Peringatan Hari Guru Nasional 2020 kiranya bisa menjadi momentum untuk memuliakan guru sekaligus memperbaiki tingkat kesejahteraan dan juga kompetensinya.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Di grup Whatsapp, juga di media sosial lain, Rabu (25/11/2020), salah satu topik yang ramai adalah pemberian ucapan kepada bapak dan ibu guru. Sungguh ekspresi tulus.
Ekspresi yang penuh hormat pula. Seorang guru pun merespons bahwa ”seorang guru tidak disebut guru jika tidak memiliki murid. Untuk itu, saya berterima kasih kepada semua yang telah sudi menjadi murid saya”.
Eksistensi guru tidak bisa dilepaskan dari murid. Namun, dewasa ini, baik karena datangnya disrupsi pendidikan, disrupsi karena teknologi digital, maupun pandemi Covid-19, peran guru semakin sentral.
Harian ini, Kamis (26/11/2020), memuat berita tentang pentingnya membenahi mutu guru yang kini dihadapkan pada berbagai tantangan baru seperti kita singgung di atas. Apresiasi diberikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim yang menyebut guru bangkit dan berjuang mengupayakan keberlanjutan pembelajaran bagi peserta didik.
Di masa pandemi, saat pembelajaran tatap muka digantikan pembelajaran jarak jauh melalui daring, metode pembelajaran tak bisa sama dengan di saat normal lama. Jika guru sekadar mengajar mengikuti normal lama, siswa mudah menjadi bosan. Guru membutuhkan kompetensi baru, terutama dalam membuat materi ajar menjadi lebih menarik, serta cara berkomunikasi via daring yang berbeda dengan tatap muka.
Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Fahriza Martha Tanjung menyatakan, semula ada citra menjadi guru adalah pekerjaan mudah. Namun, saat muncul pandemi dan pembelajaran jarak jauh, para orangtua yang banyak diminta anaknya untuk membantu proses pembelajaran menyadari bahwa menjadi guru merupakan hal sulit.
Dibutuhkan kerja sama antara guru, sekolah, orangtua, dan juga siswa untuk memuluskan proses pembelajaran. Tuntutan terhadap kompetensi guru semakin meningkat. Dalam kaitan ini, masuk akal ada suara agar terhadap guru juga diberikan insentif yang memadai, terlebih terhadap guru yang terdampak pandemi. Seusai pandemi, dunia pendidikan—sebagaimana bidang lain—juga akan terimbas dampak Revolusi Industri 4.0 yang membawa berbagai teknologi baru, seperti kecerdasan buatan dan otomasi. Para guru pun niscaya membutuhkan pemahaman lebih atas berbagai perkembangan baru ini.
Lebih dari sekadar membesarnya pengaruh teknologi baru, guru juga dituntut memberikan motivasi agar peserta didik tergerak menjadi insan yang belajar sepanjang hayat. Jika tidak, oleh perkembangan cepat ilmu pengetahuan, siswa hanya akan mendapatkan pengetahuan yang ketinggalan zaman.
Membuat peserta didik menjadi penuntas persoalan, membuat guru pun perlu selalu menanamkan orientasi problem solving terhadap para siswanya. Profesi guru tak cukup jika diterjuni sekadar untuk mendapatkan penghasilan. Di dalamnya ada unsur panggilan jiwa, kasih sayang, dan hasrat untuk berbagi pengetahuan sekaligus mencari pengetahuan.
Peringatan Hari Guru Nasional 2020 kiranya bisa menjadi momentum untuk memuliakan guru sekaligus memperbaiki tingkat kesejahteraan dan juga kompetensinya.