Mari menyikapi Hari Pahlawan dengan berbenah secara total untuk meneruskan perjuangan pahlawan nasional yang telah gugur. Tidak hanya di satu lini, tetapi juga di semua lini kehidupan.
Oleh
Nur Rahmawati,
·3 menit baca
Pada peringatan Hari Pahlawan tahun ini, Presiden Joko Widodo telah menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada tokoh-tokoh terpilih. Upacara penganugerahan telah dilaksanakan di Istana Negara, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan.
Menyikapi Hari Pahlawan tahun ini, harapannya tidak hanya seremonial belaka. Namun, bagaimana menjadikannya momentum untuk bergerak meneruskan perjuangan para pahlawan yang telah berkorban demi negeri ini, dengan memperbaiki diri untuk lebih berguna bagi orang lain dan bekerja sama untuk memajukan negeri.
Hal itu tentu tidak dapat dilakukan sendiri, perlu kerja sama semua pihak, masyarakat dan pemerintah. Pemerintah diharapkan terus berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat karena para pahlawan berjuang untuk kemerdekaan yang tidak hanya harfiah, tetapi juga untuk kedamaian dan kebahagiaan setiap warga.
Maka, sudah seyogianya, menyikapi Hari Pahlawan dengan berbenah secara total untuk meneruskan perjuangan pahlawan nasional yang telah gugur. Tidak hanya di satu lini, tetapi juga di semua lini kehidupan.
Nur Rahmawati, SH
Praktisi Pendidikan, Sampit, Kalimantan Tengah
Hari Pahlawan 2
Tiap masa ada pahlawannya. Kita tetap mengenang dan menghormati jasa pejuang yang membela Tanah Air hingga menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat.
Kini, di saat bangsa menghadapi bermacam persoalan, terutama pandemi Covid-19, para dokter, perawat, dan jajaran tenaga kesehatan menjadi pahlawannya.
Bukan mereka saja yang berjuang. Ada pengusaha, pekerja, pelayan publik, pegiat UMKM, guru, dan siapa saja yang bekerja keras mengatasi pandemi, sesuai bidang masing-masing.
Mari, kita bangkit bersama dan berjuang mengisi kemerdekaan dengan hal positif.
Vita Priyambada
Kompleks Perhubungan, Jatiwaringin, Jakarta 13620
Hari Pahlawan 3
Awal 1942, Indonesia terlepas dari penjajahan Belanda karena Jenderal Ter Poorte menyerah kepada tentara Jepang. Selanjutnya kita dijajah Jepang yang kemudian dikalahkan Sekutu, 1945.
Dengan dikawal para pemuda, pada 17 Agustus 1945 Bung Karno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dikumandangkan atas nama bangsa Indonesia.
Tentara Sekutu ditugaskan menjaga keamanan karena sebagian tentara Jepang belum pergi dari Indonesia. Pada kesempatan itu, pasukan Belanda membonceng Sekutu masuk karena ingin berkuasa lagi. Mereka masuk melalui Surabaya pada 22 Oktober 1945.
Saat itulah KH Hasyim Asyari mengerahkan santri untuk menghadapi pasukan asing. Semboyannya adalah ”Revolusi Jihad” untuk membela Tanah Air. Oleh karena itu, 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri.
Banyak santri menjadi korban dalam perang mempertahankan kemerdekaan itu, tetapi mereka terus maju. Semangat berkobar terdorong Bung Tomo yang mengumandangkan Allahu Akbar.
Waktu itu, saya tinggal di Yogyakarta dan melalui radio terdengar betapa dahsyatnya pertempuran di Surabaya. Pertempuran dihentikan pada 10 November 1945.
Banyak yang gugur sebagai pahlawan. Jadi, santri ada hubungannya dengan perjuangan membela negara.
Titi Supratignyo
Pondok Kacang, Tangsel
Hari Pahlawan 4
Setiap 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Hal ini untuk mengenang perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia.
Sutomo—dikenal sebagai Bung Tomo—mampu menggelorakan semangat rakyat Indonesia pada pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Semboyan ”merdeka atau mati” jadi pemantik keberanian melawan penjajah walau dengan peralatan perang seadanya. Semangat mereka mengantarkan keberhasilan mengusir penjajah.
Seyogianya, Hari Pahlawan tak menjadi seremoni belaka. Ia harus menjadi pemantik agar kita mencontoh perjuangan para pahlawan menjaga kedaulatan negara dari berbagai bentuk penjajahan. Dari pemikiran hingga perampokan sumber daya alam.