Pertumbuhan global 2021 diprediksi hanya 1,6 persen jika lonjakan kasus baru terus terjadi dan distribusi vaksin secara global terhambat.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Konsensus sejumlah lembaga dunia menunjukkan tingginya optimisme akan pemulihan ekonomi global pada 2021. Namun, tingginya ketakpastian dan risiko juga membayangi.
Selain mulai bergulirnya program vaksinasi di beberapa negara, kucuran stimulus oleh Pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Joe Biden menjadi faktor menguatnya optimisme global (Kompas, 20/1/2021). Sejumlah prediksi melihat, sebaran distribusi vaksin akan mencapai level cukup aman pada pertengahan tahun, mendorong ekonomi bergerak lebih cepat, ditopang stimulus fiskal dan moneter akomodatif di seantero global.
Bank Dunia dalam Global Economic Prospects, Januari 2021, memprediksi ekonomi global tumbuh 4 persen tahun 2021, menyusul kontraksi 4,3 persen pada 2020. Asumsi proyeksi ini, vaksin Covid-19 kian tersedia secara meluas dalam skala global dan ada upaya lebih gigih dunia menjinakkan Covid-19.
Namun, dengan masih sangat tingginya lonjakan kasus di sejumlah negara dan mutasi baru virus yang lebih menular dan berbahaya, outlook global jangka pendek masih penuh ketidakpastian. Dalam skenario rendah, pertumbuhan global 2021 diprediksi hanya 1,6 persen jika lonjakan kasus baru terus terjadi dan distribusi vaksin secara global terhambat.
Sebaliknya, dalam skenario tinggi, pertumbuhan global bisa mengalami akselerasi hingga 5 persen pada 2021 jika pandemi sukses dikendalikan dan vaksinasi bisa berjalan lebih cepat.
Dana Moneter Internasional (IMF), Oktober lalu, memprediksi pertumbuhan global 5,2 persen pada 2021. Negara maju 4 persen, dengan AS 3 persen, zona euro 5 persen. Di kalangan emerging markets, China dan India diprediksi tumbuh 8 persen atau lebih. Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) juga memproyeksikan pertumbuhan global kembali ke level prapandemi pada 2021, dengan pertumbuhan 4,2 persen pada 2021 dan 3,7 persen pada 2022. China menyumbang sepertiga dari pertumbuhan PDB global.
Proyeksi angka pertumbuhan global pascapandemi itu menunjukkan gambaran pemulihan paling spektakuler dan impresif dalam beberapa dekade terakhir. Namun, diingatkan, efek negatif jangka panjang pandemi bisa jadi ancaman bagi perekonomian global satu dekade ke depan. Salah satu efek ini adalah kian membengkaknya akumulasi utang, terutama negara berkembang, yang bisa memicu krisis utang baru dan mengancam pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Tanpa ada upaya bersama global untuk restrukturisasi, mereka terancam kembali mengalami ”satu dekade hilang”.
Pandemi juga meningkatkan disparitas dan fragmentasi yang bisa melemahkan stabilitas geopolitik global. Dampak negatif jangka panjang pandemi berupa rendahnya investasi, underemployment, dan menurunnya angkatan kerja akibat Covid-19 di banyak negara maju juga bisa memicu perlambatan ekonomi global satu dekade ke depan.
Untuk menjaga prospek pemulihan, respons masif dan kerja sama lebih erat global untuk memerangi Covid-19, distribusi vaksin, dan perluasan keringanan utang bagi negara-negara miskin menjadi penting. Proteksionisme dan kebijakan menutup perbatasan hanya memperburuk prospek global. Kita diingatkan, transisi keluar dari pandemi bukan tak mungkin lebih berat dan menyakitkan dari prediksi banyak kalangan.