Kita akan mengetahui penyebab kecelakaan setelah KNKT menyelesaikan proses investigasinya. Mari kita tunggu hasil penyelidikan penyebab terjadinya kecelakaan seraya menundukkan kepala tanda turut berduka.
Oleh
Chappy Hakim, Pusat Studi Air Power Indonesia
·4 menit baca
Berita duka dunia penerbangan Indonesia di awal tahun 2021. Sabtu (9/1/2021) siang terjadi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ-182 yang diduga jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
Setiap terjadi kecelakaan pesawat terbang selalu muncul pertanyaan spontan tentang penyebabnya. Spekulasi berkisar tentang usia pesawat terbang yang tua, cuaca buruk, atau kemungkinan kerusakan mesin.
Usia pesawat tidak ada korelasi dengan kecelakaan sebab kondisi pesawat yang diperkenankan untuk terbang sudah melalui banyak prosedur pemeriksaan dalam persiapannya. Bukan pesawat tua atau tidak tua, melainkan pesawat yang laik terbang atau tidak.
Cuaca buruk dapat dihindari, antara lain, dalam perencanaan dapat dilihat dahulu tentang ramalan cuaca. Pesawat juga dilengkapi radar yang dapat mendeteksi kondisi cuaca yang akan dilalui, berbahaya atau tidak, sehingga bisa dihindari.
Kesalahan teknis bisa saja terjadi, yang biasanya berhubungan dengan siklus pemeliharaan pesawat atau kondisi lain yang tak terduga sebelumnya.
Bukan pesawat tua atau tidak tua, melainkan pesawat yang laik terbang atau tidak.
Pada setiap kecelakaan pesawat, kita tak akan pernah tahu apakah yang sebenarnya menjadi penyebab, sampai dengan tim investigasi selesai menyelidiki kecelakaan itu. Dalam hal ini, yang berwenang untuk menginvestigasi penyebab kecelakaan pesawat adalah badan penyelidik resmi pemerintah. Di Amerika Serikat (AS), badan itu bernama National Transportation Safety Board (NTSB). Di Indonesia, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Untuk kecelakaan pesawat yang total lost, dalam arti pesawat hancur dan tidak ada satu pun awak dan penumpang yang selamat, maka tidak akan pernah diketahui secara pasti yang menjadi penyebab kecelakaan. Beruntung apabila kotak hitam bisa ditemukan, tim investigasi bisa memperkirakan kemungkinan yang paling mungkin mengenai penyebab kecelakaan.
Itu sebabnya, hasil akhir penyelidikan penyebab kecelakaan selalu menggunakan terminologi ”most probable cause” atau penyebab yang paling mungkin.
Dalam uraian penyebab kecelakaan pesawat terbang, hasil investigasi selalu menguraikan beberapa masalah yang menjadi penyebab kecelakaan dengan menunjuk kepada beberapa hal yang berkontribusi sehingga kecelakaan terjadi. Realitasnya, kecelakaan pesawat terbang tak pernah terjadi oleh penyebab tunggal. Selalu ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebab yang menyatu sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Secara garis besar, kecelakaan pesawat dapat terjadi karena kesalahan pilot, kerusakan teknis pesawat, dan cuaca buruk. Dunia penerbangan sudah mengantisipasi terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan sejak titik awal.
Dalam dunia penerbangan, semua diatur oleh ketentuan, regulasi, prosedur, dan check list atau panduan kerja yang sangat ketat. Tidak hanya diberlakukan dalam pengoperasian pesawat terbang secara teknis, tetapi juga termasuk dalam aturan bagi awak pesawat yang akan mengoperasikan penerbangan.
Operasi penerbangan merupakan kegiatan yang paling ketat dalam setiap langkahnya yang harus mengacu kepada rujukan standar. Pengoperasian pesawat dan perawatannya diatur dengan operation manual dan maintenance manual selain sistem pengawasan yang harus dilakukan sesuai aturan yang berlaku.
Pilot yang mengawaki terikat dengan regulasi yang baku secara internasional, antara lain harus melaksanakan cek kesehatan setiap enam bulan sekali dan profisiensi cek keterampilan, antara lain di simulator sebagai syarat utama untuk memperpanjang masa berlaku lisensinya.
Untuk keselamatan penerbangan, ketentuan, regulasi, aturan, prosedur standar, dan penggunaan check list diberlakukan dengan ketat, disertai mekanisme pengawasan ketat.
Pada masa pandemi Covid-19 tentu diperlukan kewaspadaan ekstra. Sedikitnya penerbangan yang beroperasi saat pandemi menyebabkan banyak pesawat tak terbang.
Dalam kasus tertentu, kesiapan pesawat terbang yang jarang digunakan dipastikan akan mengalami kondisi yang tidak sebaik apabila pesawat terbang yang secara rutin dipergunakan. Walau sudah ada ketentuan dan aturan serta manual yang menjadi panduan, pesawat yang relatif lama tak diterbangkan memerlukan pemeriksaan ekstra.
Badan Penerbangan Federal AS (Federal Aviation Administration/FAA) dilaporkan telah memberikan peringatan tentang jenis pesawat B-737 dari berbagai varian yang berpotensi mengalami engine fail sebagai akibat lebih dari tujuh hari tidak diterbangkan. Boeing sudah memberitahukan hal ini kepada pengguna B-737 di seluruh dunia.
Namun, hal ini masih memerlukan konfirmasi teknis sebab kondisi cuaca di AS dan Indonesia berbeda. Namun, setiap notifikasi dari pabrik pesawat biasanya akan otomatis ditindaklanjuti oleh operator dan otoritas penerbangan yang mengawasinya.
Pasti hal ini tak dapat serta-merta menjadi kesimpulan dari penyebab terjadinya kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Kita akan mengetahui penyebab kecelakaan setelah KNKT menyelesaikan proses investigasinya. Mari kita tunggu hasil penyelidikan penyebab terjadinya kecelakaan seraya menundukkan kepala tanda turut berduka yang mendalam atas musibah pada awal tahun 2021 ini.
Semoga yang terbaik yang dilimpahkan oleh Yang Mahakuasa kepada kita semua. Amin.