Dengan membuat kesepakatan untuk memperpanjang New START, setidaknya AS dan Rusia memperlihatkan niat baik mengurangi ancaman teror nuklir bagi dunia.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden baru berumur sepekan, tetapi sudah muncul berita yang pantas untuk kita simak, yakni menyangkut kesepakatan nuklir.
Seperti diberitakan harian ini, Kamis (28/1/2021), Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin, melalui pembicaraan telepon, bersepakat memperpanjang Traktat Nuklir New START. START adalah traktat pengurangan persenjataan nuklir strategis (Strategic Arms Reduction Treaty) AS dan Rusia. Menurut traktat ini, kedua negara adidaya nuklir tersebut maksimal hanya boleh mempunyai 1.550 hulu ledak. New START kini adalah satu-satunya traktat nuklir yang masih mengikat AS dan Rusia. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menarik diri dari Traktat Nuklir Jarak Menengah INF (Intermediate-range Nuclear Forces) yang disepakati pada 1987.
Meskipun dalam lingkup AS dan Rusia, setiap kali muncul berita tentang kesepakatan persenjataan nuklir, kita lega. Kita menyadari betapa mengerikannya efek senjata yang digolongkan sebagai pemusnah massal ini jika sampai digunakan. Penggunaan senjata atom—pendahulu senjata nuklir—di pengujung Perang Dunia II oleh AS terhadap kota Hiroshima dan Nagasaki masih menjadi mimpi mengerikan bagi warga dunia.
Dari jumlahnya, hulu ledak nuklir dunia sudah turun jauh, dari 70.000 hulu ledak pada puncak Perang Dingin menjadi 14.000 hulu ledak, dewasa ini. Namun, tetap saja ini adalah arsenal (amunisi) yang bisa meluluhlantakkan dunia. Kita berharap kesepakatan untuk memperpanjang New START menggerakkan pemimpin kuasa nuklir untuk ikut ambil bagian dalam upaya untuk penghapusan senjata nuklir dari muka Bumi.
Mimpi manusia untuk melihat dunia terbebas dari senjata nuklir masih sulit diwujudkan. Meskipun penyebarluasan (proliferasi) senjata nuklir di dunia tidak cepat lajunya karena ketatnya rezim yang membelenggu pemilikan senjata nuklir, satu-dua negara masih berusaha dan lolos bisa memilikinya. Korea Utara menjadi negara terakhir yang masuk dalam klub elite ini. Iran yang oleh Barat, dan lebih-lebih oleh Israel, dipersepsikan sebagai negara aspiran senjata nuklir telah dijepit melalui bermacam sanksi.
China, yang oleh AS semasa pemerintahan Presiden Trump didorong ikut dalam skema New START, telah menolak ide tersebut. China menyatakan bersedia mengambil bagian dalam New START jika level senjata nuklir AS setingkat China. AS harus memangkas arsenalnya menjadi sekitar 300 hulu ledak saja.
Kini, sembilan negara pemilik senjata nuklir menjadi klub elite eksklusif. Seiring dengan itu, mereka memikul tanggung jawab besar untuk membuat dunia aman dan selamat meskipun harus hidup di bawah ancaman teror senjata nuklir.
Dengan membuat kesepakatan untuk memperpanjang New START, setidaknya AS dan Rusia memperlihatkan niat baik mengurangi ancaman teror nuklir bagi dunia. Namun, pekerjaan rumah tetap ada karena level arsenal nuklir keduanya masih jauh lebih tinggi daripada ketujuh pemilik senjata nuklir lain. Kesepakatan AS-Rusia itu baik, tetapi baru langkah kecil menurunkan ancaman nuklir bagi dunia.