Dalam masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, manusia diharapkan dapat menjadi teman bagi sesamanya dalam melawan virus korona jenis baru, yang kini semakin berkembang.
Oleh
REDAKSI
·3 menit baca
Homo homini socius. Manusia adalah teman bagi sesamanya. Manusia adalah makhluk sosial. Begitu tulis Filsuf Romawi, Lucius Annaeus Seneca (4 SM–65 M).
Pernyataan Seneca itu menanggapi nukilan drama berjudul Asinaria karya sastrawan Romawi, Titus Maccius Plautus (254-184 SM), yang menuliskan, ’’Lupus est homo homini, non homo, quom qualis sit non novit.’’ Manusia bukanlah manusia, tetapi serigala bagi orang lain. Kutipan itu dikenalkan secara ringkas dengan istilah homo homini lupus, yang berarti manusia adalah serigala untuk sesamanya. Namun, dalam masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, manusia diharapkan dapat menjadi teman bagi sesamanya dalam melawan virus korona jenis baru, yang kini semakin berkembang. Bermutasi.
Mengutip worldometers.info, Jumat (1/1/2021) petang, pandemi Covid-19 merambah di 220 negara atau kawasan, dengan tak kurang dari 83,91 juta orang yang terinfeksi dan 22,67 juta kasus yang masih aktif. Sekitar 1,83 juta orang meninggal akibat terinfeksi virus korona jenis baru itu. Seperti dilaporkan harian ini, ditemukan pula varian baru dari virus itu, yang antara lain tersebar di Inggris, Malaysia, Denmark, dan Australia.
Beberapa negara sudah melakukan vaksinasi terhadap warganya untuk menekan penyebaran Covid-19, seperti dilakukan di Singapura (Kompas, 31/12/2020). Beberapa negara mendatangkan vaksin dan segera melakukan vaksinasi, termasuk Indonesia. Namun, beberapa negara, terutama yang miskin dan tertinggal, belum menunjukkan upaya pengadaan vaksin tersebut meskipun virus korona jenis baru sudah menyebar di negeri itu. Bahkan, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Dana bagi Anak-anak (Unicef), akhir November lalu, mengumumkan akan mengirimkan dua miliar dosis vaksin Covid-19 ke negara tertinggal itu tahun 2021.
Beberapa negara memesan vaksin jauh lebih banyak daripada jumlah penduduknya. Beberapa negara yang memproduksi vaksin anticovid itu memprioritaskan untuk warganya. Oleh karena itu, pimpinan Badan Kesehatan Dunia (WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta vaksin yang berhasil dikembangkan itu harus didistribusikan secara adil. Tak boleh ada korban yang berjatuhan lagi gegara tak beroleh vaksin.
Tak boleh ada korban yang berjatuhan lagi gegara tak beroleh vaksin.
Manusia harus menjadi penolong bagi sesamanya. Pesan itu juga diingatkan pimpinan umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus, di pengujung tahun 2020 saat merayakan Natal. Kesehatan adalah masalah internasional dan harus dihadapi bersama oleh seluruh negara di dunia. Pandemi Covid-19 membuat umat kian penting menunjukkan persaudaraan (Kompas, 26/12/2020). Persaudaran antarmanusia diutamakan. Negara-negara di dunia ini harus saling berbagi vaksin Covid- 19.
Imam Besar Al-Azhar, Mesir, Syekh Ahmad Muhammad al-Thayeb pun saat mengucapkan selamat Natal kepada Paus Fransiskus, Sabtu (26/12/2020), juga mengharapkan kebahagiaan, kedamaian, dan kemakmuran di seluruh dunia. Menurut Kanselir Jerman Angela Merkel pada pidato akhir tahun 2020, tahun 2021 penuh harapan. Vaksinasi memberi harapan untuk mengakhiri pandemi (Kompas.id, 31/12/2020). Namun, negara-negara di dunia ini tak bisa berbahagia sendiri mengakhiri pandemi dengan vaksinasi kecuali harus berbagi.