Taiwan bersedia berbagi keberhasilan model pencegahan pandemi dengan dunia, tetapi membutuhkan dukungan negara-negara di dunia agar Taiwan berpartisipasi dalam WHO, untuk dapat bekerja sama bagi kesehatan umat manusia.
Oleh
JOHN CHEN
·4 menit baca
Covid-19 menyebar ke seluruh dunia, jumlah orang yang terinfeksi di sejumah negara di seluruh dunia terus meningkat. Hingga akhir Oktober, jumlah kasus yang terkonfirmasi di dunia telah melebihi 45 juta, dengan lebih dari 1,1 juta kasus kematian.
Taiwan selama lebih dari 200 hari berturut-turut tanpa kasus penyebaran lokal Covid-19. Hasil dari pencegahan pandemi ini sangat luar biasa, dan telah berhasil menciptakan ”keajaiban pencegahan pandemi”.
Kinerja pencegahan pandemi Taiwan yang luar biasa sekali lagi ditegaskan media internasional. Kinerja pencegahan pandemi Taiwan tidak hanya menempati peringkat pertama dalam evaluasi 75 entitas ekonomi oleh Bloomberg Economics di Amerika Serikat. CNN baru-baru ini juga memuji keberhasilan Taiwan dalam pencegahan pandemi sebagai panutan untuk masyarakat global.
Majalah Time bahkan menyebut Taiwan sebagai sosok teladan untuk pencegahan pandemi dengan rekor global 200 hari berturut-turut tanpa kasus penyebaran lokal Covid-19. Hingga 1 November, Taiwan hanya mencatat 558 kasus Covid-19, di antaranya hanya 55 adalah kasus lokal, selebihnya kasus dari luar negeri yang masuk ke Taiwan.
Sejak 12 April hingga saat ini, Taiwan tidak memiliki kasus penyebaran lokal Covid-19 selama lebih dari 200 hari berturut-turut. Sistem demokrasi Taiwan yang kokoh telah terbukti berhasil mengalahkan pandemi tersulit di dunia dalam sejarah, tanpa melakukan pembatasan kebebasan sipil.
Sejak 12 April hingga saat ini, Taiwan tidak memiliki kasus penyebaran lokal covid selama lebih dari 200 hari berturut-turut.
Sejak merebaknya wabah Covid-19, Taiwan tidak pernah menerapkan langkah-langkah lockdown yang ketat. Berbagai informasi angka kasus di Taiwan sangat terbuka dan transparan. Pemerintah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat karena mengumumkan wabah kasus setiap saat.
Warga juga secara spontan mematuhi berbagai tindakan karantina dan pencegahan pandemi serta mengenakan masker secara sukarela. Tingkat kecerdasan demokrasi yang tinggi serta kebijakan pemerintah yang tepat secara bersamaan mengalahkan pandemi.
Menurut statistik, sejauh ini sekitar 340.000 orang di Taiwan telah di karantina, di antaranya kurang dari 1.000 orang didenda karena melanggar peraturan karantina, dan 99,7 persen warga negara mematuhi peraturan pencegahan pandemi yang diterapkan oleh pemerintah.
Mantan Wakil Presiden Taiwan Chen Chien-jen menyatakan: ”Untuk mengendalikan pandemi Covid-19, cara terbaik adalah melacak riwayat kontak pasien secara teliti, dan kemudian mengisolasi kontak dekat secara ketat.”
Menurut sistem pelacakan Taiwan, dari setiap kasus yang terkonfirmasi, rata-rata sekitar 20 sampai 30 orang ada hubungan kontak. Sistem pelacakan akan memastikan apakah orang tersebut terinfeksi, meskipun hasil tes negatif, tetap harus dikarantina selama 14 hari.
Keberhasilan Taiwan dalam memerangi pandemi ini terutama karena melakukan penutupan perbatasan secara tepat waktu, pelacakan ketat, menghubungi orang yang terinfeksi, mengisolasi sumber infeksi, dan penggunaan masker secara luas. Sejauh ini, semua orang yang memasuki Taiwan, apa pun kewarganegaraannya harus menjalani karantina selama 14 hari.
Pemerintah Taiwan memberikan berbagai dukungan dan kemudahan fasilitas bagi orang-orang yang dikarantina, seperti hotel anti-pandemi, taksi anti-pandemi di bandara, dan bahkan menyediakan layanan pengiriman makanan dan pembuangan sampah untuk orang-orang yang terisolasi, serta secara aktif merawat orang-orang yang dikarantina dan memberikan dukungan yang diperlukan agar masyarakat aman dari wabah. Namun ada juga sanksi, pelanggaran aturan karantina bisa didenda hingga Rp 450.000.000.
Namun ada juga sanksi, pelanggaran aturan karantina bisa didenda hingga Rp 450.000.000.
Setelah membandingkan data dari 38 negara, seorang peneliti dari Universitas Oxford di Inggris menemukan bahwa melindungi keselamatan masyarakat dan melindungi perekonomian negara bukan tidak mungkin dilakukan pada saat yang bersamaan. Contoh dari Taiwan membuktikan bahwa dalam menghadapi pandemi Covid-19, keberhasilan pencegahan pandemi Taiwan tidak hanya memiliki angka kematian terendah, tetapi juga dampak ekonomi terendah.
Pada saat bersamaan Taiwan berhasil mencegah pandemi, pertumbuhan ekonominya juga luar biasa. Menurut data Kementerian Perekonomian Taiwan per akhir Juli tahun ini, jumlah perusahaan yang terdaftar di Taiwan mencatat rekor tertinggi mencapai 712.000 perusahaan, dan nilai investasi juga terus meningkat. Jumlah perusahaan yang baru didirikan meningkat 1,5 persen selama beberapa tahun terakhir, terutama usaha di bidang jasa keahlian, sains, dan teknik.
Keberhasilan pencegahan pandemi Taiwan telah mendapat pujian dari dunia internasional. Yang paling tidak disangka oleh dunia luar adalah Taiwan hanya berjarak 130 kilometer dari China, negara pertama merebaknya Covid-19.
Taiwan yang berdiri kokoh di Asia Timur tidak hanya menciptakan keajaiban demokrasi dan keajaiban ekonomi, tetapi juga menciptakan keajaiban pencegahan pandemi global pada tahun 2020.
Taiwan bersedia berbagi keberhasilan model pencegahan pandemi dengan dunia, tetapi membutuhkan negara-negara di seluruh dunia mendukung partisipasi Taiwan dalam WHO sehingga Taiwan dan komunitas internasional dapat bekerja sama untuk kesehatan seluruh umat manusia.
(John Chen, Pemimpin Kantor Perdagangan dan Ekonomi Taiwan di Indonesia)