Sekolah Berbasis Perpustakaan Digital
Kehadiran perpustakaan digital menciptakan sebuah infrastruktur pendidikan baru selama masa pandemi Covid-19 ini.
”Ada beberapa kejahatan yang lebih buruk daripada membakar buku. Salah satunya adalah kebiasaan untuk tidak membaca” (Joseph Brodsky—pengarang asal Rusia).
Dampak pandemi Covid-19 hingga saat ini hampir menyentuh semua lini kehidupan. Berawal dari portal kesehatan, Covid-19 kini ikut memengaruhi dinamika dunia pendidikan. Terhitung Maret 2020, hampir semua institusi pendidikan sudah memberlakukan sistem belajar berbasis daring. Tak ada tatap muka di kelas. Semua peserta didik diwajibkan belajar dari rumah dengan fasilitas gawai.
Dalam proses pembelajaran sistem daring ini, tak sedikit dijumpai kendala. Kadang dijumpai banyak keluhan terutama bagaimana peserta didik mengakses sumber-sumber pengetahuan. Perpustakaan universitas dan sekolah, misalkan, mungkin tidak dapat diakses karena kendala protokoler penanganan Covid-19.
Maka, satu-satunya cara adalah beralih ke sistem belajar daring. Dengan sistem belajar demikian, mahasiswa dan pelajar umumnya diberi kesempatan cukup luas untuk belajar mandiri. Di sini, peran perpustakaan digital menjadi penting. Perpustakaan digital (digital library) membuat koneksi ke sumber-sumber pengetahuan tetap terhubung.
Di sini, peran perpustakaan digital menjadi penting.
Evolusi perpustakaan
Penemuan tulisan-tulisan kuno menunjukkan bahwa artefak pengetahuan pernah ditulis. Tulisan-tulisan kuno sejatinya memperlihatkan sebuah keprihatinan seseorang akan ilmu pengetahuan. Tulisan-tulisan di papyrus dan gulungan-gulungan yang ditemukan di dekat Mesir tidak lain mau menunjukkan profil pengetahuan mengalami tahap evolusi.
Tulisan-tulisan yang tadinya berupa teks terpisah (gulungan dan papyrus) kemudian dikelompokkan dan ditempatkan pada sebuah ruangan. Ruangan tempat koleksi buku—berisi tulisan-tulisan kuno—lalu diberi nama perpustakaan (Yunani: bibliotheca).
Pada zaman Yunani Kuno, pepustakaan terus dikembangkan. Plato dan muridnya, Aristoteles, mulai mengumpulkan tulisan-tulisan mereka untuk diwariskan ke generasi berikutnya. Pada abad pertengahan, perpustakaan semakin dirampingkan seiring berkembangnya universitas-universitas. Banyak institusi akademis mulai mengelompokkan buku-buku tertentu untuk dijadikan referensi akademis, sumber pengetahuan mahasiswa, dan kerangka penunjang bagi tim pengajar.
Hadirnya perpustakaan membuat pengetahuan semakin dijaga, dikelola, dan dirawat untuk diwariskan. Dengan demikian, pengetahuan diinstitusionalisasikan. Perpustakaan dengan sistem pengawasan, penyediaan fasilitas penunjang berupa ruangan sering kali dinamakan perpustakaan tradisional.
Memasuki era tahun 1960-an, dunia mulai berkenalan dengan teknologi. Kehadiran teknologi diyakini sebagai buah dari transformasi pengetahuan—yang dikelola melalui interaksi dengan realitas dan tentunya tidak terlepas dari interaksi dengan buku-buku di perpustakaan. Kehadiran teknologi mempermudah sistem kerja manusia.
Di kanal komunikasi, teknologi membuat yang jauh menjadi dekat. Kemudahan yang ditawarkan teknologi kemudian membuat manusia menjadi semakin kreatif dan inovatif. Infrastruktur paling potensial yang dihasilkan teknologi adalah komputer dan internet. Kedua infrastruktur ini membuat manusia selalu terkoneksi (connected).
