Indonesia-China: Membangun Kemitraan, Sinergi, dan Solidaritas
Tujuh puluh tahun hubungan diplomatik Indonesia dan China yang dibangun di atas prinsip kemitraan, sinergi, dan solidaritas diharapkan dapat menjadi tonggak yang kuat persahabatan menuju ke masa depan yang lebih baik.
Oleh
DJAUHARI ORATMANGUN
·6 menit baca
Tahun 2020 menjadi momentum penting untuk dicatat dalam sejarah hubungan bilateral Republik Indonesia-China. Setelah sejak dahulu kala kedua bangsa berhubungan dagang dan saling mengenal, kini, hubungan diplomatik kedua negara berusia 70 tahun sejak dimulai 13 April 1950.
Dalam perjalanan merajut persahabatan antarnegara selama 70 tahun, berbagai tantangan telah dilalui dengan baik dan dapat diselesaikan bersama. Sebagai sesama negara besar anggota G-20 dan di Asia dengan keunikan karakteristik masing-masing di bidang sosial budaya, sistem politik, dan pemerintahan, Indonesia dan China telah memperlihatkan kepada dunia tentang pentingnya kerja sama kemitraan, sinergi, dan solidaritas antarbangsa, termasuk dalam penanganan pandemi Covid-19 dan upaya membangkitkan kinerja ekonomi yang sedang dihadapi dunia saat ini.
Kedua negara memiliki komitmen untuk terus meningkatkan hubungan baik demi kepentingan bersama. Bagi Indonesia yang menganut politik luar negeri yang bebas aktif, hubungan bilateral dengan China yang sudah dibangun selama 70 tahun itu telah menorehkan capaian yang penting di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya.
Kedua negara memiliki komitmen untuk terus meningkatkan hubungan baik demi kepentingan bersama.
Kemitraan dan solidaritas
Capaian yang telah diraih kedua negara selama 70 tahun antara lain komitmen politik pemimpin kedua negara untuk menjalin hubungan yang setara dalam kemitraan komprehensif dan saling menghormati; nilai perdagangan yang terus meningkat; kegiatan investasi yang terus bertambah; interaksi people-to-people yang semakin erat; serta berkontribusi pada kerja sama regional dan multilateral untuk memelihara keamanan dan perdamaian serta kesejahteraan dunia.
Besarnya kinerja kerja sama ekonomi di antara kedua negara memperlihatkan sinyal positif yang mengindikasikan bahwa persahabatan selama 70 tahun ini tidak hanya sebagai kilas balik atau nostalgia sejarah, tetapi juga telah termanifestasi dalam kerangka kerja sama (cooperation framework) dan kemitraan yang saling menguntungkan dan bermanfaat bagi rakyat kedua bangsa yang besar.
Dalam kinerja perdagangan kedua negara selama tiga triwulan terakhir, meskipun terdapat penurunan pada jumlah neraca perdagangannya, nilai ekspor Indonesia naik 5,2 persen sehingga memperkecil defisit perdagangan Indonesia terhadap China hingga 66,84 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini dapat dibanggakan sebagai capaian nyata para eksportir Indonesia pada masa pandemi.
Sementara itu, dalam periode yang sama, Indonesia juga berhasil memikat para investor China untuk menanamkan modalnya 6 persen lebih tinggi daripada tiga triwulan pada tahun sebelumnya. Capaian ini menempatkan China sebagai negara investor kedua terbesar di Indonesia dengan total nilai investasi sebesar 3,5 miliar dollar AS. Ini juga memperlihatkan bahwa kesulitan dan tantangan yang disebabkan oleh pandemi tidak berpengaruh pada minat investor China untuk berbisnis di Indonesia.
Menangkap sinyal positif ini, Indonesia juga terus berupaya mencari peluang kerja sama investasi dengan China, terutama di bidang ekonomi digital. Dengan ekonomi digital Indonesia yang mencapai 40 miliar dollar AS pada tahun 2019 dan diprediksi memimpin di Asia Tenggara dengan nilai 133 miliar dollar AS pada tahun 2025, peluang kerja sama kemitraan antara Indonesia dan China menjadi terbuka lebar, termasuk peluang kerja sama di sektor pengembangan sumber daya manusia, profesional, dan infrastruktur digital.
Sebagai bagian implementasi dari ASEAN-China Year of Digital Economy Cooperation 2020, kerja sama dengan China diharapkan dapat lebih mendorong Indonesia menjadi hub e-commerce di Asia Tenggara dan terus meningkatkan investasi di bidang fintech, artificial intelligence, big data, dan blockchain di Indonesia pada masa mendatang.
Sinergi Poros Maritim Global dan BRI
Sebagai negara maritim, Indonesia ikut memainkan peran penting bersama China untuk membangun kerja sama bilateral, regional, dan global sebagai salah satu negara anggota Belt and Road Initiative (BRI), melalui kesepakatan sinergi dengan konsep Poros Maritim Global (PMG).
