Sandiaga, Olahraga, dan Wisata
Lalu, apa yang perlu dilakukan sehingga potensi besar pariwisata dapat tergarap maksimal sehingga memberikan kontribusi optimal bagi industri pariwisata di Indonesia? Di sinilah ujian bagi kepemimpinan Sandiaga Uno.
Begitu Presiden Joko Widodo selesai mengumumkan Sandiaga Uno menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pada Selasa (22/12/2020), jagat media sosial langsung ramai. Para pelaku wisata minat khusus menilai figur ini sangat tepat untuk memimpin kementerian tersebut. Sektor pariwisata diyakini bakal berkembang lebih kreatif dan atraktif.
Maklum, pada diri Sandiaga bukan semata-mata sebagai pelaku usaha yang kreatif. Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini juga sangat giat berolahraga. Selain gemar bermain basket dan berlari, dia juga suka bersepeda. Maka, diyakini olahraga bakal didorong habis-habisan menjadi salah satu lokomotif utama dalam menggerakkan pariwisata di Indonesia.
Harapan itu sepertinya gayung bersambut. Beberapa hari setelah resmi menjabat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga pun dalam berbagai wawancara dengan media massa berkali-kali menyinggung tentang wisata minat khusus.
Pariwisata sesungguhnya dapat digerakkan pula melalui banyak aspek, antara lain olahraga, kesehatan, pendidikan, spiritual, belanja, konferensi, festival, dan lainnya.
Bagi dia, pariwisata tidak semata-mata terkait panorama alam, kekayaan budaya, dan lain sejenisnya. Pariwisata sesungguhnya dapat digerakkan pula melalui banyak aspek, antara lain olahraga, kesehatan, pendidikan, spiritual, belanja, konferensi, festival, dan lainnya. Kolaborasi antarsektor inilah yang perlu diberdayakan.
Di tingkat dunia, banyak ajang olahraga yang terbukti memacu perkembangan sektor pariwisata. Penyelenggaraan event berskala internasional yang melibatkan banyak negara selalu menyedot jutaan wisatawan asing. Sebut saja Piala Dunia, Olimpiade, Asian Games, Kejuaraan Dunia Formula Satu, Kejuaraan Dunia Motosport, dan lainnya.
Ingat penyelenggaraan Piala Dunia. Banyak negara bersemangat menawarkan diri menjadi tuan rumah. Mereka bukan semata-mata ingin negaranya tampil dalam putaran final, tetapi lebih dari itu ingin meraup devisa yang besar dari event yang menyedot jutaan wisatawan asing tersebut.
Piala Dunia di Jerman tahun 2006, misalnya. Pemerintah Jerman melaporkan, pendapatan pariwisatanya selama Piala Dunia naik sekitar 400 juta dollar AS. Masyarakat setempat juga mendapatkan sekitar 3 miliar dollar AS dari transaksi ritel, seperti penjualan kaus dan perlengkapan lainnya. Wisatawan asing yang datang menonton pertandingan bola lebih dari 15 juta orang. Restoran, bar, dan hotel terisi penuh.
Piala Dunia 2018 di Rusia berhasil menarik kunjungan sekitar 5 juta wisatawan, termasuk di antaranya 2,9 juta wisatawan asing yang mendatangi kota-kota penyelenggara pertandingan di negara itu.
Sementara hasil kajian Bappenas dan LPEM FEB Universitas Indonesia terhadap penyelenggaraan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang menyebutkan, pengeluaran pengunjung Asian Games mencapai Rp 3,7 triliun dengan pengeluaran wisatawan asing sekitar Rp 1,9 triliun. Pengeluaran itu, antara lain, untuk belanja suvenir, hotel, dan makanan minuman. Adanya Asian Games membuat pertumbuhan ekonomi nasional naik 0,05 persen.
Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO) menyebutkan, pertumbuhan sport tourism rata-rata 6 persen atau senilai 600 miliar dollar AS per tahun. Kontribusi wisata olahraga mencapai 25 persen dari total penerimaan industri wisata global.
Baca juga: Penanganan Covid-19 dan Disiplin Protokol Kesehatan Menjadi Kunci Pemulihan Pariwisata
Palembang adalah contoh nyata kota yang berkembang melalui event olahraga. Sebelum digelar Pekan Olahraga Nasional (PON) 2004, Palembang adalah kota kecil yang tertinggal dari Medan dan Bandar Lampung. Belum ada hotel berbintang. Namun, begitu pemerintah menetapkan Palembang menjadi tuan rumah PON tahun 2004, pembenahan pun mulai dilakukan.
Saat itu, dibangun stadion baru yang kini menjadi salah satu yang berstandar internasional. Bandara juga dibenahi total. Landasan pacu diperlebar dan diperpanjang sehingga mampu didarati pesawat berbadan lebar. Hotel berbintang pun dibangun.
Sehabis PON, pemerintah setempat terus membenahi dan menjaga fasilitas olahraga yang ada sehingga percaya diri menawarkan untuk menjadi tuan rumah sejumlah kejuaraan nasional. Setelah itu, Palembang menjadi tuan rumah pesta olahraga Asia Tenggara SEA Games.
