Kunjungan PM Yoshihide Suga dan Dampak Pandemi Covid-19
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga memprioritaskan Indonesia dan Vietnam sebagai tujuan pertama kunjungan kenegaraannya setelah ia menggantikan Shinzo Abe bulan lalu.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga memprioritaskan Indonesia dan Vietnam sebagai tujuan pertama kunjungan kenegaraannya setelah ia menggantikan Shinzo Abe bulan lalu.
Selain dalam rangka memperkuat hubungan bilateral dengan kedua negara, kunjungan ini ditengarai juga dalam upaya mendekati kedua negara dan negara-negara anggota ASEAN lain untuk bergabung dalam Quad yang dibangun Jepang, AS, India, dan Australia guna menghadapi pengaruh China yang semakin meningkat di kawasan Indo-Pasifik.
Penandatanganan kesepakatan penjualan perlengkapan dan teknologi pertahanan dengan Vietnam, dan negosiasi hal sama dengan Indonesia dan Thailand, juga tak terlepas dari upaya memperkuat kemampuan pertahanan negara-negara di Indo-Pasifik menghadapi pengaruh China di kawasan.
Bagi RI-Jepang, kunjungan ini juga jadi kesempatan untuk memperbaiki hubungan bilateral keduanya yang belakangan agak merenggang. Sebelumnya, kekecewaan diungkapkan Jepang terkait keputusan Indonesia yang memilih menggandeng China di proyek KA cepat Jakarta-Bandung.
Sebaliknya, Indonesia lewat Wakil Menlu Mahendra Siregar juga mempertanyakan arah hubungan kedua negara dan komitmen Pemerintah Jepang dalam hubungan bilateral keduanya. Mahendra, misalnya, menunjuk absennya kerja sama menonjol dalam penanganan pandemi Covid-19 dan minimnya relokasi perusahaan Jepang ke Indonesia.
Mahendra, misalnya, menunjuk absennya kerja sama menonjol dalam penanganan pandemi Covid-19 dan minimnya relokasi perusahaan Jepang ke Indonesia.
Namun, terlepas dari riak-riak yang mewarnai hubungan kedua negara yang baru merayakan 60 tahun hubungan diplomatik, keduanya memiliki perspektif dan kepentingan yang sama di kawasan. Terutama terkait stabilitas keamanan, perspektif Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, dan Outlook ASEAN pada Indo-Pasifik (AOIP).
Selain meningkatkan saling kepercayaan dan mendorong kerja sama ekonomi, perdagangan, dan investasi, Indonesia harus memperjuangkan kerja sama bisa memberikan manfaat konkret bagi Indonesia, termasuk dalam rangka membalikkan gejala deindustrialisasi di dalam negeri dan meningkatkan keterlibatan Indonesia dalam rantai produksi global.
Selain itu, juga dalam mempercepat penanganan pandemi di Indonesia. Jepang salah satu negara dengan kontraksi terdalam akibat Covid-19, sementara Indonesia terus mencatat lonjakan kasus dan belum ada tanda kurva melandai.
UNESCAP dan ILO mengingatkan, Covid-19 telah membalikkan kemajuan yang dicapai negara-negara Asia Pasifik satu dekade terakhir dalam pengurangan angka kemiskinan dan kesenjangan. Sebelumnya, Bank Dunia juga mengingatkan ancaman lonjakan kemiskinan ekstrem akibat Covid-19.
Untuk pertama kali dalam 20 tahun, jumlah penduduk miskin di Asia Pasifik meningkat menjadi 38 juta jiwa. Secara global, angka kemiskinan ekstrem meningkat dari sekitar 8 persen ke 9,1-9,4 persen, dengan jumlah penduduk miskin mencapai 115 juta orang pada 2020 dan 150 juta-177 juta pada 2021. Pada saat yang sama, kekayaan orang terkaya dunia, menurut bank Swiss, UBS, justru meningkat 27,5 persen selama pandemi.