Konsep PMG yang merupakan visi strategis Presiden Joko Widodo itu bertujuan untuk membangun konektivitas antara Indonesia dan dunia dalam rangka mengefektifkan kerja sama demi tujuan bersama yang saling menguntungkan sehingga melalui laut, Indonesia bisa menjadi hub peradaban global.
Manifestasi sinergi kedua konsep konektivitas ini terwujud dalam kesepakatan MoU kedua negara pada 2018, terutama untuk fokus membangun empat koridor ekonomi di Indonesia, yaitu Sumatera Utara sebagai ”economic and business hub for ASEAN”; Kalimantan Utara sebagai ”pusat energi dan mineral”; Bali sebagai ”hightech and creative economy hub”; dan Sulawesi Utara sebagai ”Pacific Rim economic hub”.
Sinergi ini juga telah memperlihatkan hasil nyata melalui pembangunan berbagai infrastruktur strategis, di antaranya Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung; pusat pengembangan teknologi digital di Pulau Penyu Bali (Pulau Kura-kura Bali); Kawasan Industri Karawang dan Tangerang; Pelabuhan Kuala Tanjung dan kawasan industri sekitarnya; Kawasan Industri Mobil; Kawasan Industri Morowali, di samping proyek-proyek kerja sama pembangunan infrastruktur lainnya yang meliputi pengembangan techno-park, proyek pembangkit listrik, transportasi, pelabuhan, kawasan ekonomi khusus, 5G, sister-port, dan industri perikanan.
Dalam konteks kerja sama kawasan, sinergi kedua konsep tersebut diharapkan dapat mendorong pengembangan konektivitas dan infrastruktur ASEAN-China melalui sinergi Master Plan on ASEAN Connectivity (MPAC) 2025 dan Belt and Road Initiative guna menjamin pertumbuhan ekonomi, termasuk dalam pengembangan pusat pertumbuhan baru di kawasan Indo-Pasifik.
Lebih jauh lagi, sinergi ini terlihat semakin nyata dengan terbentuknya kemitraan baru ekonomi ASEAN + China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru yang tergabung dalam Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
Kemitraan ini membuka peluang strategis bagi negara-negara ASEAN, khususnya Indonesia sebagai negara inisiator RCEP bagi akselerasi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Indonesia dan kawasan, karena adanya kemudahan konektivitas antarnegara. Hanya saja, tantangan yang sangat berat adalah bagaimana negara-negara anggota RCEP tetap menjaga kondusivitas iklim investasi, stabilitas sosial politik dan keamanan di kawasan di tengah kompetisi global dalam konteks geostrategis kawasan Asia-Indo Pasifik.
Saat ini diplomasi Indonesia di China tampak semakin kuat.
Kerja sama RI-China ke depan
Dalam menjalankan politik luar negeri RI Bebas dan Aktif yang konsisten bagi kesejahteraan bangsa dan dihadapkan pada tantangan pandemi Covid-19, hubungan Indonesia-China tetap berkembang pesat.
Di tengah pandemi, kedua negara saling mendukung dan menyatukan upaya guna mengatasi dampak buruknya terhadap perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat. Berbagai pertemuan dan komunikasi tingkat tinggi dilakukan secara khusus demi mengamankan kepentingan strategis nasional masing-masing, antara lain penguatan kerja sama vaksin, travel corridor arrangement dan pemulihan ekonomi nasional, serta melanjutkan pembangunan strategis dan prioritas.
Saat ini, diplomasi Indonesia di China tampak semakin kuat. Kedua negara terus berupaya membangun hubungan bilateral yang setara dan seimbang. Dengan becermin pada perkembangan selama 70 tahun kerja sama, hubungan kedua negara ke depan dapatlah dirangkumkan ke dalam tiga kata kunci, strategic, long term, and prosperous.
Untuk itu, tentu diperlukan upaya bersama untuk menjaga stabilitas hubungan dan terus memupuk rasa saling percaya guna menumbuhkan hubungan bilateral yang sehat. Kedua negara perlu untuk terus mengelola dengan baik dan terbuka hubungan tersebut melalui penguatan komunikasi di segala tingkatan, baik melalui komunikasi antarpemimpin dan pengelola negara maupun melalui interaksi antarmasyarakat kedua negara.
Tujuh puluh tahun hubungan diplomatik Indonesia dan China yang dibangun di atas prinsip kemitraan, sinergi, dan solidaritas diharapkan dapat menjadi tonggak yang kuat untuk persahabatan menuju ke masa depan yang lebih baik, yang membawa manfaat bagi pembangunan dan kemakmuran rakyat kedua bangsa.
(Djauhari Oratmangun, Duta Besar RI untuk China dan alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada)
*Konten ini merupakan kolaborasi Harian Kompas dan Kedutaan Besar China