Kisah yang Tak Betah Jadi Kata-kata
Itu juga membuktikan bahwa kisah-kisah pada buku selalu tak betah berlama-lama menjadi sekadar kata-kata, ia juga membutuhkan realitas (konkret) yang membuatnya terus berdenyut di dalam nadi kita masing-masing.

Putu Fajar Arcana, wartawan senior Kompas
Aku ingin mengenang Bapak lagi. Banyak hal yang harus kusampaikan tentang lelaki sederhana itu kepadamu. Dia cuma petani yang coba melompat-lompat dari pematang sawah untuk menyusuri Sungai Ijogading jadi nelayan; sesekali juga coba turut memelopori mendalami manajemen koperasi dengan mendirikan koperasi unit desa; tetapi lebih sering menjadi penembang kisah-kisah klasik dan sedikit menjadi seorang balian. Kalau anak-anak tetangga sering menangis sampai menjerit-jerit di malam hari, biasanya Bapak yang menjadi penyembuhnya.
Hal paling melekat dalam hidupku sampai kini, Bapak memperkenalkan epos-epos seperti Mahabharata dan Ramayana, sebelum aku benar-benar bisa membaca. Ia sama sekali tak berpretensi bahwa kedua epos ini bagian dari kitab suci Weda, yang dikelompokkan dalam Weda Smerti; yakni kisah-kisah yang dikumpulkan berdasarkan ingatan.