Perjuangan Loujain al-Hathloul agar perempuan Arab Saudi boleh mengemudi sudah dikabulkan kerajaan. Namun, dia tetap dihukum penjara 6 tahun 8 bulan untuk perjuangannya itu.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Kerajaan Arab Saudi menuduh Loujain al-Hathloul hendak mengubah sistem politik dan mengganggu keamanan nasional kerajaan. Padahal, awalnya, dia hanya berjuang agar perempuan Arab Saudi dapat mengemudi sendiri dan mengakhiri sistem perwalian laki-laki (perempuan yang keluar rumah harus didampingi kerabat dekatnya).
Hukuman terhadap Hathloul dijatuhkan tiga pekan setelah Saudi memenjarakan Walid al-Fitaihi selama 6 tahun. Amerika Serikat meminta Saudi membebaskan dokter berdarah AS-Saudi itu karena penahanannya, menurut para aktivis di Arab Saudi, bermotif politik.
Ketika Joe Biden mengambil alih kekuasaan dari Donald Trump sebagai presiden AS, banyak yang berharap dia mengambil sikap lebih keras akan pelanggaran hak asasi manusia (HAM), termasuk di Arab Saudi.
Lewat Twitter, penasihat keamanan nasional Biden, Jake Sullivan, mengatakan, pemerintahan Biden akan mengangkat isu HAM dengan Saudi. ”Hukuman Hathloul terjadi karena Arab Saudi mempraktikkan hak-hak asasi universal secara tidak adil. Pemerintahan Biden-Harris akan melawan pelanggaran HAM di mana pun,” tulis Sullivan (kompas.id 29/12/2020).
Langkah Saudi di tengah perubahan kepemimpinan AS ini menunjukkan bahwa pejabat Arab Saudi akan tetap memakai cara pandang mereka sendiri dalam menyelesaikan kasus dalam negerinya. Mungkin, kerajaan percaya perannya sebagai pengekspor minyak utama dunia dan pemain kekuatan regional penting bagi komunitas internasional.
Artinya, Saudi tidak akan tunduk pada tekanan Joe Biden dan para penasihatnya. Saudi sedikit diuntungkan terkait dengan hukuman Al-Hathloul mengingat dia dan beberapa aktivis lainnya sudah menjalani penahanan sejak 2018. Kerajaan bisa saja melepaskan beberapa tahanan perempuan lain yang sekarang masih mendekam di tahanan secepat mungkin.
Jika itu dilakukan, tekanan internasional terhadap Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) akan sedikit berkurang. Pangeran MBS pernah merasakan tekanan cukup besar ketika dia dituduh terlibat dalam pembunuhan wartawan asal Arab Saudi, Jamal Khashoggi, di Turki.
Dengan Visi 2030, Pangeran MBS telah berupaya memodernisasi Arab Saudi. Sejak pertengahan 2018, Islam moderat, termasuk melonggarkan aturan terhadap perempuan, diperkenalkan Pangeran MBS. Hal itu dilakukan Putra Mahkota untuk mendukung Visi Arab Saudi 2030.
Akan tetapi, upaya itu mendapat tentangan dari dalam sehingga Pangeran MBS harus menahan banyak ulama yang menentang moderasi ini. Apakah hukuman terhadap Hathloul dan Fitaihi menjadi sinyal dari MBS bahwa Saudi tidak akan bergerak cepat menerapkan Islam moderat. Atau ini hanya sekadar pemanis bagi lawan politik MBS di dalam negeri tanpa harus mengikuti irama tekanan AS?