Pasca, Paska, Sesudah, atau Setelah?
Bentuk terikat ”pasca-” tidak bisa sembarangan dilekatkan pada setiap kata. Ada nuansa makna yang tidak sekadar ’sesudah’ atau ’setelah’ pada kata tersebut.

Dalam berbagai artikel ditemukan penggunaan kata ”pasca” dan ”paska”. Manakah yang tepat dan bagaimana penggunaannya yang benar dalam kalimat?
Bentuk terikat pasca- sering muncul dalam tulisan di media massa dan media lainnya. Kata yang bermakna ’sesudah’ atau ’setelah’ ini kadang muncul pula dalam bentuk lain, yakni paska-. Kata yang terakhir ini muncul karena mengikuti ujaran orang yang belum mengetahui asal-usul pengucapan kata pasca-.
Sebenarnya bagaimana penggunaan kata pasca- dalam kalimat dan bagaimana penulisannya yang benar?
Berdasarkan Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia (2003) karya JS Badudu, kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta (Sanskrit) yang dilafalkan seperti /c/ dalam /beca/, bukan /k/, sehingga pasca- dieja dan dibaca /pasca/, bukan /paska/.
Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta (Sanskrit) yang dilafalkan seperti /c/ dalam /beca/, bukan /k/, sehingga pasca- dieja dan dibaca /pasca/, bukan /paska/.
Kata pasca juga bukan berasal dari bahasa Inggris. Maka, penulisan dan pelafalannya pun bukan /paska/, melainkan /pasca/. Pengucapan pasca- tidak seperti pengucapan, misalnya, kata component dalam bahasa Inggris, yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi komponen.
Berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan, kata pasca- merupakan salah satu bentuk terikat. Artinya, kata pasca- ditulis serangkai dengan kata yang diikutinya, seperti pascademokrasi, pascapanen, dan pascastroke. Bisa pula ditulis dengan tambahan tanda hubung apabila kata pasca- diikuti oleh kata yang berhuruf kapital, misalnya pasca-Bom Bali.
Umumnya, kata yang ditambahi dengan pasca- berupa kata dasar dan berkelas kata benda (nomina), misalnya pascasarjana, pascatrauma, dan pascahaid. Sarjana, trauma, dan haid adalah kata benda.
Baca juga: Kandidat, Calon, atau Bakal Vaksin?

Warga berkumpul di teras hunian sementara di Dusun Lawadi, Desa Radda, Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Kamis (12/11/2020). Mereka sebelumnya adalah warga Dusun Bone yang kemudian meninggalkan rumah pascabanjir bandang, Senin (13/7/2020).
Dalam kenyataan sehari-hari ditemukan pula kata pasca- yang diikuti kata jadian (pascakerusuhan), akronim atau singkatan (pasca-PD II, pascapemilu), dan frasa nominal (pasca-kerusuhan Semanggi).
Ditemukan pula kata pasca- yang diikuti oleh kelas kata lain. Contoh, pascalahir, pascakrisis, dan pascamodern. Lahir adalah kata kerja, serta krisis dan modern adalah kata sifat.
Barangkali karena pola-pola tersebut, dan mungkin juga karena para penulis bersifat pragmatis, di media massa kini kerap muncul kata pasca- yang ditempatkan di sembarang kata. Beberapa contoh menunjukkan kata pasca- diikuti oleh, misalnya, kata dasar dan kata jadian yang berkelas kata kerja. Ada pula kata pasca- yang diikuti oleh kata sifat.
Berikut contohnya.
Polisi: Pascabakar Gereja, Separatis Papua Melarikan Diri
Pasca membakar tubuh istrinya dan sempat buron sehari, Maspuryanto (47) akhirnya dibekuk Tim Resmob Polres Rembang pukul 17.45 WIB di Rembang, Jateng, Rabu (16/10/2019).
Keberadaan tersangka Asmar, buruh proyek berusia 18 tahun yang kabur pasca menembak mati rekannya, korban Ahmad Jaini, dengan mudah bisa diendus polisi.
Tindakan pasca operatif dilakukan dalam dua tahap, yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase pasca operatif.
Baca juga: Penerapan Total Kata Total