Di dunia pendidikan, komputer dan internet membuka cara kerja baru. Pengetahuan menjadi mudah untuk diakses dengan koleksi sumber-sumber yang selalu up to date. Proses akses pengetahuan dengan sistem komputer dan koneksi menciptakan sebuah konstruksi koleksi sumber-sumber pengetahuan berbasis digital.
Dengan portal world wide web (WWW), segala literatur akademis mudah diakses dan selalu tersedia. Perpustakaan hasil kekuatan teknologi diberi nama perpustakaan digital. Pada perpustakaan digital, sumber-sumber pengetahuan bisa diakses melalui banyak gateway, seperti Bookfi, Google Book, JSTOR, ataupun Ebscoo.
Di dunia pendidikan, komputer dan internet membuka cara kerja baru.
Manfaat perpustakaan digital
Interaksi berkala antara manusia dan perkakas teknologi—komputer, handphone—membuat manusia merasa bergantung. Ketergantungan ini adalah hasil dari keakraban yang dibangun terus-menerus. Istilah-istilah, seperti internet friendly, gadget friendly, log in/log out, sign in/sign out adalah produk dari interaksi dengan perkakas teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi membentuk suatu budaya baru, yakni budaya digital. Transformasi yang dibangun atas kelola teknologi ini pun ikut memengaruhi sistem distribusi pengetahuan—dari sistem book-print menuju era paperless.
Perpustakaan tradisional dengan sistem pengawasan, pengorganisasian terstruktur, penyediaan fasilitas penunjang serta penetapan aturan telah membesarkan banyak orang dan membantu dunia akademis. Akan tetapi, tuntutan agar pendidikan tidur seranjang dengan kemajuan membuat sistem distribusi pengetahuan mulai diubah.
Kolaborasi antara teknologi—komputer dan internet—dengan sumber-sumber pengetahuan tertulis (buku, jurnal, hasil riset) menciptakan sebuah ruang koleksi yang available dan portable. Ruang koleksi ini kemudian dikenal dengan istilah perpustakaan digital. Perpustakaan digital adalah suatu model perpustakaan dengan sistem komputer berbasis jaringan, yang memuat berbagai koleksi buku, jurnal, hasil riset, dan informasi lainnya yang selalu tersedia untuk diakses.
Beberapa potential benefits perpustakaan digital, antara lain pertama, perpustakaan digital mudah dijinjing (portable). Perpustakaan digital adalah temuan yang sangat menolong aktivitas akademis. Seorang mahasiswa tidak lagi dituntut harus ke perpustakaan tradisional untuk mengakses sumber-sumber.
Dengan bantuan internet dan komputer, segala sumber (resources) pengetahuan dapat diakses dan disimpan pada bank data. Dengan demikian, seorang mahasiswa bisa membangun sebuah perpustakaan pribadi. Perpustakaan ini menyimpan puluhan ribu buku dengan sistem portable document format (PDF). Perpustakaan digital mudah dijinjing dan digunakan di berbagai tempat.
Kedua, perpustakaan digital membawa atau mengantar pengetahuan langsung ke pengguna (user). Pada perpustakaan tradisional biaya akses sangat dibutuhkan. Seorang mahasiswa akan menyediakan waktu ekstra ketika mengunjungi perpustakaan tradisional. Waktu tempuh perjalanan menuju lokasi perpustakaan dan biaya perjalanan adalah sebagain dari ongkos akses ketika menghampiri perpustakaan tradisional. Perpustakaan tradisonal menuntut seseorang untuk mengunjungi perpustakaan.
Problemnya, banyak peneliti merasa kesulitan ketika harus menyelesaikan penelitian dengan sumber-sumber yang terpisah dari satu perpustakaan ke perpustakaan yang lain. Sebaliknya, pada perpustakaan digital, perpustakaan justru diantar ke kursi pengguna tanpa batas waktu dan tempat.