Investasi pun meningkat lagi. Wajah kota dan pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat pun terus berubah. Perubahan semakin drastis saat menjadi salah satu tuan rumah Asian Games 2018. Palembang benar-benar melejit menjadi kota internasional.
Sukses ini juga didukung kepemimpinan daerah yang kuat. Sejak Gubernur Syahrial Oesman (2003-2008) yang kemudian dilanjutkan Alex Noerdin (2008-2018), keduanya sama-sama berupaya mendongkrak Sumatera Selatan dan menjadikan Palembang sebagai kota internasional.
Potensi besar
Di Indonesia, wisata minat khusus berkembang cukup pesat. Ada lomba lari, naik gunung, touring sepeda, berkemah, bahkan wisata spiritual seperti yoga dan meditasi. Banyak wisatawan asing khusus datang ke Bali hanya untuk berlatih yoga dan meditasi selama beberapa bulan.
Dalam tujuh tahun terakhir cukup banyak aktivitas olahraga yang digelar sebagai bagian dari dukungan bagi pengembangan pariwisata. Lari, misalnya. Ada event Borobudur Marathon, Bali Marathon, Bromo Marathon, dan Jakarta Marathon yang diikuti ribuan peserta. Dampak ekonomi bagi masyarakat lokal cukup tinggi. Tahun 2018, dari Borobudur Marathon terjadi perputaran uang sekitar Rp 29 miliar di wilayah Borobudur dan sekitarnya.
Baca juga: Nasib Sepeda Setelah Masa Anomali
Ada pula perjalanan bersepeda dan perlombaan bersepeda yang sebelum wabah Covid-19 nyaris digelar setiap pekan di sejumlah daerah, terutama di Pulau Jawa dan Bali. Ada event sehari, dua hari, tiga hari, bahkan seminggu hingga 14 hari. Pesepeda gowes melewati tempat-tempat wisata, melihat dari dekat tradisi lokal seraya menikmati kuliner setempat. Tidak sedikit pula wisatawan asing yang khusus ke Indonesia untuk melakukan touring sepeda selama beberapa hari.
Indonesia juga memiliki begitu banyak gunung dengan daya tarik tinggi untuk wisata petualangan. Sebut saja Gunung Rinjani di Lombok atau Gunung Semeru di Jawa Timur yang selalu menarik ribuan wisatawan melakukan pendakian. Belum lagi kegiatan arung jeram.
Harus diakui kesadaran masyarakat Indonesia untuk hidup sehat terus meningkat. Dari survei yang dilakukan sejumlah perusahaan asuransi di Indonesia beberapa waktu lalu menunjukkan, sekitar 73 persen masyarakat Indonesia telah menjadikan urusan kesehatan sebagai hal yang paling penting. Bahkan, kesadaran akan gaya hidup sehat selalu bertumbuh 19 persen per tahun sejak 2017.
Akan tetapi, kesadaran tersebut belum diikuti dengan kemauan untuk berolahraga, baik di luar maupun di dalam ruangan. Hingga kini diperkirakan baru sekitar 15 persen masyarakat yang rutin berolahraga.
Meski demikian, perlu disadari bahwa manusia pada dasarnya ingin dijauhkan dari berbagai penyakit sehingga kesadaran untuk berolahraga rutin bakal meningkat. Kesadaran ini yang tentu menjadi ladang yang subur bagi pengembangan sektor pariwisata.
Baca juga: Kami Berlatih Yoga 200 Jam
Lalu, apa yang perlu dilakukan sehingga potensi yang besar ini dapat tergarap dengan maksimal sehingga memberikan kontribusi yang besar bagi industri pariwisata di Indonesia? Di sinilah ujian bagi kepemimpinan Sandiaga Uno. Ujian terhadap kemampuannya dalam menggali dan mengoptimalkan potensi besar itu.
Dalam berbagai kesempatan, Sandiaga selalu menegaskan bahwa pemberdayaan sektor pariwisata selama masa pandemi Covid-19 ini dibutuhkan inovasi, adaptasi, dan kolaborasi. Artinya, semua pihak yang terlibat termasuk pelaku usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM) perlu terus berinovasi menawarkan produk unggulan yang mampu bersaing dan selalu diminati konsumen.
Baca juga: Jangan Persempit Habitat Komodo
Dalam bidang olahraga, misalnya, penyelenggara perlu menyiapkan konsep kegiatan yang kreatif dengan paket-paket yang mampu menyedot para peserta. Hal ini tidak semata-mata perlombaan atau touring. Namun, juga lokasi dan jalur yang dilewati event harus menarik. Ada panorama yang indah, tradisi lokal yang unik, dan kuliner lokal yang lezat.
Di sinilah tugas berat Sandiaga Uno untuk meramu potensi yang ada dan mengajak semua pihak terlibat secara aktif dan bersinergi. Jika semuanya bergerak, industri pariwisata nasional bakal berkembang besar dan menjadi lokomotif utama ekonomi Indonesia.
Jannes Eudes Wawa, Wartawan harian Kompas 1997-2019