Hanya 33 persen orang dewasa di seluruh dunia yang melek keuangan. Perempuan dan anak muda merupakan kelompok yang paling rentan, artinya tidak terlalu paham mengenai keuangan.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
Organisasi perencana keuangan global Financial Planning Standard Board (FPSB) bekerja sama dengan organisasi regulator pasar modal global International Organization of Securities Commissions (IOSCO) menetapkan setiap tanggal 7 Oktober sebagai Hari Perencanaan Keuangan Internasional. Tahun ini merupakan tahun keempat.
Tujuan dari penetapan ini adalah meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya mengelola dan merencanakan keuangan keluarga demi masa depan yang lebih baik.
Menurut S&P Global, hanya 33 persen orang dewasa di seluruh dunia yang melek keuangan. Perempuan dan anak muda merupakan kelompok yang paling rentan, artinya tidak terlalu paham mengenai keuangan.
Hasil survei Otoritas Jasa Keuangan pada tahun 2019 menunjukkan, indeks literasi keuangan di Indonesia naik menjadi 38,03 persen dibandingkan tahun 2016 yang sebesar 29,7. Selain itu, indeks inklusi keuangan juga naik menjadi 76,19 persen dari sebelumnya 67,8 persen.
Mengapa melek finansial ini sangat penting? Ada lebih dari seribu jawaban yang dapat diberikan. Beberapa di antaranya adalah bahwa masa depan seseorang kemungkinan besar akan lebih baik jika seseorang memiliki pengetahuan finansial, seperti memiliki kesadaran untuk mempersiapkan dana pensiun atau biaya sekolah anak.
Melek finansial juga dapat menghindarkan kita dari jerat utang karena lebih terampil dalam menghitung porsi cicilan utang per bulan, menghitung biaya bunga, dan lainnya sebelum memutuskan berutang. Tanpa keterampilan ini, kemungkinan seseorang akan terjerat utang akan lebih besar. Apalagi di masa kini, di mana berutang secara daring sangat mudah.
Melek finansial juga dapat membuat kita terhindar dari penawaran investasi bodong. Ketidaktahuan tentang mekanisme pasar, terkadang membuat kita sangat tertarik dengan iming-iming hasil tinggi. Satgas Waspada Investasi mencatat, dalam 10 tahun terakhir kerugian masyarakat akibat investasi bodong mencapai Rp 92 triliun.
Melek finansial terkait erat dengan akses terhadap lembaga keuangan. Orang yang belum paham urusan finansial, cenderung belum terjamah oleh lembaga keuangan. Padahal, menjadi konsumen lembaga keuangan seperti perbankan memberikan banyak manfaat, antara lain riwayat keuangan yang tercatat dan kesempatan untuk mendapatkan kredit dari perbankan.
Sejauh ini, belum ada kurikulum sekolah yang mengajarkan tentang keterampilan finansial. Padahal, keterampilan finansial diperlukan sepanjang hidup kita. Mulai dari mengatur keuangan ketika menerima uang saku dari orang tua, membedakan antara keinginan dan kebutuhan sebelum berbelanja, mempersiapkan dana pensiun dan dana pendidikan hingga pengaturan keuangan saat harus berutang jangka panjang.
Ujian tentang melek finansial ini terjadi sepanjang kehidupan. Berbagai keputusan finansial yang harus diambil seringkali harus melibatkan keterampilan ini.
Salah ambil keputusan karena ketidaktahuan, bisa sangat memengaruhi kehidupan kita. Misalnya, terjebak investasi bodong. Berharap imbal hasil selangit dengan harapan saat pensiun akan hidup sejahtera, uang yang sedianya dipersiapkan untuk menikmati pensiun justru amblas karena tergiur tawaran investasi yang ternyata bodong. Akhirnya, uang lenyap dan lenyap pula kenyamanan pensiun yang diimpikan.
Itu hanya satu contoh kecil saja. Nah, jangan sampai terjebak masalah finansial karena kurang memahaminya.