Pengguna dengan leluasa mencari sumber-sumber pengetahuan tanpa harus ke perpustakaan tradisional untuk membaca dan meminjam buku. Perpustakaan digital berjalan dengan baik dengan dua infrastruktur utama, yakni komputer dan sistem koneksi (internet).
Perpustakaan digital berjalan dengan baik dengan dua infrastruktur utama, yakni komputer dan sistem koneksi (internet).
Ketiga, informasi di perpustakaan digital selalu tersedia (the information is always available). Hal menarik yang perlu kita ketahui adalah bahwa pintu-pintu perpustakaan digital tidak pernah tutup (the doors of the digital library never close).
Penelitian di beberapa universitas di Inggris memperlihatkan bahwa sebagian dari mahasiswa memilih menggunakan perpustakaan digital karena perpustakaan tradisional cepat ditutup. Akses menuju perpustakaan tradisional sangat mahal dan membutuhkan waktu ekstra. Perpusatkaan digital selalu membuka pintu untuk diakses oleh siapa saja dan tanpa batasan waktu.
Keempat, komputer membantu kegiatan searching dan browsing. Kekuatan komputer bisa digunakan untuk mengakses informasi. Dengan sistem komputer, proses pencarian sumber-sumber pengetahuan menjadi mudah. Selain mempermudah pencarian informasi akademis, komputer juga membantu mengelompokkan data, proses highlight teks, dan jenis buku yang hendak dibaca.
Kelima, perpustakaan digital mempermudah proses distribusi pengetahuan. Perpustakaan digital menyediakan banyak sumber. Sumber-sumber yang disediakan mengizinkan siapa saja untuk mengakses. Pada perpustakaan tradisional, seseorang mungkin harus menunjukkan kartu perpustakaan atau kartu identitas ketika berkunjung.
Sistem pengorganisasian seperti ini—pengawasan, penerapan tata tertib—membuat seseorang menjadi tidak bebas. Sebaliknya, pada perpustakaan digital siapa saja diizinkan untuk mengakses pengetahuan dan memberi ruang bagi semua orang untuk membagikan pengetahuannya (information can be shared).
Keenam, perpustakaan digital mempermudah penyimpanan dokumen. Pada perpustakaan didital, data-data mengenai sumber bacaan menjadi mudah untuk disimpan. Sistem PDF membantu pengguna untuk menyimpan data dengan baik. Informasi selalu tersedia untuk diakses.
Ketujuh, bentuk-bentuk informasi yang baru menjadi mungkin dalam sistem perpustakaan digital. Proses pengelolaan data pengetahuan semakin hari semakin progres. Banyak data riset tidak lagi menggunakan sistem pengolahan manual. Pengolahan data-data hasil riset biasanya dipermudah dengan adanya komputer. Selain membantu pengolahan data riset, sistem digital juga membantu proses kalkulasi matematis dan kelola data satelite.
Kedelapan, ongkos terjangkau. Biaya untuk membangun sebuah perpustakaan raksasa milik pribadi tidak terlalu mengeluarkan banyak biaya. Secara finansial, perpustakaan digital sangat efisien secara ekonomi. Dalam waktu satu jam seseorang bisa mengakases puluhan bahkan ratusan buku, jurnal, opini, makalah dan sumber-sumber bacaan lainnya dan yang kesembilan, perpustakan digital menawarkan suatu cara baru dalam membaca teks.
Biaya untuk membangun sebuah perpustakaan raksasa milik pribadi tidak terlalu mengeluarkan banyak biaya.
