Untuk masyarakat yang belum terkena ”long covid” sebaiknya tetap menjaga protokol kesehatan agar terhindar dari infeksi. Meskipun vaksin telah tiba, bukan berarti lalu kita menjadi lengah karena infeksi terus meningkat.
Oleh
ARI FAHRIAL SYAM
·5 menit baca
AFP/ PATRICK T. FALLON
Terapis dan perawat pernapasan bekerja di situs perawatan alternatif Covid-19, yang dibangun di dalam garasi parkir, di Renown Regional Medical Center, di Reno, Nevada, Rabu (16/12/2020). Renown Health mengubah dua lantai garasi parkir menjadi tempat perawatan alternatif bagi pasien Covid-19 untuk meningkatkan kapasitas rumah sakit di tengah lonjakan kasus.
Penambahan kasus Covid-19 di dunia terus terjadi, begitu pula kasus di Indonesia yang terus meningkat secara eksponensial. Jumlah penambahan per hari sudah mencapai di atas 6.000 kasus.
Pada September 2020, saya pernah memprediksi bahwa jumlah kasus Covid-19 terkonfirmasi di Indonesia akan mencapai 500.000 kasus pada pertengahan Desember 2020. Ternyata prediksi saya meleset, terjadi peningkatan yang signifikan karena ternyata di sepuluh hari pertama bulan Desember 2020 jumlah kasus sudah mencapai 600.000 kasus.
Data di Indonesia menyebut bahwa sampai saat ini jumlah kasus yang sembuh 500.000 kasus. Sembuh untuk pasien Covid-19, ternyata tidak sembuh total untuk semua kasus. Covid-19 ternyata menyisakan gejala. Hasil penelusuran, kasus pasca-Covid yang juga sering disebut long covid, mencapai 10 persen.
Hasil penelusuran, kasus pasca-Covid yang juga sering disebut long covid, mencapai 10 persen.
Kalau saja saat ini jumlah kasus Covid-19 yang sembuh mencapai 500.000 di Indonesia, maka ada 50.000 yang akan mempunyai permasalahan kesehatan. Tentu ini dapat menyisakan persoalan tersendiri di kemudian hari.
Dari pengalaman saya sebagai seorang dokter spesialis penyakit dalam pun, dalam satu bulan terakhir saya sudah bertemu dengan pasien-pasien long covid ini. Pasien-pasien long covid datang dengan berbagai macam gejala. Ada yang sesak napas walau dengan kondisi paru yang normal, sakit seluruh badan, cemas dan asam lambung naik, ada pasien yang GERD-nya kambuh.
Sebagian besar pasien belum mau masuk kerja, lemas, dan merasa tidak se-fit sebelum terinfeksi Covid-19. Pasien pasca-Covid-19 ini menyatakan bahwa pemeriksaan swab PCR sudah dilakukan beberapa kali dan hasilnya ternyata negatif.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Sebanyak 104 warga menjalani tes cepat usap antigen di Gedung Wali Kota Jakarta Timur, Jakarta, Rabu (16/12/2020). Tes massal ini diselenggarakan kader PKK Kota Jakarta Timur dalam rangka memperingati Hari Ibu ke-92 yang bertujuan menelusuri potensi penularan Covid-19. Berdasarkan data pada Rabu (16/12/2020), Kementerian Kesehatan mencatat penambahan harian Covid-19 sebanyak 1.221 kasus di DKI Jakarta.
Di Inggris, para penyintas Covid-19 yang masih mempunyai gejala bahkan membuat organisasi para penyintas dengan gejala sisa karena mereka semua merasa senasib sepenanggungan.
Secara umum, terkait dengan komplikasi pasca-Covid-19, Greenhalg dan kawan-kawan, seperti disebut pada jurnal British Medical Journal (BMJ) yang dipublikasi pada bulan Agustus 2020, menyatakan bahwa pasien long covid dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pasien dengan gejala sisa yang serius dan kelompok dengan gambaran klinik yang tidak jelas.
Pada kelompok dengan gejala sisa yang serius, terjadi komplikasi sumbatan bekuan darah pada pembuluh darah jantung, paru, atau otak. Pasien ini akan mengalami gejala sisa bisa berupa stroke. Bahkan, pada pasien yang mengalami kerusakan paru yang berat, bisa menyebabkan kematian walau dalam tubuhnya tidak ditemukan virus lagi.
Bahkan, pada pasien yang mengalami kerusakan paru yang berat, bisa menyebabkan kematian walau dalam tubuhnya tidak ditemukan virus lagi.
Oleh karena itu, kadang kala kita mendengar ada pasien meninggal karena komplikasi paru dan ditatalaksana seperti pasien meninggal biasa karena memang dari pemeriksaan terakhir hasil swab PCR-nya sudah negatif.
Untuk kelompok kedua dengan gejala penyakit tidak spesifik, biasanya didominasi oleh keluhan sesak dan lemas.
Kenapa ”long covid” bisa terjadi?
