Tantangan 2021: Beradaptasi dan Kolaborasi atau Terseleksi Pandemi
Tahun 2021 menjadi penentuan. Mampukah segenap bangsa Indonesia beradaptasi, berkolaborasi, dan melahirkan banyak inovasi?
Oleh
SUTTA DHARMASAPUTRA
·3 menit baca
Pada tahun 2020, kehidupan 7,83 miliar manusia di bumi benar-benar dihantui pandemi Covid-19. Ibarat gim, kita tengah memasuki fase bertempur melawan virus SARS-CoV-2. Jika menang, akan berlanjut. Jika kalah, game over.
Kompetisi dua organisme ini mengingatkan kita pada teori seleksi alam Charles Darwin yang pada 24 November ini berusia 161 tahun. Bukan spesies paling kuat atau paling cerdas yang mampu bertahan, melainkan yang paling mampu beradaptasi terhadap perubahan.
Amerika Serikat sebagai negara adidaya pun belum kuasa mengendalikannya. Pada 13 Desember 2020 sudah 16,55 juta warga AS terinfeksi Covid-19 dan 305.088 di antaranya meninggal. Berdasarkan data Worldometer, total kematian di AS tertinggi dari 220 negara.
Di Indonesia, SAR-CoV-2 sudah menginfeksi 617.820 warga dan membunuh 18.819 warga. Trennya masih terus meningkat, belum melandai.
Pandemi Covid-19 juga melumpuhkan ekonomi global hingga individual. Sekjen Konferensi Perdagangan dan Pembangunan PBB (UNCTAD) Mukhisa Kituyi menyebutkan, pandemi Covid-19 telah sangat melukai ekonomi dunia dengan konsekuensi serius yang berdampak pada semua komunitas dan individu. Laporan PBB terbaru menyebutkan, 32 juta penduduk di negara miskin akan jatuh ke kemiskinan ekstrem.
SARS-CoV-2 juga menyerang sendi dasar kehidupan sosial budaya. Manusia sebagai homo socius, homo faber, dan homo ludens tiba-tiba menjadi tak bebas berinteraksi, bekerja, dan bermain. Bersalam-salaman menjadi sangat berisiko. Berbagi kebahagiaan untuk merayakan peristiwa penting: kelahiran, ulang tahun, dan pernikahan, justru malah menjadi membahayakan. Mengenaskan lagi, tradisi mengantar jenazah hingga pemakaman sebagai penghormatan terakhir tidak bisa dilakukan bagi yang terinfeksi.
Pandemi berkepanjangan bukan tidak mungkin berujung pada krisis sosial-politik. Ketika krisis kesehatan, ekonomi, dan politik menyatu, kemenangan SARS-CoV-2 semakin nyata.
Harapan di 2021
Kapan pandemi berakhir belum ada yang berani meramalkan. Namun, kemajuan teknologi vaksin memberikan secercah harapan.
Meski demikian, implementasinya tidak mudah. Vaksin akan efektif jika diberikan secara serempak pada 70 persen populasi. Tingkat efikasi vaksin, kapasitas pengadaan, dan kelancaran distribusi memiliki tantangan tersendiri, terlebih di Indonesia. Belum lagi soal harga atau resistensi terkait dengan negara produsen dan nilai agama.
Indonesia menargetkan memvaksin 70 persen warga berusia 18-59 tahun, yaitu 107 juta warganya. Artinya, diperlukan 214 juta dosis. Sementara penularan Covid-19 di Indonesia sangat cepat. Satu orang terinfeksi bisa menularkan ke banyak orang. Kecepatannya mengikuti deret ukur.
Rencana pemerintah mengoptimalkan vaksin pada 2021 perlu dibarengi dengan penguatan diagnosis, terapeutik, dan pengembangan sistem kesehatan terpadu seperti digariskan WHO.
Upaya menggerakkan ekonomi juga perlu dibarengi dengan pengetatan protokol kesehatan Covid-19. Meningkatkan kedisiplinan warga dan mengakselerasi digitalisasi adalah jalan keluarnya.
Di sini letak perlunya adaptasi dan inovasi juga kebersamaan, bahkan kolaborasi antara negara, masyarakat, dan industri. Kolaborasi dengan ”lawan” politik sekali pun perlu dibangun. Pandemi Covid-19 adalah above and beyond politics. Virus SARS-CoV-2 adalah satu-satunya musuh, bukan yang lain.
Melawan pandemi membutuhkan keserempakan semua kekuatan nasional. ”We are not safe until everyone safe,” demikian WHO mengingatkan semua manusia di bumi.
Melawan pandemi membutuhkan keserempakan semua kekuatan nasional.
Mengingat pandemi Covid-19 adalah persoalan baru, transformasi dan inovasi perlu lebih banyak dilakukan. Mark Zuckerberg, pendiri Facebook, selalu mengingatkan, inovasi belum tentu berangkat dari ide bagus. Banyak inovasi justru muncul dari kecepatan mencoba banyak hal. Charles Darwin pun mengingatkan, dalam sejarah panjang umat manusia dan bahkan jenis hewan, mereka yang berkolaborasi dan berimprovisasi paling efektiflah yang memenangi seleksi alam.
PricewaterhouseCoopers pernah memprediksi perekonomian Indonesia akan melejit menjadi negara dengan total produk domestik bruto nomor lima besar di dunia pada tahun 2030 dan nomor 4 besar dunia pada 2050. Tahun 2021 menjadi penentuan. Mampukah segenap bangsa Indonesia beradaptasi, berkolaborasi, dan melahirkan banyak inovasi? Atau, malah terseleksi, terkalahkan SARS-CoV-2.