Langit Indonesia kelabu. Pesawat Boeing 737-500 Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021). Doa terbaik untuk semua penumpang dan kru pesawat SJ-182, juga untuk para petugas pencarian dan evakuasi.
Kecelakaan pada awal 2021 ini sungguh mengguncang. Rasa duka dan turut berbelasungkawa adalah dua hal yang bisa disampaikan kepada keluarga korban. Hari ini, kita mungkin masih dipenuhi kesedihan sehingga hati belum bisa menerima hikmah. Esok, lusa, dan hari-hari ke depan mudah-mudahan kita bisa mengerti dan menerima dengan ikhlas hati, mengapa kecelakaan ini terjadi.
Semoga dengan demikian, kita akan mampu menjadi insan yang lebih baik, bijak, dan paham arti kesabaran dan kepasrahan. Ini adalah bagian dari ujian yang diberikan Tuhan. Apabila sanggup melaluinya, sejatinya kita telah ”naik kelas”. Kita manusia telah berhasil menemui makna kesabaran serta keikhlasan yang sesungguhnya.
Satu hal yang perlu diingat, Tuhan tidak pernah menghadirkan ujian yang melampaui batas kemampuan manusia. Dengan kata lain, Tuhan tahu bahwa kita akan mampu melaluinya. Bagaimana caranya? Bersabar, ikhlas, dan terus memohon pertolongan Tuhan.
Setebal apa pun duka kehilangan yang menyelimuti Indonesia pada hari ini ataupun esok lusa, rakyat Indonesia tidak boleh terlena dalam kesedihan. Kehilangan memang tidak memiliki obat mujarab sebagai penangkalnya, tetapi kehidupan harus tetap berlanjut.
Saya berharap jatuhnya SJ-182 tidak menjadi pematah semangat, penumpul harapan, dan penghalang kegiatan semua keluarga korban. Mari kita memilih bangkit dan menjadi manusia yang lebih baik melalui ujian ini.
Diena Yashinta
Segala Mider, Tanjung Karang, Bandar Lampung
Kecelakaan Pesawat
Dengan terjadinya kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 beberapa hari lalu, seperti biasa, bermunculan orang-orang yang merasa dirinya pakar atau pengamat penerbangan. Mereka membuat berbagai komentar dan analisis.
Komentar atau analisis mengenai kecelakaan penerbangan seharusnya dari personal atau lembaga resmi, dalam hal ini Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Sebab, opini, komentar, ataupun analisis dari orang yang tidak kompeten akan salah membentuk opini publik.
Diharapkan pula agar media, baik cetak maupun elektronik, lebih selektif dalam menampilkan narasumber. Kenyataannya, banyak narasumber yang diragukan kompetensi dan kredibilitasnya.
Akhir kata, mari kita doakan agar korban SJ-182 diterima di sisi-Nya.
Ari Sapari
Petukangan Selatan, Jakarta Selatan
Istilah ”Mahasiswa”
Saya sarankan istilah ”mahasiswa” agar diganti saja. Menurut saya, penggunaan kata ”maha” untuk mahasiswa tidak sesuai. Di mana letak ”maha”-nya?
Istilah ”maha” sudah banyak diganti. Semisal, mahaguru menjadi dosen. Mahakarya menjadi adikarya. Di luar negeri, digunakan student college.
Nyatanya, sekarang, sering ada yang kebablasan menyandang status mahasiswa. Ada yang untuk gagah-gagahan, atau untuk hal-hal lain yang kurang membanggakan.
Sebagai gantinya, saya mengusulkan kata ”adisiswa” atau cukup ”siswa” saja. Mungkin para pakar bahasa bisa memberikan masukan.
Jonathan R Daud
Pensiunan BUMN, Penjaringan, Jakarta Utara
Sosialisasi
Pandemi Covid-19 masih menjadi momok, tetapi masih ada saja yang menganggap enteng dan abai protokol kesehatan. Dampaknya adalah peningkatan kasus Covid-19 yang masih sangat tinggi.
Oleh karena itu, pemerintah perlu terus menggencarkan sosialisasi protokol kesehatan guna mencegah munculnya kluster baru dan peningkatan kasus Covid-19.
Selain itu, adanya pelatihan penerapan protokol kesehatan perlu diapresiasi. Misalnya untuk pengemudi online dan petugas tempat wisata. Bahkan, tempat wisata menjadi poin penting penerapan protokol kesehatan karena sangat berpotensi ada kerumunan.
Gencarnya sosialisasi protokol kesehatan setidaknya dapat mencegah dan mengurangi jumlah kasus positif Covid-19 di Tanah Air.
Nur Rahmawati, SH
Baamang Barat, Kotawaringin Timur (Sampit),
Kalimantan Tengah