Dari kacamata Amerika Serikat, Rusia yang memiliki sejumlah besar senjata nuklir merupakan pesaing kuat. Hanya Rusia yang mampu menghancurkan Amerika Serikat dalam 30 menit.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Peretasan terbesar selama lima tahun terakhir dialami Amerika Serikat. Pejabat tinggi negara itu menyebut Rusia berada di belakang peretasan. Moskwa membantah.
Tuduhan bahwa Rusia berada di balik peretasan terhadap lembaga Pemerintah Amerika Serikat (AS) disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Mike Pompeo. Pernyataan itu keluar dalam sebuah acara radio setelah satu minggu terakhir muncul kabar tentang peretasan berskala besar terhadap AS (Kompas.id, 19 Desember 2020)
Sejak seminggu lalu, Kedubes Rusia di Washington sudah membantah dugaan bahwa Moskwa berada di belakang peretasan. Dikutip The New York Times, Kedubes Rusia menyatakan, negara itu tak melakukan serangan di ranah siber.
Serangan siber kali ini merupakan yang terbesar dalam lima tahun terakhir. Serangan dilakukan dengan memasang malware dalam peranti lunak (software) buatan perusahaan SolarWinds yang berbasis di AS. SolarWinds mengelola jaringan berbagai korporasi dan lembaga pemerintah, termasuk Departemen Keuangan serta Departemen Perdagangan AS. Dengan malware itu, peretas dapat memantau lalu lintas surel.
Salah satu aspek yang membuat peretasan ini sebagai yang terbesar dalam lima tahun terakhir ialah durasinya. Diperkirakan malware tertanam dalam pembaruan (updates) yang dikeluarkan SolarWinds pada Maret-Juni 2020. Artinya, peretasan terjadi berbulan-bulan. Peretasan berskala besar terakhir berlangsung pada 2014 dan 2015 ketika pihak terkait Rusia dilaporkan memiliki akses terhadap surel nonrahasia Gedung Putih, Departemen Luar Negeri, dan Kepala Staf Gabungan.
Peretasan yang dialami AS merupakan salah satu indikasi bahwa persaingan AS-Rusia belum usai. Bahkan, mungkin persaingan mereka memang tak akan pernah berakhir.
Setelah Uni Soviet bubar, Rusia merupakan penerusnya. Persaingan geopolitik berlanjut antara Rusia dan Barat yang dipimpin AS. Moskwa mengeluhkan perluasan NATO terhadap negara di Eropa yang berbatasan langsung dengan Rusia. Bagi Kremlin, aksi NATO ini memberi ancaman besar.
Ketegangan di Ukraina—konflik pemberontak yang diduga dibantu Rusia melawan Pemerintah Ukraina yang didukung Barat—menjadi bagian dari dinamika relasi antara dua kekuatan itu. Relasi penuh kewaspadaan Eropa Barat dengan Rusia sebenarnya terjadi sejak berabad-abad silam.
Khusus dari kacamata AS, Rusia yang memiliki sejumlah besar senjata nuklir merupakan pesaing kuat. Ahli Rusia dan Eurasia, Thomas Graham, dalam ”Let Russia Be Russia” (Foreign Affairs, November/Desember 2019) menulis, hanya Rusia yang mampu menghancurkan AS dalam 30 menit.
Pada masa mendatang, persaingan AS-Rusia, terutama di aspek geopolitik, terus terjadi. Upaya berupa perluasan pengaruh dan peretasan menjadi bagian dari persaingan ”abadi” mereka.