Tulisan tangan yang rapi dan apik menggambarkan kendali diri, disiplin, dan mencerminkan upaya menghormati dan menghargai orang lain.
Oleh
Zainoel B Biran
·3 menit baca
Almarhum Prof Dr Slamet Iman Santoso, seorang pengabdi pendidikan, jauh-jauh hari telah mengingatkan akan pentingnya pendidikan bahasa sebagai dasar bagi pengembangan kepribadian manusia (baca Pendidikan di Indonesia dari Masa ke Masa, 1987).
Bahasa memiliki tatanan, merefleksikan adanya tuntutan kejelasan, keteraturan, dan ketertiban dalam penggunaan. Kebiasaan menggunakan bahasa dengan baik dan benar, termasuk pilihan kata, menunjukkan respek kita kepada orang lain. Bahasa membangun manusia!
Yang jelas, semua harus dipikirkan dan disiapkan sebelum kita berkomunikasi dengan orang lain, tertulis ataupun lisan. Pertanyaannya: apakah hal-hal itu masih berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari?
Jawabannya, tidak. Dulu kita diajar menulis karangan. Sejak kecil dilatih menulis ”indah”. Selain goresan artistik, penuangan juga tertata apik dan resik. Pembaca tidak saja menikmati isi tulisan, tetapi juga rangkaian huruf yang membentuk kata-kata dengan baik.
Sekarang, tulisan tangan anak muda banyak yang tidak terbaca. Selain alat tulis berubah, selera pribadi ikut menentukan. Ada yang menulis dengan huruf kecil-kecil sehingga perlu kaca pembesar untuk membacanya. Ada pula yang tidak jelas penggunaan huruf besar dan huruf kecilnya, juga kemiringan dan tata letaknya.
Memang dalam komunikasi tertulis saat ini sudah ada ”alat canggih” (komputer) yang dapat membantu kita membuat tulisan yang tersusun sangat rapi. Bahkan, tata bahasa dan pilihan kata mungkin dalam waktu dekat akan tersusun sendiri secara instan. Namun, di balik itu ada yang hilang, yaitu upaya aktif melatih diri dan usaha yang disengaja untuk menjaga mutu karya!
Tulisan tangan yang rapi dan apik menggambarkan kendali diri, disiplin, dan mencerminkan upaya menghormati dan menghargai orang lain. Sebaliknya, orang pun terbantu memahami diri dan harapan kita. Untuk itu, kita harus melatih diri dengan tekun dan penuh kesungguhan. Bukankah hal-hal ini mencerminkan nilai-nilai yang hendak kita tanamkan pada generasi penerus bangsa kita?
Demikian pula dalam berbahasa lisan. Berbicara pun perlu latihan agar teratur, runut, dan santun. Intinya adalah kendali diri dan menghargai orang lain.
Zainoel B Biran
Pengamat Sosial, Ciputat, Tangerang Selatan
Klarifikasi Tokopedia
Melalui surat ini, kami mengklarifikasi kesalahan nama pendiri Tokopedia di halaman Opini harian Kompas (Selasa, 15/12/2020) dalam tulisan berjudul ”Teknologi Digital dan Ekosistem Inovasi”.
Tulisan tersebut menyebutkan pendiri Tokopedia sebagai Victor Fungkong. Yang benar, pendiri Tokopedia adalah William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison. Masing-masing saat ini menjabat sebagai CEO Tokopedia dan Vice Chairman Tokopedia.
Berkaitan dengan hal tersebut, Tokopedia memohon bantuan untuk memuat surat klarifikasi ini demi mencegah kesalahpahaman masyarakat, khususnya pembaca Kompas.
Atas perhatian dan kerja sama Redaksi Kompas, kami mengucapkan terima kasih.
Menurut prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), 29 wilayah Indonesia berpotensi terkena cuaca ekstrem, seperti hujan lebat dan puting beliung.
Masyarakat hendaknya waspada terhadap dampaknya, berupa banjir, tanah longsor, dan banjir bandang.
Untuk mengantisipasi, masyarakat bisa meminimalkan dampak dengan membangun sistem komunikasi bencana, pengecekan pohon, baliho, papan reklame, dan menghindari kawasan rawan longsor.