Mobilitas warga pada akhir tahun melonjak. Sementara itu, upaya pemerintah pusat-daerah menjaga protokol Covid-19 belum seragam. Situasi terburuk perlu diantisipasi.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Mobilitas penduduk pada akhir 2020, apabila dibandingkan akhir 2019, jumlahnya jauh menurun. Data penumpang berbagai moda transportasi menunjukkan grafik penurunan 50-80 persen. Namun, jika dibandingkan bulan-bulan sebelumnya pada 2020, mobilitas pada akhir tahun menunjukkan peningkatan.
PT Jasa Marga mencatat 356.010 kendaraan meninggalkan Ibu Kota selama libur Natal. Di Pelabuhan Merak, Banten, tercatat 228.666 penumpang menyeberang dari Jawa ke Sumatera pada 24 Desember. PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi I Jakarta melaporkan, 79.694 penumpang berangkat pada 18-26 Desember 2020 (Kompas, 27/12/2020).
Lonjakan pengunjung pada akhir tahun ini semakin mengkhawatirkan warga karena meningkatkan potensi penularan infeksi dari wilayah asal ke wilayah tujuan atau sebaliknya. Terlebih, banyak daerah wisata belum mampu memonitor, mengedukasi, dan memaksa warga untuk disiplin menggunakan masker, menjaga jarak, atau mencuci tangan.
Sementara itu, jumlah kasus baru terkonfirmasi positif Covid-19 terus bertambah. Apabila pada 1 November tercatat 2.696 kasus per hari, pada 1 Desember naik menjadi 5.092 kasus per hari dan per 27 Desember naik lagi menjadi 6.528 kasus per hari. Naik hampir tiga kali lipat dalam dua bulan.
Penambahan jumlah kasus baru Covid-19 di Indonesia, berdasarkan data Worldometers, termasuk tinggi. Tertinggi di dunia adalah Rusia, 28.284 kasus per hari. Padahal, banyak daerah masih minim melakukan pelacakan dan pengetesan.
Sejak 1 Desember, kurva pertumbuhan kasus baru semakin jauh meninggalkan kurva kasus kesembuhan. Jumlah kasus meninggal pun terus meningkat. Pada 1 Desember ada 136 kasus meninggal per hari. Pada 27 Desember naik menjadi 243 kasus per hari. Naik hampir dua kali lipat. Kondisi ini tidak bisa dianggap remeh siapa pun. Semua perlu semakin waspada.
Mengingat betapa tinggi potensi penularan Covid-19 di masa liburan, Kanselir Jerman Angela Merkel jauh-jauh hari telah memperingatkan warganya dengan sangat keras. ”Jika kita terlalu banyak kontak, sekarang itu bisa menjadi Natal terakhir dengan orangtua kita dan kita akan gagal. Kita tidak harus melakukan itu,” kata Merkel di Parlemen Jerman.
Negara perlu mengantisipasi fenomena gunung es Covid-19 yang kian membesar, ditambah adanya lonjakan mobilitas tinggi pada akhir tahun. Kemampuan pengetesan, pengobatan, dan pelacakan perlu segera dilipatgandakan jumlahnya dan kecepatan penanganannya. Nyawa rakyat jadi taruhannya.
Pemerintah pusat dan daerah pun perlu mengambil kebijakan seragam dan serentak. Kesiapan 3T (tracing, testing, treatment) serta 3M (menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan) perlu dijadikan indikator penilaian performa di semua lini, juga penentuan kebijakan di berbagai sektor.
”Hope for the best and prepare for the worst,” kata Roger L’Estrange dalam bukunya, Seneca’s Morals, 1702.