Seperti yang saya sebutkan di atas bahwa terdapat dua kelompok pasien pasca-Covid-19. Pada kelompok pertama memang terjadi komplikasi pada organ tubuh pasien tersebut pasca-mengalami infeksi Covid-19. Pada perjalanan klinis, pada pasien Covid-19 bisa terjadi sindrom badai sitokin. Pada kondisi ini, terjadi peningkatan kekentalan darah. Selain itu, infeksi Covid-19 juga menyebabkan gangguan pada pembuluh darah dan sistem pembekuan darah.
Ketiga kombinasi gangguan yang terjadi karena infeksi Covid-19 ini menyebabkan terjadinya sumbatan pembuluh darah dan bisa menyebabkan kerusakan pada organ yang menyebabkan sumbatan tersebut.
Kompas
Pemodelan epidemiologi oleh Institute for Health Metrics and Evaluation menunjukkan, penambahan kasus di Indonesia bisa mencapai 88.904 kasus per hari (sumber: Our World in Data).
Pada kelompok kedua dari long covid ini, gambaran klinik yang ada tidak jelas. Untuk pasien Covid-19, khususnya yang sempat dirawat di rumah sakit sampai beberapa minggu, lamanya perawatan jelas bisa mencetuskan stres tersendiri. Belum lagi kalau ada anggota keluarga yang meninggal karena Covid-19, bersamaan dengan saat pasien itu dirawat.
Seperti kita ketahui bahwa pasien-pasien Covid-19 di dalam perawatannya berada di ruang isolasi. Dokter dan perawat yang mengecek kondisi pasien menggunakan hazmat lengkap dan pasien juga bisa tidak mengenal siapa yang masuk.
Trauma kondisi ini juga diperberat jika memang saat perawatan kondisi tidak begitu baik, dengan berbagai gejala, seperti tidak punya rasa kecap, hilangnya indera penciuman, sesak, demam, dan jantung berdebar-debar. Belum lagi, rasa waswas apakah mereka bisa lolos dari penyakit Covid-19 ini.
Belum lagi, rasa waswas apakah mereka bisa lolos dari penyakit Covid-19 ini.
Kondisi ini dapat mencetuskan terjadinya gangguan stres pasca-trauma (post traumatic stress disorder/PTSD) setelah pasien dinyatakan sembuh penyakit ini. Berbagai gejala psikosomatik muncul pada pasien-pasien yang mengalami PTSD ini, yang selanjutnya bisa kita sebut sebagai bagian dari penyakit psikosomatik.
Saya punya pasien seorang ibu yang sempat dirawat karena Covid-19 dan kehilangan suami karena Covid-19 ini dalam waktu bersamaan. Si ibu ini masih sering menangis karena ingat akan peristiwa tersebut. Ada lagi seorang bapak yang tidak mau bekerja lagi karena memang merasa takut tertular, apalagi melihat kasus Covid-19 di Indonesia yang masih terus meningkat.
Gangguan psikosomatik terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan syaraf otonom, sistem hormonal tubuh, gangguan organ-organ tubuh serta sistem pertahanan tubuh. Berbagai kelainan organ yang terjadi dapat dihubungkan dengan faktor-faktor yang menyebabkan kelainan organ tersebut.
Berbagai keluhan yang dapat timbul saat seseorang mengalami stres pasca-Covid-19 ini antara lain sakit kepala, pusing melayang, tangan gemetar, sakit leher, nyeri punggung dan otot terasa kaku, banyak keringat, terutama pada ujung-ujung jari tangan dan kaki. Selain itu, ujung-ujung jari tangan dan kaki terasa dingin, gatal-gatal pada kulit tanpa sebab yang jelas.
Mereka juga bisa mengalami nyeri dada, nyeri ulu hati, mual, perut kembung dan begah serta diare. Gangguan yang terjadi akibat stres bisa multi-organ. Oleh karena itu, harus ada penanganan khusus agar kondisi long covid ini tidak terus terjadi pada pasien tersebut.
Pencegahan ”long covid”
Untuk pasien yang memang merasakan gejala sisa atau long covid, memang sebaiknya tetap kontrol ke dokter untuk memastikan bahwa tidak ada penyakit serius yang terjadi. Apabila sudah bisa dipastikan bahwa tidak ada kelainan pada pasien, bisa dikatakan bahwa keluhan pasien itu muncul dari stres yang terjadi sebagai dampak dari mengalami Covid-19. Perlu penanganan secara psikologi untuk pasien long covid ini.
Perlu penanganan secara psikologi untuk pasien long covid ini.
Kalau perlu, berkonsultasi dengan seorang psikiater. Dukungan orang sekitar terhadap pasien-pasien long covid juga perlu dilakukan. Bisa saja mereka membentuk kelompok seperti yang dilakukan pada penyintas Covid-19 di Inggris yang mempunyai permasalahan yang sama. Pendekatan agama juga penting. Mereka diminta untuk dekat dengan Yang Maha Kuasa dan tetap sabar.
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA
Ari Fahrial Syam
Untuk masyarakat yang belum terkena long covid, ini mestinya menjadi pelajaran untuk tetap menjaga protokol kesehatan agar terhindar dari infeksi ini. Vaksin segera tiba, tetapi bukan berarti lalu kita menjadi lengah karena infeksi ini terus meningkat di sekitar kita.
Ari Fahrial Syam, Praktisi klinis dan Guru Besar Penyakit Dalam FKUI.