Menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri dan keluarga sangat bisa dilakukan. Sudah banyak pelatihan perencanaan keuangan. Berbagai macam informasi juga tersedia di dunia maya. Tinggal tekun mencari dan berlatih.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
Urusan uang dalam beberapa hal menjadi sesuatu yang tidak mudah. Memutuskan membeli rumah dengan cara kredit, memilih instrumen investasi dan asuransi, atau membagi-bagi pendapatan, terkadang membuat kepala pening.
Ada yang pasrah saja dan tidak mau belajar ketika dihadapkan pada berbagai pilihan soal keuangan. Ada yang lebih memilih mencari profesional, seperti perencana keuangan, untuk membantu memutuskan dan merencanakan keuangan keluarga. Ada pula yang belajar sendiri untuk mengatur keuangannya.
Menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri dan keluarga sangat bisa dilakukan. Saat ini sudah banyak pelatihan perencanaan keuangan. Di luar itu, berbagai macam informasi juga tersedia di dunia maya. Buku-buku soal perencanaan keuangan pun sudah banyak tersedia di toko buku. Tinggal tekun mencari dan berlatih.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memutuskan menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri dan keluarga. Pertama, tentukan tujuan keuangan karena tanpa tujuan, apa yang mau direncanakan? Tujuan keuangan bisa saja untuk membiayai sekolah anak, pergi beribadah, pensiun nyaman, atau rencana lainnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penting untuk mengetahuai di mana posisi kita sekarang. Pengeluaran harus lebih kecil dari penghasilan. Jika masih terjadi besar pasak daripada tiang, maka harus diperbaiki dulu. Dengan posisi pengeluaran yang lebih besar dari penghasilan, mustahil aset dapat dikumpulkan. Setelah mampu mengatur porsi penghasilan lebih besar dari pengeluaran, barulah aset dapat dibentuk.
Aset dapat mulai dikumpulkan jika ada dana yang disisihkan dari penghasilan. Disisihkan, bukan disisakan. Disisihkan berarti segera setelah menerima penghasilan, ada sebagian yang dipotong untuk dibelikan menjadi aset, baru digunakan untuk konsumsi.
Percaya atau tidak, mengumpulkan aset tidak lebih mahal dari membeli sekotak rokok. Saat ini, aset kertas seperti reksa dana pasar uang dapat dibeli dengan minimal investasi sebesar Rp 10.000 saja. Ada juga reksa dana yang dapat dibeli dengan modal minimal setara dengan enam cangkir kopi di kedai kopi jaringan internasional.
Aset lain, seperti obligasi ritel, dapat dibeli dengan harga lebih murah dari sepasang sepatu bermerek. Menyisihkan penghasilan untuk aset dapat dilakukan terus-menerus sehingga menjadi kebiasaan. Dari sedikit aset, lama-lama akan menjadi bukit jika dilakukan secara konsisten.
Jika sudah memahami benar karakteristik diri sendiri, apakah mudah panik atau santai saja ketika nilai aset menurun, maka kita bisa mulai membeli aset yang cocok sesuai karakter kita. Banyak membaca dan bergabung dengan komunitas terkait, menjadi salah satu cara untuk lebih memahami belantara investasi.
Setelah memahami diri sendiri dan dunia investasi, dilanjutkan dengan menyocokkan antara karakter diri dengan tujuan keuangan. Kalau tujuannya adalah jangka panjang atau lebih dari 10 tahun dan kita memiliki karakter agresif, maka dapat mulai berinvestasi pada reksa dana saham atau bahkan membeli saham langsung. Jika lebih menginginkan keamanan dan arus kas setiap bulan, obligasi ritel rasanya lebih cocok.
Jangan lupa untuk melindungi rencana agar sampai pada tujuannya. Membeli proteksi atau asuransi merupakan cara untuk melindungi rencana keuangan. Investasi dan proteksi adalah dua hal yang harus dilakukan secara beriringan, bukan pilihan.
Misalnya, sebuah keluarga berinvestasi setiap bulan selama jangka 10 tahun untuk mengumpulkan biaya sekolah anak. Pada tahun kedua, sang ayah yang merupakan tulang punggung keluarga meninggal sehingga keluarga tersebut kehilangan sumber penghasilan.
Investasi bulanan yang sudah berjalan akan terganggu jika keluarga itu tidak memiliki proteksi karena ketiadaan uang masuk. Dengan proteksi, uang pertanggungan asuransi yang memadai dapat menjadi sumber penghasilan baru bagi keluarga. Rencana investasi pun dapat tetap berjalan.
Dengan demikian, menjadi perencana keuangan untuk diri sendiri dan keluarga merupakan salah satu wujud tanggung jawab. Siap memulai?