Vaksin sudah datang. Meski diharapkan untuk mengatasi pandemi, ada baiknya berhati-hati. Yang harus diperhatikan adalah efikasi atau keampuhan vaksin, efek samping, serta berapa lama antibodi bisa bertahan dalam tubuh.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Ada berita gembira. Di tengah makin merosotnya perekonomian akibat pandemi, di puncak kejenuhan orang untuk tinggal di rumah demi menjaga jarak untuk memutus rantai penularan virus, di tengah persaingan untuk mendapatkan jatah vaksin, Indonesia mendapat kiriman 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 produksi Sinovac Biontech, China, yang disebut CoronaVac.
Hari Minggu (6/12/2020), vaksin tersebut tiba di Tanah Air. Jutaan dosis lain akan menyusul. Kini, kita menunggu hasil kajian ilmiah serta evaluasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebelum menggunakannya.
Terlepas dari harapan besar yang ditumpukan pada vaksin, banyak orang meragukan keampuhan dan keamanan vaksin yang Indonesia terlibat dalam uji klinis tahap ketiga, Agustus 2020, di Bandung, Jawa Barat. Penyebabnya, belum ada pengumuman dari pihak Sinovac terkait hasil uji klinis itu.
Di luar soal harga dan ketersediaan, setidaknya ada tiga hal yang harus diperhatikan dari vaksin, yaitu, efikasi atau keampuhan vaksin dalam melindungi dari penyakit, efek samping yang mungkin ada, serta berapa lama antibodi yang ditimbulkan mampu bertahan dalam tubuh.
Penelusuran status sejumlah calon vaksin Covid-19 di laman nytimes.com yang diperbarui 5 Desember 2020 menunjukkan, bulan Juli, Sinovac meluncurkan uji klinis tahap ketiga di Brasil, diikuti negara lain, yakni Indonesia dan Turki. Meski Sinovac belum merilis data uji klinis tersebut, pada 19 Oktober, pejabat di Brasil mengatakan, CoronaVac paling aman dari lima vaksin dalam uji klinis tahap ketiga yang mereka lakukan. Uji klinis sempat dihentikan pada 9 November 2020. Namun, dua hari kemudian, uji klinis boleh dilanjutkan.
Karena Sinovac belum mengumumkan data ataupun evaluasi hasil uji klinis tahap ketiga, belum ada kepastian mengenai efikasi dan ada tidaknya efek samping dari vaksin. Menurut rencana, mereka akan mengumumkan pada 15 Desember 2020. Ada baiknya BPOM dan Pemerintah Indonesia menunggu.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah berapa lama antibodi yang mampu melindungi dari SARS-CoV-2 bisa bertahan. Ini terkait dengan waktu pelaksanaan vaksinasi.
Kajian dari The New and Emerging Respiratory Virus Threats Advisory Group (NERVTAG), komite ahli yang memberi saran terkait ancaman virus pernapasan bagi Pemerintah Inggris, menyatakan, durasi kekebalan alami ataupun yang diinduksi oleh vaksin Covid-19 belum sepenuhnya dipahami. Namun, berdasarkan variabilitas data dan perbedaan respons imun dalam populasi negara itu, secara konservatif komite ahli memperkirakan, kekebalan tubuh setelah infeksi atau vaksinasi SARS-CoV-2 dapat berlangsung selama 90 hari.
Jika perhitungan para ilmuwan itu tepat, daya tahan antibodi terbatas tiga bulan, maka vaksinasi seyogianya dilakukan serempak kepada seluruh penduduk. Setidaknya sebelum antibodi di tubuh orang yang lebih dulu divaksinasi hilang. Jika tidak, virus akan terus mendapat inang untuk berkemban gbiak sehingga tujuan vaksinasi untuk memutus rantai penularan virus menjadi sia-sia.