Dengan kemampuan analisis mandiri, investor tidak akan panik ketika harga saham jatuh karena telah memiliki strategi keluar dari saham yang melorot harganya. Investor juga perlu menguasai psikologi dalam berinvestasi.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
Kenaikan jumlah investor ritel sepanjang tahun 2020 memiliki banyak sisi untuk dicermati. Tentunya tidak cukup hanya jumlah yang lebih banyak, yang lebih penting adalah kualitas investor ritel yang baik.
Banyak motivasi yang membuat seseorang akhirnya memberanikan diri untuk berinvestasi di pasar modal. Salah satunya karena merasa tidak cukup dengan hanya mengandalkan produk perbankan seperti tabungan saja.
Yang perlu diingat, investasi di pasar modal memang memberikan imbal hasil lebih tinggi. Namun, risikonya juga lebih tinggi dibandingkan dengan menabung di perbankan. Sayangnya, banyak investor pemula yang hanya tertarik dengan imbal hasil lebih tinggi, tetapi melupakan faktor risiko yang melekat pada imbal hasil tersebut.
Apalagi belakangan semakin banyak investor ritel yang memamerkan hasil investasinya di berbagai media sosial, tanpa memberikan edukasi sama sekali bagaimana cara dan analisis yang benar mendapatkan keuntungan.
Iming-iming mendapatkan untung besar dalam waktu singkat di pasar saham, bisa jadi membuat semakin banyak anak muda tertarik membeli saham. Padahal, untuk mulai berinvestasi harus memahami seluk beluk pasar saham terlebih dahulu.
Menginvestasikan ilmu di kepala dulu, baru menginvestasikan uang di pasar modal sehingga bukan hanya sekadar membeli saham dan berharap harga sahamnya naik setiap hari.
Memang, imbal hasil dari pergerakan harga saham lebih tinggi dibandingkan hanya menyimpan seluruh uang pada deposito atau tabungan. Hanya saja, ada beberapa hal yang perlu dicermati dan dipelajari sebelum kita membeli saham.
Walaupun imbal hasilnya besar, membeli saham tidak langsung membuat kita cepat kaya melainkan kaya lebih cepat. Apa bedanya? Ketika pasar saham sedang pulih dari penurunan dalam seperti sekarang ini, tampaknya mendapatkan keuntungan besar di pasar saham lebih mudah. Namun, tidak demikian sebenarnya.
Harga saham sangat berfluktuasi. Kadang naik kadang turun, bahkan turun sangat dalam hanya dalam hitungan jam atau menit. Ketika investor tidak membekali diri dengan keterampilan mencukupi dalam memahami cara berinvestasi, kerugian selalu membayangi.
Apalagi ketika keputusan membeli saham hanya berdasarkan pernyataan dari investor lain tanpa didasari oleh analisis dan kajian memadai. Ditambah muncul keserakahan ingin cepat kaya tetapi modal tiris, sampai-sampai nekat meminjam uang arisan, uang kuliah, hingga pinjam ke tukang kredit. Alih-alih kaya mendadak malah kerugian yang didapatkan.
Saham dapat membuat investor kaya lebih cepat. Misalnya, perkembangan dana sebesar Rp 1 juta yang dibelikan saham dengan kenaikan 10 persen per tahun, tentu lebih besar dibandingkan dengan dana yang hanya disimpan pada deposito yang memberikan imbal hasil 3 persen per tahun. Dengan imbal hasil lebih tinggi, aset tentu akan lebih cepat bertambah.
Persoalannya, bagaimana memilih saham yang memberikan keuntungan lebih besar daripada deposito di antara 700-an saham di bursa? Kembali lagi pada investasi di kepala karena teknik investasi di pasar saham dapat dipelajari sehingga risiko kerugian dapat dikurangi.
Para investor yang baru masuk pasar saham tahun lalu atau sering disebut angkatan korona seharusnya juga terlebih dahulu belajar berinvestasi dengan benar. Dengan demikian, dapat menjadi investor ritel yang berkualitas, mampu menganalisis secara mandiri, lalu mengambil keputusan beli jual saham berdasarkan perhitungan paling sederhana sekalipun.
Para investor yang baru masuk pasar saham tahun lalu atau sering disebut angkatan korona seharusnya juga terlebih dahulu belajar berinvestasi dengan benar.
Dengan kemampuan analisis mandiri, investor juga tidak akan panik ketika harga saham jatuh karena telah memiliki strategi untuk keluar dari saham yang melorot harganya. Selain itu, perlu juga menguasai psikologi dalam berinvestasi. Dengan demikian, tidak perlu mengikuti kelas yoga hanya untuk mendapatkan ketenangan ketika portofolio saham merugi.