Tidak etis jika ada pemimpin yang menghindari tanggung jawabnya dengan berbagai dalih mengada-ada. Pemimpin demikian merupakan penumpang gelap demokrasi. Ia hanya mencari popularitas di atas kepatuhan buta pengikutnya.
Oleh
Yes Sugimo
·3 menit baca
Fungsi seorang pemimpin bukan sekadar sosok untuk memenuhi perangkat organisasi. Lebih dari itu, ia adalah citra suatu organisasi. Sepak terjang pemimpin menggambarkan kredibilitas pribadi sang pemimpin sekaligus karakter massa pendukung dan kualitas organisasi pengusungnya.
Maka, seorang pemimpin wajib memiliki pelbagai karakter positif, seperti jujur, mau melayani, berani, dan rela berkorban. Pemimpin harus berani menghadapi kenyataan akibat ucapan atau perbuatannya. Keberanian seorang pemimpin tidak terletak pada sosok fisik, dukungan massa, atau dana berlimpah.
Seorang pemimpin yang berkarakter akan tetap ”eksis” dalam menghadapi masalah. Ia akan menyelesaikan persoalan dengan tertib dan berakhir damai. Tidak etis jika ada pemimpin yang menghindari tanggung jawabnya dengan berbagai dalih mengada-ada. Pemimpin demikian merupakan penumpang gelap demokrasi. Ia hanya mencari popularitas di atas kepatuhan buta pengikutnya.
Pemimpin adalah panutan. Segala ucapan dan tindak tanduknya didengar dan ditiru pengikutnya. Baik buruk perilaku pengikut tergantung pemimpinnya. Maka, seorang pemimpin harus memberi contoh kebaikan nyata dan sadar kelak semua akan dipertanggungjawabkan.
Selamat kepada para pemimpin daerah yang terpilih dalam Pilkada 2020. Semoga bisa memimpin dengan hati dan setia menjaga NKRI.
Yes Sugimo
Jalan Melati Raya, Melatiwangi, Cilengkrang, Bandung
Batas Kritik
Di Indonesia, kemerdekaan menyampaikan pendapat, termasuk kritik, dijamin oleh konstitusi. Di era digital dengan media sosial yang masif, siapa saja bisa bebas menyampaikan apa saja. Dari pujian hingga hujatan.
Yang mengherankan, kita lebih sering menjumpai berbagai hujatan dan kecaman yang merendahkan, meremehkan, bahkan juga hinaan yang ditujukan kepada pihak lain, termasuk pemerintah.
Ini dilakukan baik oleh orang terdidik, politisi, aktivis, bahkan juga tokoh masyarakat dan agama. Pihak-pihak yang melontarkan beranggapan, itu sekadar kritik, bagian dari kebebasan berpendapat.
Muncul pertanyaan, apakah sebenarnya kritik itu? Adakah batasan dan sopan santun dalam menyampaikan kritik?
Menurut hemat saya, kita bisa menyebut itu kritik dari motif di baliknya. Kalau motifnya adalah untuk kebaikan, dengan memperbaiki yang keliru, meluruskan yang bengkok, melengkapi yang kurang, menjelaskan yang tidak jelas, menegaskan yang meragukan, serta memperbarui yang usang, itu adalah kritik.
Lalu pertanyaan berikutnya, apakah kritik harus disertai solusi? Sebenarnya tidak harus karena itu bukan tugas pemberi kritik. Meski demikian, sangat baik kalau bisa memberikan solusi.
Karena itu, di tengah kegaduhan saat ini, saya menyatakan salut kepada Kompas yang sebagai media arus utama bisa menyampaikan kritik secara tajam, mendalam, dan obyektif, tetapi tetap dengan santun. Tidak mempermalukan dan terukur, seperti teladan sang pendiri Kompas, Jakob Oetama.
Akhirnya, saya berharap agar Kompas tetap konsisten. Dengan demikian, dapat memberikan sumbangsih kepada masyarakat agar dapat berpikir jernih dan obyektif.
Bharoto
Jalan Kelud Timur, Semarang
Hari Disabilitas Internasional
Meski sudah lewat, kita perlu ingat tanggal 3 Desember sebagai Hari Disabilitas Internasional. Disabilitas adalah keadaan fisik atau mental yang membuat seseorang tidak mampu melakukan sesuatu dengan cara biasa. Tingkat keterbatasan itu berbeda-beda, ada yang rendah, sedang, dan tinggi.
Saya dapat merasakan apa yang dialami para penyandang disabilitas, termasuk saat orang-orang di sekelilingnya memandang dengan tatapan yang berbeda.
Ada sebaris tanya dari hati mereka penyandang disabilitas yang tak terungkap dalam kata kepada saya dan teman-teman saya, ”Mengapa kalian berbeda dari kami dan apa sebabnya?”
Sesungguhnya, para penyandang disabilitas itu sama saja dengan kami semua. Hanya cara mereka mengerjakan sesuatu berbeda.
Mereka butuh penghargaan dan persamaan hak. Mereka pun berhak untuk memiliki kebahagiaan, keceriaan, kegembiraan, dan arti dalam kehidupan ini.
Mari mengenali mereka karena kemampuan dan keunikan karya-karya mereka.