Memvaksin atau Memvaksinasi?
Kata ”memvaksin” dan ”memvaksinasi” bersaingan dalam penggunaan bahasa. Dua bentuk seperti ini kadang membingungkan pemakai bahasa. Meski penjelasan atas kedua hal itu tidak ditemukan dalam KBBI, KBBI tetap jadi patokan.
Beberapa pekan ini warga Indonesia meributkan program vaksinasi. Keributan berpangkal pada masalah keampuhan, keamanan, dan kehalalan vaksin yang digunakan.
Keributan juga disebabkan informasi yang beredar berbeda-beda sehingga warga jadi bingung. Setelah orang nomor satu di Indonesia disuntik vaksin, ribut-ribut itu lama-lama mereda.
Namun, di kalangan pengguna bahasa, keributan belum berakhir. Bukan karena soal keampuhan, keamanan, dan kehalalan vaksinnya, melainkan karena masih bingung soal penggunaan kata yang mengandung vaksin itu: memvaksin (divaksin) atau memvaksinasi (divaksinasi).
Biasanya kalau ada dualisme seperti itu, pengguna bahasa akan merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Yang terjadi, karena KBBI bukan buku teori atau buku praktis pemakaian bahasa, jawaban atas dualisme itu cenderung kurang memuaskan. Meskipun demikian, apa yang tercantum dalam KBBI tetap menjadi rujukan.
Baca juga: Saltik alias Salah Tik
Dalam KBBI dinyatakan bahwa memvaksin berarti ’memberi vaksin kepada seseorang atau binatang agar kebal terhadap penyakit’. Akan halnya memvaksinasi, KBBI mengartikannya sebagai ’melakukan vaksinasi’.
Dua kata bentukan tersebut bukan hal baru dalam bahasa Indonesia. Bentuk memvaksin sama saja sebetulnya dengan bentuk seperti memvonis, menghukum, dan mendakwa. Demikian juga memvaksinasi sama saja dengan mengimunisasi, menormalisasi, meminimalisasi, dan memodernisasi.
Yang membedakan ialah kata kerja memvaksin diturunkan dari vaksin (kata benda) yang diimbuhi awalan me-, sedangkan memvaksinasi diturunkan dari vaksinasi (juga kata benda) yang mendapatkan awalan me-. Vaksin dan vaksinasi dianggap sebagai lema yang berbeda dalam KBBI.
Konfiks pe-…-an
Bentuk –isasi yang melekat pada vaksinasi, imunisasi, normalisasi, dan sejenisnya biasanya disamakan dengan konfiks pe-…-an dalam bahasa Indonesia. Selain vaksinasi, imunisasi, dan normalisasi, kita juga bisa menggunakan pemvaksinan, pengimunan, dan penormalan.
Sebagai catatan, -isasi bukan merupakan akhiran dalam bahasa Indonesia. Kita menyerap kata yang mengandung -isasi utuh dengan bentuk dasarnya. Vaksinasi dari vaccination, imunisasi dari immunization, misalnya. Itulah sebabnya KBBI tidak menuliskan vaksinasi sebagai bentuk turunan dari vaksin, tetapi sebagai lema tersendiri.
Keberadaan bentuk -isasi pada kata-kata tersebut menyebabkan maknanya berbeda dengan makna bentuk dasarnya. Vaksin bermakna ’bibit penyakit (misalnya cacar) yang sudah dilemahkan, digunakan untuk vaksinasi’.
Baca juga: Di Balik Istilah Polisi Tidur
Adapun vaksinasi bermakna ’penanaman bibit penyakit (misalnya cacar) yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh manusia atau binatang (dengan cara menggoreskan atau menusukkan jarum) agar orang atau binatang menjadi kebal terhadap penyakit tersebut’.
Jadi, makna yang timbul dari keberadaan -isasi ialah makna proses. Vaksinasi adalah proses penanaman bibit penyakit yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh manusia atau binatang. Makna proses ini pun timbul jika kita menggunakan pemvaksinan untuk mengganti vaksinasi.
Hal yang sama terjadi pada kata imunisasi, normalisasi, minimalisasi, dan modernisasi. Keempatnya bisa diganti dengan pengimunan, penormalan, peminimalan, dan pemodernan.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan, selain pengimunan, penormalan, peminimalan, dan pemodernan, muncul pula pemvaksinasian, pengimunisasian, penormalisasian, peminimalisasian, dan pemodernisasian. Bentuk yang redundan ini muncul karena dalam proses pembentukan hal itu dimungkinkan.
Kira-kira demikian urutan proses pembentukannya:
vaksin—memvaksin—pemvaksinan—pemvaksin
vaksinasi—memvaksinasi—*pemvaksinasian—pemvaksinasi
imun—mengimunkan—pengimunan—pengimun
imunisasi—mengimunisasi—*pengimunisasian—pengimunisasi
normal—menormalkan—penormalan—penormal
normalisasi—menormalisasi—*penormalisasian—penormalisasi
Tanda bintang (*) menunjukkan bentuk yang redundan. Selain sudah mengandung -isasi, juga mengandung pe-…-an.
Baca juga: Pewaris Versus Ahli Waris
Dapat digunakan
Jika melihat proses pembentukan kata tersebut, kata memvaksin dan memvaksinasi mestinya dapat digunakan untuk maksud yang sama. Keduanya bermakna ’tindakan memberikan atau menyuntikkan vaksin kepada seseorang atau binatang agar menjadi kebal terhadap suatu penyakit’.
Hal yang sama berlaku pada kata mengimunkan-mengimunisasi, menormalkan-menormalisasi, memodernkan-memodernisasi, dan seterusnya. Contoh berikut dapat menjelaskan hal itu.
Pemerintah akan memvaksin (memvaksinasi) warganya sebagai upaya memutus penyebaran Covid-19.
Posyandu digunakan pemerintah untuk mengimunkan (mengimunisasi) anak-anak balita.
Pemprov DKI tengah menormalkan (menormalisasi) Ciliwung sebagai upaya mengurangi banjir yang saban tahun terjadi.
Kedatangan ahli dari Jerman itu dimaksudkan untuk memodernkan (memodernisasi) teknologi yang sudah ketinggalan zaman.
Baca juga: Yaitu yang Keliru pada Kalimat
Yang mesti diperhatikan adalah penambahan konfiks pe-…-an pada bentuk yang sudah mengandung -isasi. Secara bentuk dapat diterima, tetapi secara makna mengandung dua makna proses pada bentuk turunannya.
Dalam dunia jurnalistik yang serba singkat, padat, dan sederhana, tetapi harus jelas dan menarik, bentuk yang redundan, berlebihan, sebaiknya dihindari. Pembaca jangan dibuat kepayahan saat membaca tulisan yang disajikan.
Ingat KISS: keep it short and simple, bukan keep it simple stupid.
Nur Adji, Penyelaras Bahasa Kompas