Proses penemuan kata-kata kunci (keywords) pada bacaan format PDF dilakukan dengan sangat mudah dan cepat. Seorang pembaca merasa terbantu dalam menemukan gagasan-gagasan pokok sebuah teks dengan alat bantu pencari pada komputer, seperti tool find. Selain mempermudah pencarian kata kunci, berbagai pernyataan penting dengan mudah di-highlight, di-bold, di-underline, atau di-italic. Proses pembacaan teks akhirnya bisa berjalan dengan baik dan memudahkan upaya pemahaman dan kegiatan pengutipan teks.
Kehadiran perpustakaan digital menciptakan sebuah infrastruktur pendidikan baru selama masa pandemi Covid-19 ini. Selama dunia pendidikan masih menerapkan sistem belajar daring, perpustakaan digital, hemat saya, mampu menjaga ritme dan spirit belajar peserta didik.
Melalui sistem belajar daring, para peserta didik dan pendidik tetap menjaga mutu pendidikannya melalui optimalisasi penggunaan perpustakaan digital. Satu hal lain yang juga membentuk struktur pendidikan kita selama sekolah daring adalah bagaimana menerapkan hyperlink connection dalam mengakses pengetahuan.
Hyperlink connection umumnya menjamin kehausan rasa curiosity para pengguna teknologi dan internet. Di beranda pendidikan, kehadiran fasilitas berbasis e-book dan e-journal adalah sebuah sumbangsih positif bagi dunia akademis. Seorang mahasiswa atau pendidik akan terbantu dengan sistem koneksi yang dibangun oleh dua infarstruktur utama teknologi, yakni komputer dan internet. Proses akses pengetahuan hanya dikelola dengan sistem searching dan browsing.
Seorang mahasiswa atau pendidik akan terbantu dengan sistem koneksi yang dibangun oleh dua infrastruktur utama teknologi, yakni komputer dan internet.
Perpustakaan digital pada dasarnya dijamin oleh adanya koneksi internet. Proses searching dan browsing buku-buku hanya bisa dilakukan jika koneksi memadai. Hal ini tidak menjadi suatu problem krusial dalam pengelolaan perpustakaan digital karena buku-buku hasil searching dan browsing bisa diunduh dan dibaca saat offline. Selain dijamin oleh adanya koneksi internet, perpustakaan digital juga menjamin koneksi setiap saat. Kebaruan informasi di portal pendidikan diakses setiap saat tanpa batas waktu. Koneksi menyatukan berbagai informasi terbaru (update) dan siap untuk dipublikasikan.
Para pengguna perpustakaan digital biasannya bisa membagikan tulisan hasil kolaborasi pengetahuan mereka dari kegiatan membaca kepada para pengguna yang lain dengan sistem network sharing. Proses transformsi pengetahuan, dengan sendirinya selalu diperbarui secara terus-menerus.
Hyperlink connection membantu kegiatan sharing pengetahuan lintas ilmu. Dengan demikian, transformsi pengetahuan selalu dibangun atas berbagai interaksi, baik interaksi lintas disiplin ilmu maupun melalui interaksi berbagai informasi yang terhubung melalui internet. Dalam perpustakaan digital, interaksi pengetahuan membuka wawasan seseorang demi pertumbuhan aspek akademis dan kemajuan cara berpikir.
Dalam perpustakaan digital, interaksi pengetahuan membuka wawasan seseorang demi pertumbuhan aspek akademis dan kemajuan cara berpikir.
Akan tetapi, koleksi perpustakaan digital secara pribadi harus diperkuat dengan dua elemen penting lainnya, yakni membaca dan menulis. Membaca dan menulis merupakan belati analisis dalam menguliti daging dan tulang pengetahuan. Penggalan puisi Ahmadi Sofyan kiranya menjadi pendorong untuk kita untuk terus berani menulis.
”Ini negeri yang umatnya berjuta-juta, tapi tak pernah membaca. Tanya kenapa? Ini negeri yang mencintai paha dan dada ketimbang buku dan sastra. Tanya kenapa? Ini negeri yang mengelu-elukan selebritis ketimbang penulis. Tanya kenapa!”
Kristianto Naku, Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta