baru di dekat Jakarta. Kita berharap manufaktur vaksin ini akan dapat bekerja sama dengan Biofarma sehingga dapat bersama memajukan industri vaksin kita.
Di masa depan vaksin akan semakin banyak dibutuhkan. Vaksin akan semakin diperlukan dalam mencegah penyakit. Wajarlah jika kita perlu memandang ke depan dan mempunyai cita-cita memajukan industri vaksin kita. Vaksin merah putih yang akan dikembangkan dapat memacu keinginan kita untuk semakin percaya diri membangun industri vaksin yang kuat.
Mungkin usul Anda untuk meningkatkan jumlah tenaga pakar dalam industri vaksin akan mendapat respons dari berbagai universitas dan institut di Indonesia. Bisnis bidang kesehatan di masa depan akan tumbuh cepat termasuk bisnis vaksin.
Untuk mendukung kemajuan tersebut diperlukan tenaga-tenaga pakar yang dihasilkan oleh universitas. Kita berharap baik Universitas Padjadjaran atau perguruan tinggi lain dapat mempertimbangkan untuk membuka program pascasarjana studi di bidang vaksinologi ini. Pandemi COVID-19 telah mengajarkan kepada kita bagaimana pentingnya mengembangkan kemampuan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kita.
Terima kasih atas perbincangan tentang vaksin ini. Semoga usul Anda mendapat respons yang baik. Saya mendoakan semoga keluarga Anda tetap sehat, patuh menjalankan protokol kesehatan, serta menjalani vaksinasi COVID-19 jika sudah mendapat giliran nanti.