Sempat redup pascaberoperasinya Tol Cipularang, para perajin gerabah di kawasan Desa Anjun, Kecamatan Plered, Jawa Barat, kini sedang kebanjiran order bahkan kewalahan memenuhi permintaan pot dari konsumen seiring meningkatnya hobi berkebun sejak pandemi Covid-19.
Perhatikan bahwa pasca- diikuti oleh kata dasar (bakar) dan kata jadian (membakar dan menembak) yang berkelas kata kerja. Dalam contoh terakhir, kata pasca- diikuti kata dasar dan berkelas kata sifat (operatif).
Dalam kalimat itu, kata pasca- tidak diikuti dengan kata yang tepat. Sebaiknya kata pasca- diganti dengan kata sesudah atau setelah (setelah membakar, setelah menembak).
Ketidaktepatan terdapat pula pada contoh terakhir. Berbeda dengan contoh sebelumnya, bukan kata pasca- yang diganti, melainkan kata operatif.
Penggunaan kata operatif sebelum kata pasca- bisa jadi disebabkan ketidaktahuan si penulis mengenai arti dan bentuk kata operatif. Operatif berarti ’bersifat operasi’. Kata ini muncul jika didahului kata keterangan (adjektiva), misalnya sangat operatif atau tidak operatif. Jadi, kata sejenis operatif tidak bisa dirangkaikan dengan pasca-.
Barangkali yang dimaksud si penulis adalah pascaoperasi, yang berarti ’berhubungan dengan sesudah menjalani operasi’.
Baca juga: Terpercaya atau Tepercaya?

Seorang bidan membujuk warga lansia agar mau mengungsi dari Dusun Sumber, Desa Klakah, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (11/11/2020). Mitigasi bencana di sejumlah kawasan rawan bencana di sekeliling Gunung Merapi ditingkatkan pasca-kenaikan status gunung itu menjadi Siaga.
Cara membedakan
Apabila kita kesulitan membedakan penggunaan antara pasca- dan sesudah/setelah dengan tepat, cobalah mengganti kata pasca- dengan kata pra-. Jika antara kata yang didahului pasca- dan pra- paralel, kemungkinan besar hasil dari pembentukan tersebut tidak salah.
Kata pascasarjana (berhubungan dengan tingkat pendidikan atau pengetahuan sesudah sarjana), misalnya, paralel dengan prasarjana (berhubungan dengan tingkat pendidikan atau pengetahuan sebelum sarjana). Contoh lain adalah pascaproklamasi, pascasejarah, pascapemilu, dan sebagainya, yang paralel dengan bentuk praproklamasi, prasejarah, dan prapemilu.
Bandingkan, umpamanya, dengan pascamembakar dan pascamenembak. Kedua kata ini tidak paralel dengan pramembakar dan pramenembak.
Apabila kita kesulitan membedakan penggunaan antara pasca- dan sesudah/setelah dengan tepat, cobalah mengganti kata pasca- dengan kata pra-.
Hal yang sama terjadi pada kata pasca- yang diikuti kata jadian yang berupa kata benda. Kata pasca- yang melekat pada kata kebakaran (pascakebakaran rumah susun itu...), misalnya, kurang tepat karena kata pascakebakaran tidak paralel dengan prakebakaran.
Selain itu, kata pasca- juga tidak bisa diletakkan di awal kalimat karena kata pasca- bukan kata sambung dan berkelas adjektiva. Karena itu, diperlukan sebuah kata di depan pasca-, misalnya Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM menjadi Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM.
Satu patokan lagi bisa dijadikan pertimbangan. Patokan ini dikutip dari buku Kalimat Jurnalistik (2010) karya A.M. Dewabrata, wartawan Kompas yang purnabakti pada 2004.
Baca juga: Perbedaan Semua dan Seluruh

Pasca-pengesahan omnibus law RUU Cipta Kerja 5 Oktober 2020, lahir aksi penolakan oleh buruh dan mahasiswa. Selain unjuk rasa, penolakan juga dilakukan melalui grafiti, seperti terlihat di bawah kolong jalan lingkar Margonda Raya, Depok, Jawa Barat, Minggu (25/10/2020).
Kata pasca- diacukan ke ’waktu belakangan’. Bulan Mei 1998, katanya, terjadi kerusuhan massal di Indonesia. Bulan-bulan setelah kerusuhan itu disebut pascakerusuhan Mei 1998. Huru-hara Mei 1998 mengakibatkan kejatuhan Soeharto. Kejatuhan itu sudah berlalu, tetapi pengaruhnya masih panjang, reformasi tak habis-habis, maka bisalah digunakan pascakejatuhan Soeharto kalau konteksnya dengan kejatuhan itu ekornya panjang.
Jadi, berbeda dengan pascakebakaran rumah susun dalam contoh di atas, pascakerusuhan Mei 1998 dan pascakejatuhan Soeharto menimbulkan efek yang lebih luas. Ada nilai sejarah yang melekat pada bangsa ini sebagai akibat peristiwa tersebut.
Bahwa bentuk jadian yang melekat pada kata pasca- tersebut sama-sama berkelas kata benda, ada nuansa makna yang tidak sekadar ’sesudah’ atau ’setelah’ pada bentuk pascakerusuhan dan pascakejatuhan.
Lucia Dwi Puspita Sari, Penyelaras Bahasa Kompas