Harapan pada Biden-Harris
Dunia memiliki harapan besar terhadap administrasi baru Amerika Serikat. Kerja sama yang lebih kuat antara Indonesia dan AS tidak hanya akan berdampak positif bagi kedua negara, tetapi juga kawasan dan dunia.
Dunia baru saja menyaksikan pelantikan Joseph Biden Jr sebagai presiden ke-46 Amerika Serikat dan Kamala Harris sebagai wakil presiden pada 20 Januari 2021. Muncul optimisme dan harapan, administrasi baru AS akan dapat menjadikan AS sebagai bagian dari solusi dunia menghadapi berbagai macam tantangan, termasuk tantangan pandemi Covid-19.
Survei Morning Consultant menyebutkan, terpilihnya Biden telah meningkatkan persepsi positif Amerika Serikat di sejumlah negara.
Baca juga: Melestarikan Perdamaian di Masa Pandemi
Harapan tersebut tentu tidak berlebihan di tengah dua tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini. Tantangan tersebut adalah pertama, bagaimana dunia secara bersama dapat keluar dari pandemi dan mempercepat pemulihan ekonomi. Kedua, bagaimana di tengah pandemi, semua negara tetap berkomitmen menjaga perdamaian dan stabilitas dunia serta menurunkan tensi rivalitas.
Amerika dan dunia
Bagi Indonesia, setiap negara, termasuk AS, harus menjadi bagian dari solusi bagi berbagai tantangan dunia. Dalam hal ini, ada tiga hal yang diharapkan Indonesia dari pemerintahan Biden untuk dunia yang lebih damai, aman, dan sejahtera.
Pertama, pemulihan dari pandemi Covid-19 dan multilateralisme. Multilateralisme bukan sebuah ”sistem” yang sempurna (perfect), tetapi ini masih merupakan opsi yang terbaik, di mana semua negara di dunia merasa menjadi bagian. Surutnya multilateralisme akan memunculkan semakin banyak unilateralisme negara-negara besar yang sangat merugikan banyak negara.
Pada saat yang sama, kita juga melihat terus menurunnya kepercayaan negara dunia terhadap multilateralisme karena dinilai tak berfungsi seperti harapan. Survei Pew Research Center pertengahan 2020 menunjukkan, hanya 51 persen dari responden di 14 negara yang disurvei yang menilai Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) efektif dalam menangani permasalahan global.
Solidaritas sangat diperlukan, termasuk dalam isu vaksin Covid-19.
Oleh karena itu, yang diperlukan saat ini adalah membuat multilateralisme yang bermanfaat bagi semua. Terutama di saat pandemi ini, dunia sangat membutuhkan spirit kolaborasi dan kepemimpinan kolektif global yang kuat. Solidaritas sangat diperlukan, termasuk dalam isu vaksin Covid-19.
Dalam beberapa hari ini, baik Sekretaris Jenderal PBB maupun Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terus menyuarakan kekhawatiran terhadap nasionalisme vaksin, di mana negara-negara kaya telah mengamankan miliaran dosis vaksin, sementara banyak negara berkembang atau kurang berkembang mengalami kesulitan akses terhadap vaksin.
Baca juga: Diplomasi Vaksin di Tengah Pandemi
Jika tren ini diteruskan, sudah dipastikan dunia tak akan dapat keluar dari pandemi ini secara bersama dan justru akan menimbulkan kerugian ekonomi bagi negara-negara maju itu senilai 119 miliar dollar AS per tahun. Oleh karena itu, dunia mengharapkan kepemimpinan AS untuk memperkuat multilateralisme yang bermanfaat bagi dunia, termasuk menjadikan PBB lebih responsif dan efektif serta memperkuat WHO di tengah tantangan pandemi yang luar biasa ini.
Kedua, pemeliharaan perdamaian dan stabilitas di dunia dan kawasan. Dalam beberapa tahun terakhir ini, dunia melihat semakin rentannya perdamaian dan stabilitas dunia. Peningkatan ketegangan terjadi di mana-mana yang, antara lain, disebabkan menguatnya rivalitas antara kekuatan besar dan pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum internasional.
