Langkah terbaru BI akan memengaruhi investasi di pasar uang. Namun, kita menginginkan manfaatnya dapat segera dirasakan, terutama yang paling memerlukan, seperti UMKM.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga acuan menjadi 3,75 persen untuk pemulihan ekonomi. Walakin, kehati-hatian tetap harus dijaga.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut, penurunan suku bunga acuan karena ketidakpastian ekonomi global menurun dan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2020 membaik meski masih terkontraksi (Kompas, 20/11/2020).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi tumbuh 5,05 persen pada triwulan III-2020 dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun secara tahunan pertumbuhan pada triwulan III-2020 masih terkontraksi minus 3,49 persen dan pada triwulan II minus 5,32 persen.
BI memiliki tugas utama: menjaga kestabilan nilai rupiah, dengan menjaga inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Melalui Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tugas BI bertambah, membantu pemerintah membiayai defisit fiskal penanganan wabah Covid-19 dengan bisa membeli surat utang negara dan surat berharga syariah negara di pasar primer.
Pandemi Covid-19 telah menekan perekonomian. Konsumsi masyarakat turun, tecermin pada deflasi antara Juli dan September 2020. Inflasi pada Oktober 0,07 persen menunjukkan kembalinya kepercayaan warga untuk berbelanja.
Tantangan lain, bertambahnya pengangguran 4 juta-5 juta orang menjadi 11 juta orang tahun ini. Sementara itu, jumlah orang miskin bertambah 1,63 juta orang antara September 2019 dan Maret 2020, menjadi 26,42 juta orang.
Data tersebut memperlihatkan perlu langkah lanjutan mempercepat pemulihan ekonomi. BI telah ikut membiayai defisit negara dan membuat kebijakan pelonggaran keuangan yang per 17 November 2020 mencapai Rp 680 triliun.
Stimulus BI ini berlaku umum, termasuk bagi perusahaan yang tidak efisien bahkan sebelum terjadi pandemi. Situasi ini dapat menyamarkan kondisi sesungguhnya dan berpotensi membebani perekonomian.
Kita mendukung langkah terbaru BI, tetapi diperlukan langkah lanjutan agar manfaatnya bisa segera terasa. Kita ingin perbankan segera menurunkan suku bunga pinjaman melalui efisiensi serta menemukan cara baru menetapkan jaminan pinjaman. Misalnya, jaminan dapat berupa prospek usaha dan ada penambahan pembiayaan bagi usaha rintisan yang tumbuh karena hadirnya era baru.
Realitasnya, imbal hasil dana pihak ketiga di perbankan segera turun, tetapi suku bunga pinjaman lambat turun. Penurunan imbal hasil akan membuat nasabah berpindah ke instrumen investasi lain atau justru makin giat menabung untuk menjaga pendapatan tidak berkurang.
Langkah terbaru BI akan memengaruhi investasi di pasar uang. Namun, kita menginginkan manfaatnya dapat segera dirasakan, terutama yang paling memerlukan, seperti UMKM. Dengan langkah lanjutan yang tepat, penurunan suku bunga acuan BI dapat segera menggerakkan sektor riil, meningkatkan pinjaman untuk dunia usaha, menambah produksi dan konsumsi, dan ekonomi pun bergerak cepat.