Bagi Indonesia, kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif tetap relevan, Agar bisa independen, Indonesia mutlak memiliki kekuatan, dengan ekonomi menjadi basisnya.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Kekuatan tunggal AS sudah berakhir. Kejayaan ekonomi telah menampilkan China yang kuat. AS sulit membuang rasa tersisih, salah satu karaker negara kuat.
Di sisi lain China ingin eksis lewat sistem sosialisme dengan karakter China, kata Presiden Xi Jinping, dikutip Xinhua, 17 Maret 2018. "Sistem ini menjadi arahan untuk pembangunan militer kelas dunia. ... Dalam diplomasi, misi utama negara adalah mendorong relasi internasional, membangun komunitas yang berbagi demi kemanusiaan," demikian Xinhua.
Pada 2014, Presiden Xi sudah menyatakan motto "Asia untuk Asia" soal urusan, masalah, dan keamanan Asia. Ini mirip dengan Doktrin Monroe. Presiden AS James Monroe, pada 2 Desember 1823, menyatakan, kekuatan Eropa harus menghormati Benua Amerika yang menjadi kepentingan AS.
Uniknya AS tidak menerima motto China, yang diduga bertujuan menggusur AS dari Asia, menurut Bonnie S Glaser dari Center for Strategic & International Studies (AS). Menlu AS Mike Pompeo di New Delhi, India, Rabu (28/10/2020) menyatakan, "Kita semakin jelas melihat Partai Komunis China bukan sahabat bagi demokrasi, aturan hukum, transparansi dan juga bukan sabahat untuk navigasi bebas - sebuah fondasi bagi India Pasifik yang bebas, terbuka dan makmur."
Beda bahasa, frasa AS eksplisit dan vulgar dan China lebih diplomatis. Hakekatnya sama, saling hardik. Keduanya sama gencarnya mencari aliansi di Asia untuk memperkuat posisi.
Ini tidak baru, hanya pengulangan sejarah. Politik negara adi daya kadang tergoda berkuasa, beraliansi dan saling bendung, hingga dalam kasus ekstrem berperang. Pakar hubungan internasional dari University of Chicago, John Mearsheimer menyebut perilaku itu, terdorong ambisi "free to Rome".
Asia kini ada di era pertarungan dua kekuatan adi daya. Asia sangat merasakan efek positif ekonomi China. Asia juga tak mau masuk ke pusaran China, pembuka pintu masuk bagi AS. Bagaimana bersikap? Pelik, mirip meniti buih. Ingin dekat dengan keduanya tanpa membuat iri salah satunya.
Menlu China Wang Yi jelas mengingatkan AS, jangan merusak struktur Asia. "Saya yakin semua pihak paham betul dan mewaspada ini (misi AS)," kata Wang, 14 Oktober lalu.
Untuk RI, kebijakan luar negeri yang bebas dan aktif tetap relevan, kata Rektor Universitas Parahyangan Dr Mangadar Situmorang, yang juga mendalami hubungan internasional.
Untuk bisa independen, Indonesia mutlak memiliki kekuatan. Ekonomi adalah basisnya, bukan hiruk-pikuk politik domestik di era kawasan yang sedang genting ini. Agar tak mudah goyah oleh kekuatan dunia berkarakter pencemburu. Sebab, "Kadang kekuatan besar itu intrusif," kata Mangadar.
China paham pilihan setiap negara tetapi ingin hubungan saling respek, kata Profesor Wang Wen (Renmin University), mengutip sejarawan Arnold Toynbee. Anthony Arend dari Georgetown University, ingin AS berdiskusi dan bukan memusuhi China. Sebuah pesan, RI lewat ASEAN aktif melerai AS-China. Bebas dan aktif, falsafah para mahajana yang apik.