Meski belum sempurna, pemerintahan Presiden Jokowi telah meletakkan dasar-dasar pembangunan pada tempatnya. Namun, ada hal-hal yang perlu diperbaiki, salah satunya komunikasi publik yang efektif.
Oleh
Pangeran Toba P Hasibuan
·3 menit baca
Dalam kepemimpinan Presiden Joko Widodo, banyak pembangunan diwujudkan. Yang paling mencolok adalah pembangunan jalan tol, pelabuhan laut dan bandara, serta perbaikan layanan publik.
Meski belum sempurna, pemerintahan Presiden Jokowi telah meletakkan dasar-dasar pembangunan pada tempatnya (on the right track), bahkan hingga visi Indonesia 2045.
Selama 2014-2019 tercatat 1.144,07 km jalan tol telah dibangun dan beroperasi, dari target 2.000 km sampai 2024. Jika dibandingkan dengan ruas jalan tol yang telah dibangun 1968-2014 yang hanya 795 km (sumber: Badan Pengatur Jalan Tol), ini perkembangan luar biasa. Apalagi layanan publik juga terus diperbaiki dan membaik.
Namun, survei Litbang Kompas pada setahun pertama pemerintahan periode kedua menunjukkan, 52,5 persen responden tidak puas dan 45,2 persen puas (Kompas, 20/10/2020). Hasil ini dapat dimengerti mengingat belum genap enam bulan kabinet periode kedua berjalan, pandemi Covid-19 menggempur hampir semua sendi kehidupan. Bukan hanya di Indonesia, tetapi di dunia.
Namun, ada hal-hal yang perlu diperbaiki, salah satunya komunikasi publik yang efektif. Sangat jarang terdengar penjelasan secara terbuka mengenai tujuan maupun manfaat suatu program pembangunan.
Jika komunikasi atau sosialisasi dilakukan secara periodik, niscaya rakyat akan lebih memahami. Komunikasi adalah salah satu kunci sukses organisasi.
Masih ada sisa waktu empat tahun untuk menorehkan sejarah baru Indonesia.
Pangeran Toba P Hasibuan
Sei Bengawan, Medan 20121
”Covidiot”
Covidiot ada di mana-mana, termasuk di Indonesia. Covidiot adalah julukan kepada orang bebal dan egois di tengah pandemi Covid-19.
Ciri-ciri manusia covidiot adalah orang-orang yang berpikir bahwa mereka kebal terhadap virus dan tidak akan sakit parah jika terkena.
Covidiot malah senang mengajak orang berkerumun, membuat keramaian dengan mengadakan pesta, atau kumpul-kumpul yang tidak perlu di tengah pandemi. Semua dengan mengabaikan seluruh protokol kesehatan dan tidak peduli telah membahayakan keselamatan publik. Covidiot bahkan tidak percaya sedang ada pandemi Covid-19.
Covidiot semakin banyak di Jakarta dan bahkan di pelbagai kota besar di Indonesia. Mereka ini orang-orang yang mementingkan diri sendiri, egois, dan amat percaya diri.
Sayangnya, belum ada penelitian yang menyatakan covidiot ini sebuah penyakit atau bukan. Apabila covidiot sebuah penyakit, tentu bisa disembuhkan. Namun, jika covidiot itu sekadar urusan bebal, tentu bakal sulit pulih.
Jangan sampai kita menjadi covidiot, bebal, bodoh sehingga merugikan orang-orang yang kita cintai dengan merisikokan mereka tertular virus Covid-19.
Kita manusia tidak ada yang kebal hukum dan juga tidak ada yang kebal virus.
Zulkifli Nasution
Cilandak Timur, Jakarta Selatan
Info Covid-19
Saya senang melihat dan membaca #lindungidiri sekitar informasi dari Satuan Tugas Covid-19, yang selalu dimuat harian Kompas.
Edukasi tentang Covid-19 yang sederhana, tetapi mencerahkan. Mengapa hal itu hanya dilakukan di media cetak? Andai bisa dibagi lewat media sosial, video singkat, atau juga poster, saya kira akan semakin banyak orang mendapatkan informasi yang benar.
Covid-19 harus kita lawan. Jika dalam masa penjajahan dahulu kita berani melawan penjajah dengan bambu runcing, sekarang kita seharusnya juga berani melawan Covid-19 dengan Tiga Berani: berani memakai masker, berani jaga jarak, dan berani cuci tangan pakai sabun.