Saya ragu. Apakah saya boleh menulis tentang raksasa Grumph lagi, seperti saya lakukan empat tahun yang lalu, setelah dipastikan Grumph akan naik di pucuk pimpinan Amrikapura. Di dalam kondisi normal, mungkin saya tidak akan lakukan.
Akan tetapi, mengingat Grumph telah mengurangi jumlah pegawai perwakilan-perwakilan Amrikapura, dan mengingat bahwa sebagian di antara mereka saya ketahui sebenarnya setuju dengan nada tulisan saya, ya, saya memberanikan diri membicarakan secara obyektif pemimpin kawanan raksasa Amrikapura ini.
Memang, sebelum lebih jauh dalam kajian saya ini, saya harus mengaku salah. Ramalan yang saya keluarkan di rubrik ini pada Januari 2017 tentang Grumph sebenarnya meleset. Di dalam tulisan itu, saya mengatakan bahwa Grumph, begitu berkuasa, kemungkinan besar akan bersikap seperti Sang Watugunung.
Ya, tokoh Babad Tanah Jawa yang kesohor itu meskipun ia melanggar susila dengan meniduri ibunya, sesuatu yang paling pantang di antara segala pantangan, pada akhirnya bertobat dan tercerahkan, hingga dia diangkat para dewata menjadi pelindung dunia. Akhirnya, biarpun Watugunung tumbuh sebagai raksasa, dia meninggal sebagai raksasa dharma, suatu peristiwa pertobatan yang jarang ditemui di dunia antah berantah. Hemat saya, Grumph gagal mencontoh Watugunung ini.
Namun, apakah Grumph betul-betul menjadi raksasa jahat, wakil angkara murka? Di dalam artikel edisi 2017 itu, saya memang mempertimbangkan kemungkinan bahwa Grumph ”lupa daratan” dan menjadi jelmaan Rahwana, tokoh yang menyandera Dewi Sinta yang suci itu. Di situ pun saya salah.
Grumph tidak membumihanguskan negara apa pun di dunia. Apakah karena dia menghormati pemimpinnya. Tidak, dia tidak menghormati siapa pun, kecuali dirinya sediri, layaknya raksasa sejati. Dia berkoar-koar; menuduh sana, mengancam sini, apalagi soal asal muasal virus Cupid-19, tetapi dia belum membumihanguskan kerajaan apa pun.
Baik Sinopura maupun Rusopura luput dari amarah murkanya, meskipun menjadi saingannya. Bahkan ada yang berkata bahwa Grumph sebenarnya mengagumi Butin, raja Rusopura berdarah dingin nan cerdas itu.
Melihat ini semua, ada wartawan media yang mempertanyakan apakah Grumph telah menjadi bak Petruk, seperti saya juga pertimbangkan kemungkinannya di dalam catatan saya pada Januari 2017 itu. Saya keliru lagi!
Memang, seperti Petruk, ada kalanya Grumph membuat kita tertawa mesem. Siapa yang tidak kaget mendengar bunyi yang kadang keluar dari mulut besar raksasanya: twit-twit tweet. Aneh memang. Tetapi, Petruk masih oke. Dia tahu kalau berlebih-lebih. Grumph tidak. Dia belum mampu becermin dan merasa muak melihat rambut palsunya. Dia belum sampai ke ujung tabiat narsisnya. Parah memang. Pasti ada yang tidak beres padanya.
Dugaan saya, seperti halnya banyak orang yang berwatak raksasa, seperti cukup banyak warga Amrikapura, dia sebenarnya mempunyai masalah dengan ”melanin”, artinya dia tidak suka dengan orang yang kadar kulitnya mengandung tingkat melanin tinggi, misalnya berkulit coklat atau hitam.
Kenapa? Kalian masih mengingat O’Bima, pemimpin Amrikapura sebelumnya, yang berkadar melanin cukup tinggi itu. Itulah musuh Grumph paling besar, apalagi O’Bima adalah orang yang cerdas, orang yang mutu pidatonya mampu membungkam siapa pun. Grumph tidak suka orang cerdas. Apakah itu alasannya dia tidak menyukai begitu banyak orang...?
Apakah karena Amrikapura memang rawan dengan konflik melanin? Bisa jadi. Grumph memang terobsesi oleh itu. Melihat parahnya situasi di Amrikapura, dan melihat ketegangan antara warna yang berkadar melanin tinggi dan melanin rendah, apakah itu berarti situasi di luar harapan?
Tidak, oleh karena ada kabar baik yang bisa saja membuat ”Amrikapura great again”: Grumph ditantang berduel dengan seorang satria konon keturunan Jawapura. Namanya Bidenoputra.
Konon dia adalah pewaris panah sakti Pasupati milik sang Arjuna. Diberikan Pasupati itu oleh O’Bima, bekas bosnya dahulu kala. Apa yang akan terjadi dalam duel di antara mereka berdua, bisa diduga.
Bidenoputra akan jatuh tersungkur. Grumph akan mendekatinya sambil tertawa lebar. Itulah yang pasti dinantikan Bidenoputra. Pasupatinya akan meluncur, menghujam pangkal lidah Grumph yang tertawa lebar itu.
Akan tetapi, Grumph tidak akan dibunuh. Ia akan dikembalikan oleh panah sakti itu ke masa lalunya, ke taman kanak-kanak, yang semestinya tidak pernah dia tinggalkan.