Pertumbuhan Ekonomi di Era Asia Makin Mandiri dan Berkualitas (1)
Asia adalah bintang dari pertumbuhan ekonomi global. Asia juga akan menjadi bintang dari pasar global yang menjadi incaran korporasi global. Mengapa demikian?
Oleh
Simon Saragih
·3 menit baca
Optimisme pertumbuhan ekonomi global menyeruak pada 2021. Akan tetapi, Asia adalah bintang dari pertumbuhan ekonomi global. Asia juga akan menjadi bintang dari pasar global yang menjadi incaran korporasi global.
Asia penentu tahapan globalisasi era berikutnya. China merupakan motor utama Asia, melanjutkan tradisi yang dulu dimulai Jepang. Mengapa demikian? Berikut ulasannya dalam tiga tulisan bersambung.
Era Asia yang prospektif masih berlanjut pada 2021 hingga jauh ke depan. Tidak ada kawasan di dunia sesigap Asia sekarang ini. Peran Asia sebagai mesin pertumbuhan global berlanjut dengan kukuh. Masalahnya hanya, siapa di Asia yang lebih sigap menyambut potensi yang sudah jelas ada. Sebab, meski sekarang adalah era Asia, tidak semuanya siap meningkatkan kedalaman dan kualitas pembangunan ekonomi.
Senada dengan opini Jonathan D Ostry, penjabat Direktur Asia Pasifik IMF, yang menyebutkan bahwa perekonomian Asia pulih, dalam tulisannya pada 31 Oktober 2020. Hanya saja, Asia mengalami kecepatan yang berbeda tentang laju pertumbuhan.
Dari tahun ke tahun, Indonesia termasuk negara di Asia yang paling lambat memanfaatkan momentum regionalisasi ekonomi. Ini, misalnya, ditandai dengan nilai ekspor dan impor yang relatif rendah.
Indikasi ini diperkuat lagi dengan persentase perdagangan internasional terhadap produk domestik bruto (PDB) yang relatif lebih rendah dari negara-negara macan Asia. Namun, secara umum Asia, adalah sebuah dinamika kuat tentang pertumbuhan.
Asia juga merupakan kawasan berdaya tahan. Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sepanjang 2020 menjadi bukti. Lihat, misalnya, data pemulihan volume perdagangan global pada kuartal ketiga 2020. Semua kawasan di dunia mengalami pemulihan volume perdagangan setelah penguncian wilayah (lockdown) dilonggarkan.
Akan tetapi, hanya Asia yang bisa meraih pertumbuhan volume perdagangan positif 0,4 persen pada kuartal ketiga 2020 dibandingkan dengan kuartal ketiga 2019. Berdasarkan data Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dalam periode serupa, kawasan Amerika Utara mencatatkan kontraksi volume perdagangan 9 persen, Eropa (-5,4 persen), Amerika Selatan dan Tengah (-3,4), serta kawasan lainnya (‑11,4).
WTO memperkirakan volume perdagangan dunia tetap anjlok 9,2 persen sepanjang 2020 dibandingkan 2019. Kontraksi ini lebih rendah dari perkiraan April 2020, yakni 12,9 persen. Akan tetapi, penurunan volume perdagangan di Asia sepanjang 2020 jauh lebih rendah lagi dari rata-rata dunia. Ekspor Asia hanya akan turun 4,5 persen dan impor Asia turun 4,4 persen sepanjang 2020.
ADB lebih optimistis
Akibat kelesuan berbagai sektor ekonomi di masa pandemi, secara keseluruhan perekonomian global tetap akan kontraksi 4,8 persen sepanjang 2020. Namun, Asia lagi-lagi mencatatkan kontraksi paling rendah, yakni 2,4 persen. Untuk proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2021, ekonomi dunia tumbuh 4,9 persen. Lagi-lagi perekonomian Asia diproyeksikan akan tumbuh lebih tinggi lagi, yakni 5,9 persen.
Khusus untuk perekonomian negara-negara berkembang Asia, di luar Jepang tentunya, Bank Pembangunan Asia (ADB) lewat prediksi Desember 2020 lebih optimistis. ADB menyebutkan, kontraksi perekonomian Asia pada 2020 hanya 0,4 persen. Untuk 2021, ADB memperkirakan perekonomian negara-negara berkembang Asia akan tumbuh 6,8 persen.
”Prospek negara-negara berkembang Asia menunjukkan perbaikan. Prospek pertumbuhan untuk India dan China telah dinaikkan,” kata ekonom ADB, Yasuyuki Sawada.
IMF juga optimistis dengan menyebutkan ekonomi Asia akan tumbuh 6,9 persen pada 2021.
Stimulus ekonomi atau kucuran dana pemerintah merupakan salah satu instrumen terampuh mencegah kedalaman resesi di dunia. Asia adalah juga kawasan yang paling siap dengan stimulus. Kucuran dana stimulus relatif tidak terlalu mengancam rasio utang negara-negara di Asia, seperti dinyatakan lembaga pemeringkat Standard & Poor’s (S&P) pada Mei 2020. S&P juga menyebutkan Asia adalah negara-negara dengan pemerintahan yang memiliki cadangan devisa dan kas negara yang kuat.
Stimulus pemerintah ini menguatkan konsumsi masyarakat. Jadi, lengkaplah struktur kekuatan ekonomi yang ditopang pengeluaran pemerintah, konsumsi, perdagangan untuk menguatkan pertumbuhan Asia.
Optimisme akan pengadaan vaksin dianggap akan menguatkan gairah perekonomian global pada 2021. Dan, Asia adalah bintang perekonomian global sekarang ini hingga beberapa tahun ke depan. (Bersambung)