Di negara terdampak konflik, kerentanan menunjukkan peningkatan dan perlambatan proses perdamaian bahkan terjadi selama pandemi. Di tengah situasi seperti ini, dunia mengharapkan AS dapat menjadi motor terciptanya dunia yang lebih aman, damai, dan stabil. Tindakan dan solusi unilateral yang tidak sejalan dengan hukum internasional harus dihindari. Penyelesaian konflik secara damai harus senantiasa dikedepankan.
Baca juga: Era Joe Biden dan Indonesia
Indonesia mengharapkan kontribusi positif AS terhadap penyelesaian isu Palestina-Israel yang berkeadilan. Perlu dukungan konkret AS agar negosiasi perdamaian bisa dilanjutkan. Solusi akhir tentu harus merujuk pada berbagai resolusi PBB ataupun parameter internasional yang disepakati, termasuk Solusi Dua Negara.
Indonesia juga siap bekerja sama dengan AS untuk mendukung proses perdamaian yang lestari dan inklusif di Afghanistan. Momentum positif yang dihasilkan dari proses perdamaian yang sedang berlangsung perlu dipertahankan. Kolaborasi Indonesia-AS untuk isu pemberdayaan perempuan di Afghanistan perlu dilanjutkan. Indonesia tidak ingin melihat terjadi kemunduran peran perempuan di Afghanistan dari hasil proses perdamaian ini.
Penting bagi AS untuk meningkatkan kemitraan strategis dengan ASEAN dan memperkuat sentralitas ASEAN.
Di kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya, selama lebih dari 50 tahun, ASEAN telah menjadi motor utama terwujudnya stabilitas dan perdamaian. Penting bagi AS untuk meningkatkan kemitraan strategis dengan ASEAN dan memperkuat sentralitas ASEAN.
Kawasan ini, termasuk Laut China Selatan, akan tetap stabil dan damai jika semua negara menghormati hukum internasional, termasuk UNCLOS 1982. Kemitraan yang kuat juga diharapkan dalam pelaksanaan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific, yang bersifat terbuka dan mengedepankan dialog serta kerja sama.
Baca juga: Menanti Gebrakan ”Bidenomics”
Ketiga, pembangunan tatanan ekonomi dunia yang kokoh dan berkelanjutan. Tantangan pemulihan ekonomi pascapandemi menjadi tantangan semua negara dunia. Setelah mengalami kontraksi 4,3 persen pada 2020, Bank Dunia memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 4 persen pada 2021. Tercapainya proyeksi ini, antara lain, akan ditentukan oleh seberapa cepat penanganan pandemi dan pelaksanaan program vaksinasi.
Kepemimpinan AS sangat diharapkan dalam upaya pemulihan ekonomi dunia. Sebuah sistem perdagangan dunia yang terbuka, berkeadilan, dan saling menguntungkan adalah harapan semua negara. Politisasi terhadap Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) harus dihindari.
Diperkirakan, isu perlindungan lingkungan dalam ekonomi akan menjadi perhatian administrasi Biden. Tidak dapat dimungkiri, ekonomi hijau akan semakin menjadi pilihan. Menurut Forum Ekonomi Dunia, ekonomi hijau dapat membuka peluang bisnis 10,1 triliun dollar AS dan 395 juta lapangan pekerjaan baru hingga 2030.
Presiden Biden sendiri sudah menyampaikan rencana untuk mengakhiri emisi karbon, termasuk lewat alokasi 2 triliun dollar AS untuk sektor energi bersih (clean energy).
Yang ingin dilihat juga adalah komitmen AS dalam pemenuhan Agenda Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030. Pandemi telah menyurutkan pemajuan pencapaian SDGs 2030, terutama di negara berkembang/kurang berkembang. Tanpa kepemimpinan global yang kuat, akan sulit target SDGs tercapai.
