Inilah saat paling baik untuk menjadi investor saham, di saat IHSG sedang terdiskon dan harga saham masih berjuang untuk merangkak menuju harga di posisinya semula sebelum pandemi.
Oleh
I Gusti Bagus Adi Wijaya, dari Otoritas Jasa Keuangan
·5 menit baca
Menyikapi pandemi yang saat ini melanda seluruh dunia dan berimbas pada sektor perekenomian, ada suatu hal yang menarik: jumlah investor saham di pasar modal Indonesia meningkat cukup siginifikan selama pandemi. Mengutip Instagram @OJKindonesia pada 21 September 2020, investor di pasar modal Indonesia naik 26 persen dari tahun sebelumnya, menjadi lebih dari 3,1 juta investor.
Bahkan, sebagaimana disampaikan Bursa Efek Indonesia (BEI), ada peningkatan 82,4 persen jumlah investor menjadi 93.000 pada Juli 2020 dibandingkan Maret 2020 sebanyak 51.000. Angka investor ritel yang bertransaksi pada bulan Juli tersebut berada di atas rata-rata investor aktif ritel sejak awal tahun 2020 sejumlah 65.000 investor ritel (bisnis.com, 10 Agustus 2020).
Apakah ini sebuah anomali? Karena saat ini banyak yang berpikir bahwa pandemi Covid-19 telah meluluhlantakkan perekonomian seluruh dunia. Mengutip pemberitaan Kompas.com pada 19 Agustus 2020, tercatat 14 negara di dunia telah terjerumus ke jurang resesi ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi negatif.
Namun, ternyata ada sekelompok masyarakat yang melihat peluang di masa pandemi ini. Selain mereka yang membuka bisnis baru seperti bisnis alat-alat kesehatan, ada para investor baru di Pasar Modal. Apa sebenarnya yang dilihat oleh kelompok ini?
Data dari Bursa Efek Indonesia menunjukkan, IHSG sempat terjun bebas ke angka 3.937,63 pada 24 Maret 2020, turun 37,49 persen ke level terendah sejak tahun 2012. Di momen ini, banyak saham anggota LQ45 berguguran. Bukan lantaran kinerja keuangan mereka memburuk, melainkan karena kondisi semua pasar modal di dunia sedang terguncang Covid-19.
Berdasarkan data kuartal ke-4 Bursa Efek Indonesia tahun 2019, terdapat 13 emiten dengan kapitalisasi di atas Rp 100 triliun di akhir tahun 2019. Seluruh harga saham emiten-emiten itu mengalami penurunan dengan rata-rata 42,67 persen pada tanggal tersebut dibandingkan dengan harganya di akhir 2019.
Peluang besar
Saat yang tepat menjadi investor saham adalah kapan pun Anda siap. Namun, inilah saat paling baik untuk menjadi investor saham, di saat IHSG sedang terdiskon dan harga saham masih berjuang untuk merangkak menuju harga di posisinya semula sebelum pandemi.
Perlu waktu 8 tahun menunggu momen itu terjadi. Hingga tulisan ini dibuat, IHSG belum menunjukkan tren peningkatan ke level semula. Harga saham LQ45 juga sempat terkoreksi pada saat IHSG kembali turun lebih dari 5 persen pada 10 September 2020. Kesempatan itu masih ada untuk Anda yang mau memanfaatkan peluang ini.
Berinvestasi di pasar modal saat ini tentunya jauh lebih mudah dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu. Sejak tahun 2014, berdasarkan ketentuan OJK bahwa 1 lot saham terdiri dari 100 lembar saham (sebelumnya 500 lembar) sangat memudahkan calon investor untuk berinvestasi di pasar modal. Bahkan, dengan modal Rp 100.000 saja, banyak mahasiswa saat ini sudah mulai belajar berinvestasi saham melalui program Ayo Menabung Saham.
Industri pasar modal, dalam hal ini perusahaan sekuritas, juga mengimbangi kemudahan ini dengan menyiapkan berbagai tools dan aplikasi yang memudahkan investornya membuka rekening efek secara daring serta melakukan transaksi jual beli saham melalui aplikasi di telepon pintar nasabahnya.
Secara pribadi, penulis menganggap ini adalah sebuah peluang yang sangat besar. Bukan peluang untuk memperoleh keuntungan semata, melainkan peluang untuk belajar berinvestasi dengan modal yang relatif kecil dengan cara yang sangat mudah.
Pahami risikonya
Namun, jangan terburu-buru dan gelap mata. Konotasi ”main saham” menyebabkan kesan bermain-main, padahal yang digunakan dalam membeli saham adalah uang asli bukan ”uang” monopoli. Keuntungannya nyata, demikian pula kerugiannya.
Risiko berinvestasi di saham tentunya sebanding dengan kemungkinan tingkat keuntungannya. Anda harus ingat prinsip high risk high return. Semakin tinggi tingkat keuntungannya, semakin tinggi pula risikonya. Oleh karena itu, apabila Anda berminat terjun menjadi investor saham sekarang, pastikan Anda telah memahami segala risikonya dengan mempelajari kondisi setiap perusahaan yang akan dibeli sahamnya melalui laporan keuangannya.
Ada lebih dari 700 emiten dari berbagai sektor yang bisa dipilih. Tentu, bukalah rekening di perusahaan sekuritas yang memiliki izin dari OJK dan jangan menggunakan aplikasi-aplikasi yang tidak dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan sekuritas tersebut.
Apabila masih merasa ragu dan tidak yakin dengan risiko saham, Anda dapat memilih instrumen investasi lain yang juga mengandung saham di dalamnya, namun memiliki risiko yang lebih kecil dari investasi saham langsung, yaitu reksa dana saham.
Dengan mempercayakan dana kelolaan Anda kepada manajer investasi yang berizin di OJK, Anda tidak perlu pusing lagi melihat satu per satu perusahaan emiten. Cukup membaca prospektus dari reksa dana saham dari setiap manajer investasi yang ingin dibeli.
Bahkan cara membelinya juga sangat mudah karena saat ini sudah ada beberapa Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yang aplikasinya tersedia gratis di internet. Untuk memastikan legalitas dari perusahaan sekuritas, manajer investasi, dan APERD ini, Anda dapat menanyakannya melalui Kontak OJK 157 atau melalui pesan WA di 081157157157. Sangat mudah bukan?
Di tengah kondisi ekonomi saat ini, kita tetap harus selalu optimistis dan percaya bahwa selalu ada kesempatan dalam sebuah bencana. Peribahasa ”badai pasti berlalu” harus kita maknai sebagai bentuk optimisme kita akan masa depan yang lebih baik dengan usaha dan memanfaatkan peluang yang ada selain berdoa, bukan dengan sebuah kepasrahan semata.
Mari kita jadikan momen bulan inklusi ini untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia agar dividen dan capital gain dari saham-saham perusahaan Indonesia bisa dinikmati oleh investor dari Indonesia, termasuk Anda.