Perpanjangan PSBB transisi jangan lagi dilakukan dengan setengah hati. Tak peduli teman dan kerabat, cegah agar tidak melanggar aturan. Tindak jika mereka nekat.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
DKI Jakarta memperpanjang lagi pembatasan sosial berskala besar transisi. Namun, upaya ini tidak akan berhasil jika pelaksanaannya diwarnai pelbagai pelanggaran.
DKI Jakarta adalah barometer segala aktivitas. Dengan demikian, perpanjangan PSBB transisi hingga 6 Desember 2020 kemungkinan besar akan diikuti daerah-daerah lain.
Kita tahu, PSBB transisi berarti pelonggaran kegiatan sosial ekonomi secara bertahap. Silakan beraktivitas, asalkan dengan protokol kesehatan. PSBB transisi bertujuan mengembalikan produktivitas, tetapi rakyat tetap sehat. Pemerintah memang mendorong PSBB transisi, mengingat kita memasuki masa resesi setelah mengalami kontraksi dua triwulan berturut-turut. Triwulan III-2020 pertumbuhan ekonomi minus 3,49 persen, triwulan sebelumnya minus 5,32 persen.
Dibandingkan dengan banyak negara lain, sebenarnya kontraksi kita tidak terlalu dalam, bahkan kontraksi triwulan III yang lebih rendah daripada triwulan II menunjukkan Indonesia sudah di jalur yang benar menuju pemulihan ekonomi. Apabila tren ini bisa kita pertahankan, Indonesia bisa segera keluar dari resesi. Syaratnya satu: pengendalian penyebaran Covid-19.
Kenyataan menunjukkan, banyak aktivitas berlangsung tanpa menaati protokol kesehatan. Dari demo, penjemputan ke bandara, hingga pesta pernikahan dengan tamu ribuan orang, semua memunculkan kerumunan. Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menunjukkan, setelah kerumunan besar-besaran di bandara, bertambah 5.444 kasus (Kompas, 13/11/2020), tertinggi dalam sejarah penularan Covid-19 di Indonesia. Hingga Senin (23/11/2020) kemarin, total ada 502.110 kasus positif Covid-19 di negeri ini.
Kasus di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, lebih tragis lagi. Pengantin perempuan dan kedua orangtuanya meninggal karena Covid-19 seusai resepsi. Dinas kesehatan setempat harus menelusuri dan mengetes lebih dari 100 undangan. Sungguh, penyakit ini tidak boleh disepelekan karena korban masih terus berjatuhan.
Kerumunan terbukti menjadi penyumbang signifikan penularan Covid-19. Kerumunan biasanya mengabaikan aturan jaga jarak dan banyak yang tidak memakai masker. Di Amerika Serikat, acara Mardi Gras di New Orleans dan konferensi berskala besar di Boston, misalnya, disebut bertanggung jawab atas munculnya 20.000 kasus di awal pandemi.
Kita semua harus beradaptasi. Sudah terbukti, virus korona baru ini tidak pandang bulu. Ada yang lebih rentan, orang tua dan anak-anak, tetapi di luar itu semua sama risikonya. Tidak peduli jenis kelamin, latar belakang sosial, ekonomi, ataupun agama. Kita pantas bersyukur, ketika banyak negara di dunia masih menderita resesi hingga belasan persen, Indonesia diprediksi bakal tumbuh positif pada awal 2021. Menyusul Vietnam dan China yang masih tumbuh positif saat ini.
Perpanjangan PSBB transisi jangan lagi dilakukan dengan setengah hati. Tak peduli teman dan kerabat, cegah agar tidak melanggar aturan. Tindak jika mereka nekat. Lupakan segala pertikaian politik. Bisakah untuk sekali ini saja, semua bergandengan tangan melawan pandemi?