Hak setiap negara untuk melakukan pembangunan juga harus dijamin. Hanya dengan memperhatikan hal-hal tersebut, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable) dan inklusif akan tercapai.
Bilateral Indonesia-AS
Indonesia-AS telah memiliki Kemitraan Strategis sejak 2015. Kemitraan ini harus dimanfaatkan sebagai aset membangun kerja sama yang saling menghormati dan saling menguntungkan. Aset bilateral lain adalah kesamaan nilai (shared values) yang dimilki kedua negara, mulai dari demokrasi, kemajemukan, hingga penghormatan terhadap hak asasi manusia dan hukum internasional.
Setidaknya terdapat beberapa prioritas yang ingin dikembangkan Indonesia dengan administrasi baru AS.
Setidaknya terdapat beberapa prioritas yang ingin dikembangkan Indonesia dengan administrasi baru AS. Pertama, penguatan kerja sama ekonomi dan pembangunan berkelanjutan. Akhir Oktober 2020, AS telah memperpanjang pemberian fasilitas generalized system of preferences (GSP) bagi Indonesia.
GSP ini perlu terus diperkuat pelaksanaannya karena tidak hanya menguntungkan Indonesia, tetapi juga menguntungkan AS. Pada Januari-Agustus 2020, nilai ekspor Indonesia yang menggunakan fasilitas GSP tercatat 1,87 miliar dollar AS atau naik 10,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019.
Indonesia juga akan terus mendorong pembentukan Limited Trade Deal (LTD). Kesepakatan ini berpotensi mendongkrak volume perdagangan kedua negara hingga mencapai 60 miliar dollar AS dalam beberapa tahun ke depan.
AS juga terus menjadi mitra investasi tradisional utama Indonesia. Undang-Undang Cipta Kerja diharapkan menciptakan kondisi kondusif bagi peningkatan kerja sama investasi yang saling menguntungkan, terutama di sektor-sektor prioritas, seperti infrastruktur, konektivitas, dan energi terbarukan.
Baca juga: Arahkan Kerja Sama RI-AS ke Energi Terbarukan
Kedua, pembangunan ketahanan dan kemandirian kesehatan nasional dan kawasan. Pandemi memberikan banyak pelajaran bagi dunia. Indonesia telah mencanangkan pentingnya penguatan infrastruktur ketahanan dan kemandirian kesehatan nasional.
Juli 2020, USAID dan Bappenas telah menandatangani Kerangka Kerja Sama Bilateral (BDCF) senilai 650 juta dollar AS, termasuk untuk pengembangan kesehatan masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Indonesia mengharapkan kemitraan dengan AS untuk mendukung ketahanan kesehatan nasional, antara lain melalui pengembangan kemandirian industri bahan baku obat, farmasi, alat kesehatan, kerja sama pengembangan riset dan teknologi kesehatan, serta pengembangan mekanisme peringatan dini (early warning) di bidang kesehatan.
Ketahanan kesehatan nasional setiap negara dunia diperlukan untuk menghadapi pandemi yang akan datang. Ketahanan dunia akan sangat bergantung pada ketahanan kesehatan setiap negara.
Di luar kedua prioritas tersebut, juga kerja sama pertahanan dan keamanan lintas batas, termasuk dalam menghadapi ancaman terorisme.
Kerja sama yang lebih kuat antara Indonesia dan AS tidak hanya akan berdampak positif bagi kedua negara, tetapi juga kawasan dan dunia.
Bersama, Indonesia dan AS mewakili lebih dari 25 persen perekonomian dunia dan hampir 8 persen populasi dunia. Kerja sama yang lebih kuat antara Indonesia dan AS tidak hanya akan berdampak positif bagi kedua negara, tetapi juga kawasan dan dunia.
Pendek kata, dunia memiliki harapan besar terhadap administrasi baru Amerika Serikat. Sekali lagi selamat bagi Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris. Mari kita bekerja sama untuk kemakmuran rakyat kita dan dunia yang lebih baik bagi semua.
Retno LP Marsudi, Menteri Luar Negeri RI