Industri pariwisata berbasis MICE bisa segera bangkit jika semua pihak bekerja sama dan berkontribusi, termasuk dalam mengendalikan Covid-19, serta meyakinkan dunia bahwa Indonesia siap kembali berbisnis.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Krisis melahirkan kreativitas, inovasi, dan peluang baru. Siapa mampu beradaptasi dengan cepat dan mengapitalisasi peluang baru yang ada akan menjadi pemenang.
Singapura membuktikan hal itu. Singapura adalah contoh negara yang mampu beradaptasi dengan cepat dan inovatif terhadap pandemi virus korona. Berbagai gagasan baru dalam penyelenggaraan konvensi—sektor strategis perekonomian negara itu—yang ”aman” dari Covid-19, seperti konsep hibrida, demonstrasi virtual, dan TravelRevive, diluncurkan.
Industri pariwisata berbasis meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE), yang terpukul pada pekan-pekan pertama pandemi Covid-19 melanda, tak butuh waktu lama untuk bangkit kembali, bahkan lebih kuat dari sebelumnya.
Singapura berhasil mengendalikan angka positif Covid-19 dan kematian yang diakibatkannya dalam waktu cepat. Namun, ketergantungan yang sangat besar pada perdagangan dan pariwisata membuat perekonomian negara itu diperkirakan mengalami kontraksi tajam hingga 6 persen pada 2020.
MICE berkontribusi besar pada perekonomian Singapura dalam 40 tahun terakhir, menjadikannya salah satu business hub terkemuka di kawasan yang berpengalaman menyelenggarakan banyak kegiatan terkemuka internasional.
Pandemi mempercepat digitalisasi ekonomi dan masyarakat Singapura. Memengaruhi bagaimana mereka bekerja. Memunculkan budaya baru yang lebih cost efficient, fleksibel, dan ketahanan (resilience) kuncinya, pendekatan yang diambil bukan defensif, melainkan agresif.
Perusahaan-perusahaan dipaksa menyesuaikan model bisnis mereka di era normal baru. Demikian pula sumber daya manusia (SDM), tak mau ketinggalan berlomba meng-upgrade keterampilan digital mereka lewat kursus kilat. Semua penyelenggaraan acara diubah menjadi daring memakai platform digital (going digital) dengan berbagai instrumen virtualnya.
Prinsipnya, semua komponen, mulai dari pemerintah, sektor korporasi swasta, provider teknologi, perusahaan penyelenggara acara, industri kesehatan, hingga SDM, bergerak padu bertransformasi untuk bisa keluar bersama dari kungkungan dampak pandemi. Transisi ke format baru penyelenggaraan acara ini melahirkan banyak talenta baru dengan skill yang juga baru, dan tentu saja lapangan kerja baru.
Singapura juga diuntungkan oleh ukuran luas negara yang kecil, jumlah penduduk kecil dan sangat disiplin, dan penegakan hukum yang kuat. Protokol ketat kesehatan diterapkan dengan standar tertinggi. Di sini Singapura selangkah di depan dibandingkan negara-negara maju yang masih sibuk bergulat dan belum mampu keluar dari pandemi.
Indonesia yang memiliki potensi pasar lebih besar di industri pariwisata berbasis MICE dibandingkan negara ASEAN lain harus belajar dari Singapura. Berdasarkan Global Economics Impact of Exhibitions, oleh Oxford Economics, Juni 2020, Indonesia berada di peringkat ke-16 dunia, sementara Thailand (26), Singapura (37), Malaysia (38), dan Filipina (39). Industri ini bisa segera bangkit jika semua pihak bekerja sama dan berkontribusi, termasuk dalam mengendalikan Covid-19, dan meyakinkan dunia bahwa kita siap kembali berbisnis.