logo Kompas.id
OpiniDemokrasi (Gus Dur) Perlu...
Iklan

Demokrasi (Gus Dur) Perlu Dibela

Gus Dur sebagai Presiden maupun sebagai intelektual Muslim prodemokrasi, menolak pendekatan represif dan memilih melakukan kontra narasi.

Oleh
USMAN HAMID
· 6 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/eNozfUylA2LOnUhCexrfXylUm4s=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F12%2F2ec3ccb0-542d-40ec-80b5-a76aa87b14f3_jpg.jpg
Kompas/Ferganata Indra Riatmoko

Kepala Sangha Theravada Indonesia Sri Pannyavaro Mahathera (tengah) menceritakan beberapa kisah perjalanan hidup Presiden Ke-4 Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam acara peringatan 11 tahun wafatnya Gus Dur di Wihara Mendut, Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu (30/12/2020). Turut menjadi pembicara dalam acara itu yakni Budayawan Emha Ainun Nadjib (kanan) dan Budayawan Sutanto Mendut.

Dalam rangka memperingati haul Gus Dur ke-11 pada 30 Desember 2020 lalu, ada baiknya kita merenungkan situasi demokrasi di Indonesia. Selain mengenang almarhum sebagai pejuang demokrasi era otoritarianisme Orde Baru, kita dapat mengenali gejala-gejala regresi demokrasi hari ini dan memetik pelajaran apa yang perlu dilakukan untuk meneruskan jejak perjuangan demokrasi Gus Dur.

Gus Dur merupakan salah seorang aktivis dan pemikir yang aktif menumbuhkan wacana kritis Islam dan demokrasi pada masa Orde Baru, khususnya melalui Forum Demokrasi. Kiprahnya pada forum yang terdiri dari para aktivis, akademisi, dan agamawan itu terasa setidaknya di tiga area demokrasi.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000