Selain membicarakan masalah keuangan secara terbuka dengan anak, sejumlah langkah lanjutan juga bisa diambil untuk mengatasi kesulitan keuangan akibat pandemi. Salah satunya, mengidentifikasi penurunan pengeluaran.
Oleh
Joice Tauris Santi
·2 menit baca
Banyak keluarga di sejumlah negara terdampak wabah Covid-19, terutama di bidang keuangan. Keterbukaan dalam keluarga kemudian menjadi hal penting untuk mencari solusi masalah ini.
Orangtua sebaiknya menceritakan situasi keuangan keluarga yang sedang sulit kepada anak-anak. Pandemi, salah satu dampaknya terhadap keuangan keluarga adalah peningkatan beberapa pos pengeluaran, seperti kesehatan. Ini berkonsekuensi pada pengurangan jatah untuk pos lain. Belum lagi jika orangtua mengalami pemutusan hubungan kerja atau kelesuan usaha.
Orangtua perlu juga mengungkapkan bahwa tidak sedikit keluarga lain yang mengalami kesulitan serupa karena terjadinya penurunan, bahkan hilangnya sumber pendapatan keluarga.
Penyampaian kepada anak akan sangat bergantung pada usia anak. Pemahaman anak berusia 5 tahun tentu berbeda dengan anak usia 15 tahun. Apa pun, menyampaikan situasi keuangan keluarga kepada anak akan lebih baik ketimbang berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
Namun, sebelum berbicara mengenai kondisi keuangan kepada anak, orangtua perlu menyiapkan lebih dulu mentalnya. Pendapatan yang (terancam) terpangkas tentu menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan.
Saat orangtua takut, perasaan itu bisa menjalar kepada anak-anak. Sebelum itu terjadi, berbagi kekhawatiran dengan pasangan akan memberikan tambahan kekuatan yang menyatukan. Sesudah ketakutan teratasi, akan lebih mudah berbicara kepada anak mengenai situasi sulit ini.
Selain membicarakan masalah keuangan secara terbuka dengan keluarga, sejumlah langkah lanjutan bisa diambil untuk mengatasi masalah keuangan ini. Salah satunya, mengidentifikasi penurunan pengeluaran. Kebijakan bekerja dari rumah membuat biaya transportasi dan biaya makan siang di kantor berkurang. Demikian pula dengan biaya rekreasi keluarga yang hilang.
Dengan mengetahui pos pengeluaran yang berkurang, tentu dapat diambil strategi dengan fokus pada pengeluaran prioritas. Pengeluaran yang harus dibayar, seperti cicilan rumah, kebutuhan makan keluarga, biaya listrik dan air, serta biaya pendidikan anak, adalah beberapa contoh pengeluaran yang harus diprioritaskan.
Bicarakan pula soal ini dengan anak-anak sehingga mereka memiliki gambaran tentang kondisi keuangan keluarga dan dapat bersama-sama mendahulukan pengeluaran prioritas.
Jika ada permintaan membeli sepatu baru oleh anak, tentu dapat meminta anak menunda keinginannya sembari memberikan pengertian tentang situasi keuangan keluarga. Berikan pula rasa optimisme kepada anak bahwa kondisi akan lebih baik di masa depan dan mereka akan mendapat keinginannya suatu hari nanti.
Di sisi lain, situasi saat ini juga dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk anak tentang pengelolaan keuangan. Misalnya, tentang pentingnya menyisihkan uang di masa senang agar dapat digunakan pada masa sulit seperti sekarang ini. Pelajaran lain adalah tentang memilih prioritas pengeluaran karena pendapatan yang terbatas.
Anak-anak tentu akan mengajukan berbagai pertanyaan. Kita dapat menjawab pertanyaan mereka sebaik-baiknya sesuai dengan usia mereka. Sebab, setiap orangtua adalah guru yang paling mengenal anak-anaknya.