Pemulihan ekonomi dari dampak pandemi, yang diprediksi tak bisa terjadi dalam waktu cepat, menyebabkan upaya membalikkan tren ini tak semudah yang dibayangkan.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Kombinasi faktor dampak Covid-19, resesi global, perubahan iklim, dan konflik bersenjata diprediksi memicu tambahan 150 juta penduduk miskin baru dunia hingga 2021.
Dalam laporan berjudul Poverty and Shared Prosperity Report yang terbit Oktober, Bank Dunia memproyeksikan lonjakan angka kemiskinan global menjadi 7,9 persen di 2020, dengan tambahan 88 juta-115 juta orang terperosok dalam kemiskinan kronis di 2020 dan 23 juta-35 juta di 2021.
Dalam catatan Bank Dunia, ini pertama kali angka kemiskinan global meningkat sejak 1998. Lonjakan angka kemiskinan pada 2020 ini praktis menghapus semua capaian dalam pengurangan kemiskinan global yang dibuat sejak 2017. Ini juga lonjakan kemiskinan terburuk tiga dekade terakhir.
Pemicunya, selain pandemi dan resesi ekonomi global, juga perubahan iklim dan konflik bersenjata di sejumlah negara. Faktor lingkungan dan perubahan iklim ini diprediksi menjadi pemicu tambahan 132 juta penduduk miskin di 2030.
Pemulihan ekonomi dari dampak pandemi, yang diprediksi tak bisa terjadi dalam waktu cepat, menyebabkan upaya membalikkan tren ini tak semudah yang dibayangkan. Penambahan angka kemiskinan dibarengi dengan meningkatnya kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan, serta risiko meningkatnya ketimpangan pasca-pandemi.
Konsentrasi lonjakan kemiskinan terutama masih terjadi di kawasan dengan tingkat kemiskinan dan jumlah penduduk miskin ekstrem yang tinggi. Sekitar 82 persen terjadi di negara berpendapatan menengah di mana sejumlah besar kelompok kelas menengahnya terpeleset ke jurang kemiskinan. Hampir separuh kenaikan angka kemiskinan ini terjadi di Asia Selatan dan lebih dari sepertiga di Sub-Sahara Afrika.
Untuk Indonesia, menurut Bappenas, angka kemiskinan diprediksi 9,7-10,2 persen atau 26,2 juta-27,5 juta di akhir 2020, meningkat 3,9 juta sepanjang 2020, terutama akibat dampak pandemi. Berdasarkan skenario terburuk yang disusun sejumlah lembaga, seperti SMERU, kemiskinan bahkan diprediksi meningkat ke 12,4 persen dari total penduduk atau bertambah 8,5 juta di 2020. Ini berarti menghapus capaian pengurangan kemiskinan satu dekade terakhir.
Laporan Bank Dunia ini menjadi semacam peringatan akan kompleksitas tantangan dan pentingnya strategi lebih fokus dalam upaya kita mengurangi angka kemiskinan yang dipicu oleh berbagai faktor tersebut ke depan. Perhatian terutama perlu diberikan pada isu lingkungan dan perubahan iklim yang kian serius dampaknya pada kondisi sosial ekonomi.
Selain mempercepat pemulihan ekonomi, mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan perluasan cakupan program perlindungan sosial, menjadi kunci. Untuk membalikkan situasi yang ada, kita perlu strategi yang lebih fokus ke kelompok rentan, khususnya kelompok 40 persen pendapatan terbawah. Momentum menjadi penting di sini. Anggaran besar yang dikucurkan dalam penanganan dampak pandemi harus dibarengi pula dengan perluasan cakupan penerima dan program yang langsung berdampak pada kesejahteraan, serta percepatan dalam penyalurannya.